LARI PAGI

38 5 0
                                    

Selamat membaca :)

***

Hari belum terang benar saat Nadh dan Sabel berjalan beriringan keluar rumah, tentu karna jam masih menunjukan pukul setengah enam, jalanan komplek masih sepi dan lampu-lampu didepan rumah belum dimatikan. Mereka mengenakan setelan olagraga, berencana lari pagi ke arah lapangan komplek diblok ujung karna biasanya hari libur seperti minggu pagi ini akan ramai.

"Woi" Nadh menoleh, melihat Rere berlari kecil menghampiri mereka. "Gue nggak telat kan yak? Dio mana?" Tanyanya sambil menormalkan nafasnya.

Mereka memang sudah berjanji untuk berkumpul didepan rumah Nadh sebelum pergi bersama, tapi Dio tidak mengatakan apapun karna Nadh hanya mengirim pesan paksaan. Maka, sekarang yang menjadi PR adalah mengajak Dio yang kemungkinan besar masih molor di kasurnya.

"Eh hai Sabel, gue Rere." Katanya tersenyum hangat yang disambut senyum yang sama oleh Sabel.

"Hai Rere, akhirnya ketemu juga yah? Jadi ini Rere yang sering diceritain Nadh, rambutnya lucu hehe." Katanya sambil mengulurkan tangan menyentuh rambut sebahu dengan poni rata diatas mata milik Rere, sedang yang punya hanya cengengesan. Sementara Nadh yang melihat hanya tersenyum, kemudian berpikir bagaimana cara membangunkan Si tukang tidur Dio.

***

Sebenarnya Dio sudah berniat akan tidur seharian hari ini karena ia sendiri baru bisa tidur selepas subuh tadi gara gara semalam sibuk memikirkan Isabella. Tapi ia teringat pesan yang dikirimkan Nadh, mengajak untuk lari pagi ke lapangan komplek. Dio ingin menolak tapi urung ketika ingat kalau mereka sudah lama tidak lari pagi bersama dihari minggu seperti saat duduk di bangku SMP semenjak naik ke kelas sepuluh. Ingat juga lari pagi kali ini akan ditambah Isabella, Dio kembali malas, Dio masih belum mau berakrab-akrab ria dengan cewek itu.

Cowok itu menggeram kesal mendengar namanya diteriakkan berulang kali dari bawah sana. Demi apa, ini hari minggu dan semua pelajar berhak bermalas-malasan hari ini. Kecuali cewek satu itu, yang sedang berteriak kencang dibawah sana.

"YO, YOYOOOO BANGUN. GUE TAU LO DENGER YAA. NGGAK USAH SOK MASIH TIDUR LO!" Nadh berteriak lantang.

"HEEE NGGAK USAH SOK GANTENG LO, SINI BANGUN ATAU GUE MARAH!"

Sementara dikasurnya Dio tidak peduli, malah lanjut tidur dengan bantal yang menutupi kepalanya. Ia mendengar pintu kamar terbuka dan merasakan ada seseorang yang masuk.

"Bangun yo, Nadh udah teriak gitu nggak mungkin lo nggak denger." Kata Kak Tiara, menarik bantal Dio.

"Bilang gue males." Dio berujar pelan, matanya masih terpejam.

"Dengan resiko Nadh bakal nggak mau ngomong sama lo selama sebulan?" Kak Tiara bertanya, "dan lo bakal ngerengek sama gue minta bantuin?" Lanjutnya mengingatkan. Nadh marah karna Dio ingkar janji kemudian Dio akan memaksa Kak Tiara membujuk Nadh agar tidak marah, mereka baikan dan kemudian terulang kembali. Kak Tiara sudah hapal.

"YOYOOOOOO!" Suara Nadh kembali terdengar.

Akhirnya Dio bangun, bejalan kearah jendela.

"BACOT!" Berteriak balik dengan suara serak khas orang bangun tidur membuat Nadh dan Rere cekikikan sementara Sabel hanya tersenyum.

Sepuluh menit kemudian Dio keluar, mengenakan kaos putih, celana training, lengkap dengan sepatunya berjalan pelan menghampiri mereka bertiga yang menatap cowok itu.

"Haiiii yoyooo, pakabar nih? Dah lama nggak ketemu ya?"

Suara cempreng Rere menyadarkan Dio yang semula fokus menatap Nadh dengan wajah datarnya.

FLIRTATIONSHIPTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang