Selamat membaca :)
***
Bel pulang sekolah berbunyi, Nadh bersorak senang. Hari ini ia berencana pergi ke toko buku karna ada promo besar-besaran. Ia akan membeli novel-novel yang sudah lama ia inginkan tapi belum terbeli karena harganya yang tidak sesuai uang jajannya, dan hari ini mereka turun harga, jelas Nadh nggak mau kehabisan.
Nadh merogoh ponsel, mengetik pesan.
Nadhira : bel dah keluar?
Nadhira : temenin gue ke tokbuk perempatan situ
Isabella : haduh gak bisa Nadh, gue latihan. Sorry yah, besok hayuk
Nadhira : yaahhh promonya hari ini doang.
Isabella : coba Dio
Nadh beralih membuka room chat Dio.
Nadhira : yoyo, anterin ke tokbuk
Dio Mahesa : moh
Nadhira : hee berani ya lo sama gue
Dio Mahesa : gue langsung balik, mau jagain nindya. Kak Tiara sibuk. Besok ya sayang yaa :)
Nadh tertegun, matanya melebar membaca pesan Dio. Kemudian mencebik kesal, ia melirik Rere disampingnya yang sedang sibuk mencatat tulisan dari papan tulis. Rajin amat nih orang, kayak gue dong dipoto.
"Re lo langsung balik?" Tanyanya basa basi.
Rere hanya mengangguk mengiyakan.
"Temenin gue ke toko buku perempatan situ mau gak?"
"Hm, ngapain?" Rere balik bertanya, tangannya masih mencatat.
"Beli novel lah, lo tau gak sih yang gue pengenin lagi diskon makanya gue mau kesana." Katanya bersemangat.
Rere hanya diam, keningnya berkerut menyipitkan mata ke arah papan tulis. "Nadh itu apaan sih? gak jelas tulisannya." Tanyanya kemudian.
Nadh memutar bola mata malas namun ia tetap bangkit membaca keras yang ditanyakan Rere.
"Wohooo selesai, dah ah mau balik gue capek banget." Katanya sambil merapihkan mejanya.
"Eh eh enak aja, temenin gue duluuu."
Rere menoleh kearah Nadh, "gak bisa Nadh, ini hari pertama gue haid. Perut gue sakit." Katanya memberi alasan.
"AYO DONG REEEE, PLIS PLIS PLIS." Nadh berteriak merengek, menahan lengan Rere yang sudah akan keluar kelas.
Rere menghembuskan nafas lelah, "Nadhira, gue lemes serius deh. Gue pengen tiduran dikasur, next time okay?" Katanya menepuk pelan pipi Nadh.
Nadh mendecak kesal, "ah gak asik lo." Kemudian berjalan malas meninggalkan kelas. Rere yang memandang itu tersenyum, mensejajarkan langkahnya dengan Nadh.
"Makanya punya pacar dong biar ada yang ngawal terus hahaha." Ledek Rere yang segera berlari setelah diberi tatapan tajam Nadh.
***
Cewek itu menguap lebar lagi, ini sudah kesekian kalinya tapi bel pulang sekolah belum juga berbunyi. Tangannya mengusap matanya yang berair kemudian melirik jam dinding diatas papan tulis.
Jam dua kurang sepuluh menit.
Di mejanya guru biologi sedang mengoceh panjang lebar tentang entah apa, dia tidak memerhatikan karna memang sudah sangat mengantuk. Ia bersadar pada tembok, duduk menyamping. Matanya berkeliling, memerhatikan teman-teman sekelasnya yang nampak fokus dengan Pak Dodit, beberapa dari mereka mencatat dibuku. Cewek itu menghela nafas panjang, napa dah kelas gue ambis gini.
Kemudian pandangannya berhenti pada satu titik dipojok belakang, kepada cowok yang sedang mecoret-coret bagian belakang bukunya, jelas bukan mencatat, karna dari gerakan tangannya ia bisa melihat cowok itu menggambar sesuatu.
Seolah merasa diperhatikan cowok itu menoleh, mengangkat alis. Mata mereka berpandangan sejenak sebelum si cewek mengalihkan pandangan gelagapan, dalam hati mengumpat merasa sangat bodoh ketahuan memerhatikan cowok itu.
"Kelompoknya kamu yang bagi ya Irene?" Kata Pak Dodit.
Irene melebarkan mata bingung harus menjawab apa karna memang ia tidak tahu apapun namun ia mengangguk juga, "iya pak."
Pak Dodit keluar kelas diiringi helaan nafas seluruh murid tapi tidak dengan Irene. Cewek itu masih hilang sadar, jantungnya berdetak cepat, bahkan rasa ngantuk yang ia tahan sejak tadi menguap entah kemana. Dan itu disebabkan oleh cowok itu, cowok yang pernah dekat dengannya, cowok yang pernah atau mungkin masih ada di hati Irene.
Hastama Ari Aksara.
***
"Langsung balik sa?" Tanya Arga, tangannya sibuk memasukkan buku ke laci meja. Seperti kebanyakan siswa yang malas membawa buku bolak balik rumah-sekolah. "Kosan gue dulu kuy." Ajaknya.
Aksa masih diam, tiba tiba kepikiran dengan Irene.
"Oy nyet, napa lo? Halahhh, baru juga dikasi tugas tadi udah kepikiran amat." Kata Arga sok tau, ia bangkit menyampirkan tas dibahu kemudian mulai melangkah meninggalkan Aksa.
Aksa mendecak kesal, memasukkan buku dan alat tulis kedalam tas kemudian bangkit berdiri, langkahnya perlahan menuruni tangga. Belum ingin pulang kerumah, cowok itu melangkah menuju kantin. Tapi langkahnya terhenti saat mendengar teriakan merengek dari seseorang.
"AYO DONG REEEE, PLIS PLIS PLIS."
Aksa terdiam melihat itu, entah kenapa merasa berdebar tak karuan. Ia tersenyum kecil, geli sendiri melihat cewek itu merengek seperti anak kecil. Tapi kemudian menguasai diri saat mereka berjalan keluar, ia menunggu sampai cewek itu benar benar hilang di belokan koridor. Melangkah tenang menuju kantin ia tersenyum miris, menertawakan diri sendiri yang belum berani untuk berjuang.
***
Merasa bosan duduk dikantin sendirian, Aksa segera bangkit. Memutuskan untuk pulang saja, tapi kembali merasa malas saat ingat harus les sore ini. Ia melangkah tenang menuju parkiran. Sudah siap untuk pergi, matanya menyipit melihat seseorang yang dikenalnya berdiri di depan gerbang, tangannya memegang ponsel ditelinga sambil berbicara dengan wajah yang kesal.
Aksa terkekeh geli, pasti nggak dijemput lagi tebaknya dalam hati. Terdiam sejenak ia bingung harus bagaimana, langsung pergi dan berpura pura tidak melihat cewek itu atau menghampirinya memberi tumpangan.
Ah bodo amat, bukan urusan gue ini.
Tapi itu hanya pemikirannya, karna kenyataannya ia justru berhenti didepan cewek itu.
"Belum pulang key?" Tanya Aksa, masih duduk diatas motornya.
Irene terkejut mendengar panggilan itu, "ah itu belum dijemput." Jawabnya pelan, tapi tak menatap Aksa.
"Yuk, gue anter." Ajak Aksa.
"Ehh nggak usah, gue mau mesen ojek aja." Tolaknya memaksakan senyum. Ia benar-benar merasa canggung jika berhadapan dengan cowok ini.
"Dah sama gue aja yang gratis." Tambahnya meyakinkan.
"Gapapa?" Tanya Irene ragu.
"Iyalah. Yuk."
Irene melangkah mendekat, menerima helm yang diberikan Aksa kemudian naik ke boncengan cowok itu. Ia mengatur nafas, mencoba menghilangkan rasa gugupnya. Ia menyesal, kenapa dulu tidak sabar untuk menunggu dan malah memilih pergi meninggalkan cowok ini. Kalau saja ia bertahan mungkin suasananya tidak akan sedingin ini.
Sementara itu, Aksa memilih fokus dengan jalanan, berusaha mengabaikan hati dan pikirannya yang bimbang. Ia bingung dengan perasaannya sekarang. Sudah meyakinkan diri kalau ia tertarik dengan Nadhira tapi mengapa jantungnya masih saja berdebar tak karuan saat berdekatan dengan Irene?
Ah, sial.
KAMU SEDANG MEMBACA
FLIRTATIONSHIP
Teen FictionNadhira, cewek cuek dan mageran. Bersikap manja hanya kepada sahabatnya-Dio Mahesa, si cowok nomor wahid di SMA Hutama. Perlakuan Dio yang manis dan perhatian jelas membuat Nadh bahagia dan menganggap Dio akan selalu menjadi Dionya. Suatu ketika, d...