SALAH SIAPA?

14 1 0
                                    


Setelah perjalanan hampir selama 13 jam kemarin Nadh merasa sangat lelah, posisi tidur yang tidak benar didalam kereta membuat seluruh badannya pegal apalagi sampai di Stasiun Malang Kotabaru saat tengah malam. Rere sibuk mengomel ditelpon kepada saudara sepupunya yang terlambat menjemput karna alasan ketiduran membuat Rere memukulnya saat pertama bertemu.

Rian adalah kakak sepupu Rere, mahasiswa semester 4 yang ganteng dan baik hati, begitu cara cewek itu mempekenalkannya kepada Nadh yang dibalas Nadh dengan tawa canggung sambil mendorong pelan bahu Nadh walau dari pertama melihat Nadh tau kalau Rian memang tipe cowok humoris dan perhatian. Nadh yakin siapapun cewek yang kenal dengannya akan merasa spesial dengan perlakuannya. Membuat Nadh teringat akan Dio.

Nadh terduduk, masih dalam selimutnya ia menatap Rere yang masih terlelap disampingnya. Ia mendorong cewek itu agak keras membuat Rere melenguh kesal dengan mata tertutup.
Nadh bangkit, hendak ke kamar mandi tapi ragu. Ia belum sempat bertemu dengan keluarga Rian karena semalam sudah larut sedangkan sekarang sudah hampir jam sebelas siang. Akhirnya ia membereskan kopernya.

Menunggu Rere terbangun dari tidurnya pasti sangat lama, Nadh bangkit memberanikan diri keluar kamar dan kekamar mandi. Saat keluar dari kamar mandi yang dekat dengan dapur ia melihat seorang Ibu yang ia tau adalah ibu mas Rian dari Rere melalui foto kemarin.

Nadh mendekat hendak menyapa namun Ibu berbalik membuat Nadh latah kaget dan Ibu ikutan latah. Nadh makin terkejut saat mendengar tawa seseorang.

“kenapa kamu ketawa?” tanya Ibu sambil memukul lengan Rian yang dibalas dengan tawaan.

“ini temen Rere ma, namanya Nadhira,” Kata Rian menunjuk kecil Nadh.

“halo tante aku Nadhira,” kata Nadh, menyalimi ibu.

Ibu tersenyum ramah, “panggil aja Ibu, ayo makan dulu. Rere mana?” tanyanya sambil menggiring Nadh duduk di meja makan dan memberinya piring berisi makanan.

“Rere mah kebo,” sahut Rian sedikit bersungut.

“bangunin Yan,”suruh Ibu sedikit membentak.

Rian malah menghempaskan tubuh disofa, “males ih biarin aja,” sahutnya malas membuat Ibu mengomel sambil menariknya memaksa untuk berdiri.

Nadh tertegun cukup lama saat tiba-tiba ingatannya terlempar jauh dua tahun silam, saat Nathan protes kepada mama tentang makanannya membuat mama mengomel dan mereka berdebat kecil dan berakhir dengan Nathan cemberut.  Tak bohong, Nadh rindu Nathan.

“napa bengong nyet?”
Nadh tersentak, tersadar karena toyoran Rere cukup membuatnya oleng.

“ngatuk banget gue yaampun, jam berapa dah ini,” kata Rere sambil menguap lebar selanjutnya menempelkan pipi ke meja makan.
Nadh hanya diam mengunyah makanannya, hanya tertawa pelan saat Rian datang menepuk pipi Rere dengan sengaja membuat cewek itu bangkit balas memukul sambil mengumpat. Lagi-lagi ingatan tentang Nathan melintas dipikirannya.

***

Dio menghela nafas panjang, lelah sendiri menatap bangunan didepannya. Sudah 3 hari sejak hari terakhir ia bertemu dengan cewek itu. Ia hanya menatap rumah Nadh yang selalu terlihat sepi walau beberapa kali mama Nadh terlihat didepan rumahnya.

Dio tidak melihat Nadh, terlalu takut juga untuk bertanya.
Setelah drama pengambilan raport oleh mamanya beberapa hari lalu, semua terasa agak berbeda. Ia selalu bersama dengan mama bahkan tinggal dirumahnya beberapa hari.

Tak pernah tinggal lagi dengan mama yang bahkan sudah tak ia ingat berapa lamanya membuat Dio sejenak lupa dengan Nadh, dengan masalah yang harusnya ia selesaikan. 

Sekarang saat semua sudah kembali seperti semula, ia sudah kembali kerumahnya karena mama sudah kembali sibuk Dio teringat dengan Nadh.

Ia mengangkat ponsel malas saat benda itu bergetar namun menegak saat melihat seorang yang menelpon. Berbicara sebentar pada orang ditelpon kemudian ia bangkit mengambil jaketnya.

Saat hendak menutup pagar dan bersiap pergi ia melihat mama Nadh keluar menyapa dan menanyakan tentang nilai raportnya, juga memberitahu kemana Nadh pergi.

“aku kemaren dirumah mama tan jadi nggak pulang kesini.”

Dio cukup terkejut saat tau Nadh pergi dengan Rere tanpa memberitahunya. Sama sekali tidak mengabarinya.

***

Dio mengedarkan pandangan kesekeliling kafe, mendekat saat menemukan meja cewek yang sudah menunggunya.

“lama banget sih,” sungut cewek itu menggerutu kecil.

Dio diam saja menatap cewek itu, malah melangakah menuju kasir untuk memesan dan kembali lima menit kemudian dan duduk dengan santainya.

“Nadhira di Malang,” katanya pelan, lalu menyedot minumannya.

Sabel melebarkan mata, kini meletakkan ponsel dan mulai fokus pada cowok didepannya.
Dio menyandarkan tubuhnya kekursi, mendesah pelan.

“aku 3 hari kemarin dirumah mama sejak bagi raport, nggak inget apa-apa. Entah, aku akayak cuma mau nikmatin waktu yang bisa aku dapetin sama mama. Aku bukan Cuma nggak inget ngabarin kamu tapi Nadhira juga. Aku baru tau dia ke Malang sama Rere barusan itupun karna nggak sengaja ketemu sama tante Raya didepan rumah. Emang dia nggak hubungin kamu juga?”

Sabel hanya menggeleng.

Dio mendengus, “aku tuh nggak pernah marahan sampe kayak gini sama Nadh loh bel, sekarang gimana coba?”

“ya emang kamu pikir aku gimana? Udah biasa berantem sama Nadh gitu? Yo, aku udah lama nggak ketemu dia sekarang baru berapa bulan tapi udah kayak gini belom lagi kalo tante Raya tau aku yang malu yo. Cuma masalah kayak gini doang padahal,” Sabel menyahut kesal.

Dio kali ini menegak, “inituh yang aku takutin dari awal tau nggak, aku bilang juga apa kan mending kita bilang dari dulu kalo kita emang deket,” katanya menatap tepat pada Sabel.

Sabel balas menatap cowok itu, “Yo, kan kamu tau aku baru dateng. Kamu yang selama bertahun-tahun sama dia kenapa nggak bilang? Kamu tuh nyalahin aku terus,” balasnya hampir berteriak, namun ia tahan karena sedang berada ditempat ramai.

“kamu sendiri yang selalu ngelarang aku buat kasi tau Nadh kan? Kamu selalu beralasan kalo belum waktunya dia tau padahal kita udah deket dari dua tahun lalu. Setiap aku mau kasi tau kamu selalu bilang nanti aja, dua tahun bel aku pura-pura didepan Nadhira. Dan sekarang kamu bilang aku nyalahin kamu terus? Ya emang kamu yang salah Isabella,” kata Dio dengan tegas, kemudian menyedot minumannya sebentar sebelum bangkit dengan wajah kesalnya meninggalkan Sabel yang merunduk tak peduli banyak.




FLIRTATIONSHIPTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang