Selamat membaca :)
***
Arga send a pict.
Arga : wohooooo sapa nihhhhh
Arga : nyesel kan lo gak turun sekolahhhhh huuuuu
Aksa mendelik heran membaca pesan itu. Si Arga nih kenapa sih? Emang harus ya kalo whatsapp tuh hurufnya dibanyakin gitu akhirnya? Biar apa? Biar keliatan heboh gitu? Hadeh. Terus apa katanya, nyesel nggak turun sekolah? Apa maksudnya?
Cowok itu membuka gambar, mendekatkan layar ponsel dengan wajahnya untuk mengenali orang yang ada disana tapi kemudian malah melebarkan mata kaget. Disana terlihat dua orang yang sedang menuruni tangga. Seorang cowok sedang merangkul cewek berambut ikal sepunggung.
Sebenarnya foto itu agak blur yang diambil dari sudut tak jelas, tapi Aksa dapat mengenali mereka dengan jelas. Itu Dio dan Nadhira. Seketika hatinya mencelos, bahunya melemas, ia menghembuskan nafas pelan, menenangkan pikirannya yang mendadak kacau.
Aksa merasa kalah sebelum berjuang. Yah memang tidak ada yang perlu diperjuangkan kayaknya. Ia juga merasa malu, sebagai cowok harusnya dia bisa bersikap lebih cuek dan tidak perduli tapi kenapa ia menjadi baper lebay gini? Nadh kan bukan siapa-siapanya, ia bahkan ragu Nadh tau siapa dirinya atau tidak.
Cowok itu merebahkan tubuh dikasur, tiba-tiba merasa lelah. Lelah fisik dan hati. Ia baru saja sampai dirumah karna baru pulang dari menjenguk nenek di Malang. Berniat beristirahat dengan tenang dan tanpa gangguan tapi Arga malah mengirimi gambar yang membuat pikirannya berantakan.
Arga nih kenapa sih? Kenapa dia ngirim foto yang bikin moodnya jelek? Nyesel nggak turun sekolah dari mana? Yang ada nyesel punya temen ember kayak dia.
Aksa melengos keras. Ia berusaha memejamkan mata tapi otaknya penuh dengan bayangan foto itu. Akhirnya ia bangkit, mengambil dompet dan kunci motor serta memakai jaketnya. Ia butuh sesuatu yang dapat menenangkan pikirannya sekarang. Ia butuh rokok atau setidaknya sekaleng kopi.
Aksa pergi ke minimarket 24 jam yang biasa dia datangi saat sedang merasa sepi. Tidak ada yang bisa diharapkan dirumah. Mama yang masih dirumah nenek dan papa yang seminggu terakhir pergi keluar kota.
***
Nadh menautkan alis melihat sabel yang sedang memakai sweeter putihnya, namun masih tak mau bertanya, ia ingin sabel yang memberi tahunya.
"Gue mau ke depan, lo mau ikut?" Tanya sabel membalikkan badan menghadap Nadh. "Mau fotokopi ini." Lanjutnya memberi tahu, tangannya mengangkat kertas yang dimaksud. Kertas yang berisi soal-soal tugas matematika besok dijam pertama karna sang guru tidak masuk dan menyuruh murid menyelesaikan soal-soal itu.
Nadh berpikir sejenak, ingin ikut karna merasa gabut tapi melihat jarum jam sudah menunjuk di angka sembilan ia jadi ragu. "Ini udah malem banget loh bel. Kenapa gak besok aja sih?" Tanyanya mengingatkan.
"Iyasih, tapi gue takut besok nggak sempet terus anak kelas gue pada nanyain." Jelas Sabel membuat Nadh diam, sudah menduga alasan Sabel. Ia meringis membayangkan betapa kaku dan seriusnya murid kelas IPA 1. Ia juga jadi bertanya-tanya apakah kelas itu punya grup chat kelas atau tidak dan apa yang akan terjadi kalau mereka bertemu dengan anak kelasnya yang super receh itu. Nadh sebagai ketua kelas saja sering melengos melihat tingkah absurd teman-temannya.
"Kelas lo ada grup wa nggak sih bel?" Tanya Nadh tak tahan.
Sabel mengangkat alis, "hm nggak ada tuh, kenapa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
FLIRTATIONSHIP
Подростковая литератураNadhira, cewek cuek dan mageran. Bersikap manja hanya kepada sahabatnya-Dio Mahesa, si cowok nomor wahid di SMA Hutama. Perlakuan Dio yang manis dan perhatian jelas membuat Nadh bahagia dan menganggap Dio akan selalu menjadi Dionya. Suatu ketika, d...