Selamat membaca:)
***
Mereka berempat duduk berhadapan pada salah satu meja dikafe. Nadh duduk bersandar sambil menyedot es coklatnya, matanya menatap bergantian pada Radi dan Askal yang fokus dengan laptop.
Disampingnya, Rere sibuk mengoceh tentang grup kelas yang sedang ramai yang masih saja sibuk membahas nilai raport maing-masing. Nadh sama sekali tak berminat untuk ikut nimbrung dalam grup berisik itu, ia bahkan tidak tau bagaimana nilainya karena mama yang menerima raportnya.
Radi tiba-tiba berdeham membuat Nadh reflek menegak, entah mengapa Radi selalu mampu membuat orang lain memerhatikannya. Apa karena ganteng dan bikin geter?
"ada saran lagu nggak Nad?" tanyanya menatap Nadh tepat.
Nadh menganga, "lah lo belum nyiapin lagu?" tanyanya bingung.
"kita udah ada sih, cuma kalo lo ada saran boleh aja." Kali ini askal yang menyahut.
Nadh megangguk, " hmm gue ikut ajalah."
Hening sejenak sampai seseorang datang. Aksa meringis berkali-kali mengatakan sorry pada Radi dan Askal sebelum duduk dibangku yang ia tarik dari meja lain. Cowok itu tersenyum lebar kearah Nadh yang dibalas sama lebarnya hingga membuat Rere yang tak sengaja melihat bergidik mendelik.
Radi benar-benar menjelaskan detailnya. Dari mulai lagu, proses rekaman dan pengambilan gambar dan video bahkan pakaian apa yang bisa Nadh dan Aksa pakai. Ia menyarankan Nadh dan Aksa untuk sering mendengarkan lagunya.
Nadh sangat merasa kagum dengan cowok itu. ia punya tekad yang kuat dan sangat yakin dengan apa yang ia kerjakan. Ia benar-benar sama dengan yang ada di video-video yang Nadh tonton di channel youtubenya. Ramah, percaya diri dan selalu tersenyum. Radi benar-benar melakukan kesenangannya, melakukan hobinya.
Nadh merasa apa yang dikatakan Rere benar, selama ini ia tidak pernah melihat dunia luar. Ia selalu berada didalam kenyamanannya sendiri. Nadh terlalu takut melangkah keluar dan begaul dengan orang-orang dari kelas lain. Nadh bahkan baru menyadarinya sekarang, kelasnya sebelahan dengan keas Radi tapi ia tak pernah benar-benar saling menyapa sebelum ini, keseharian disekolah ya hanya bolak-balik kelas, kantin, ruang guru dan sesekali ke perpustakaan bersama Dio.
Nadh sadar ia terlalu banyak menghabiskan waktunya bersama Dio.
Saat hari sudah menjelang sore Rere pamit duluan, beralasan harus bertemu dengan salah satu temannya. Nadh sempat protes bagaimana ia akan pulang karena ini pertama kalinya ia ada di kota ini tapi Aksa menawarkan akan mengantarnya. Rere tersenyum mengejek sebelum pergi membuat Nadh menggerutu kesal sendiri.
***
Nadh turun dari boncengan Aksa, menatap bingung pada rumah yang ada didepannya. Rumah yang terlalu terlihat sederhana.
"ini rumah nenek gue," kata Aksa, tangannya melepaskan kaitan pada helm Nadh.
Ia menggandeng tangan Nadh, membuat jantung cewek itu sedikit bergetar.
Buset ngegas.
Aksa sempat mengenalkannya kepada nenek dan mama yang sedang duduk diruang tengah. Mereka baik dan ramah. Nadh jadi berpikir, kenapa semua orang sangat baik kepadanya. Keluarga Rian dan keluarga Aksa mengingatkannya kepada orang tuanya dirumah. Sekarang ia sedikit menyesal karna sudah pergi dan tidak akan merayakan tahun baru bersama. Ia bahkan terlambat mengatakan selamat hari Ibu kepada sang mama.
"udah kangen mamakah?" tanya Aksa yang tiba-tiba datang, memberi segelas coklat panas yang membuat Nadh tersenyum senang, "suka banget sama coklat ya?" ia kembali bertanya.
Nadh hanya meringis, kembali menyesap coklatnya sambil menatap langit yang perlahan menggelap. Mereka duduk di ayunan halaman belakang rumah nenek Aksa, ayunan yang penuh kenangan kata cowok itu.
"gue nggak pernah jauh-jauh dari mama, tapi sekarang jauhnya kebangetan."
"nggak apa apa dong sekali sekali, seru kan ngobrol sama Radi tadi? Keluar Nadh jangan diem dikelas mulu." Kata Aksa pelan, menatap cewek itu.
Cewek itu mengangguk, "hmm, gue selama ini keenakan sama dunia gue sendiri sampe lupa temenan sama banyak orang. Padahal mama pernah bilang kalo SMA itu tempatnya buat banyak-banyak nyari temen, yaaah walaupun entar pas udah lulus belum tentu masih inget atau ngabarin."
Aksa hanya terdiam, malah lebih fokus menyelam kedalam mata cewek itu.
Nadh kali ini balas menatapnya, "lo tau? Dulu gue nggak deket sama mama karna yaah gue pernah nganggep kalo ibu tiri itu selalu jahat. Tapi gue bisa sedeket itu sama saudara tiri gue si Nathan, gue bener-bener anggep dia sebagai adik kesayangan gue. Nathan selalu bilang sama gue buat jangan terlalu cuek sama mama, kan mama selalu buatin bekel kesukaan gue buat sekolah. Pas Nathan pergi, mama hancur banget. Gue beraniin diri ngedeket, selalu meluk, nemenin dia tidur walaupun sebelum tidur kita berdua nangis dulu. Semenjak itu, gue janji sama Nathan gue bakal ngelupain fakta bahwa mama itu bukan mama kandung gue. Bener kata dia, mama baik banget sama gue. Seandainya pas anak itu masih ada gue udah mikir gitu dan ngelupain keegoisan gue, kita bertiga pasti udah sering ngobrol dan main bareng." Ceritanya panjang dengan pelan, matanya bahkan sudah berkaca-kaca kini,"gue kangen banget sama Nathan Sa, biasnya pas mau tahun baru gini kita berdua bakal sibuk banget nyari kembang api terus bikin vlog ala-ala gitu," lanjutnya tersenyum walau air matanya sudah menetes.
Aksa memberanikan diri mengambil tangan Nadh, menggenggamnya erat. Ia tak tau harus mengatakan apa, mendengarkan cewek itu mau membuka diri saja sudah membuat Aksa cukup senang.
"gue gatau kenapa gue berani cerita ini sama lo, tapi gue beneran kangen banget sama Nathan. Semenjak dia pergi selalu gue pedem sendiri bahkan sama Dio pun gue nggak berani cerita karna takut bakal ngebebanin dia." Kata Nadh.
Aksa tersenyum lebar, "lo bisa cerita apapun ke gue Nadh, gue sebenernya lebih suka denger walaupun gue bingung juga harus respon apa. Lo tau Arga kan? Anak itu selalu aja nempel gue karna gue selalu mau dengerin dia curhat. Masalahnya kebanyakan, dia nggak bisa nyimpen sendiri. Padahal gue cuma diem aja pas dengerin dia, eh sekarang gue sadar jangan-jangan emang nggakada yang mau temenan sama dia ya makanya dia deket gue terus," katanya sambil berpikir.
Nadh tertawa pelan, "jahat lo, dia keliatan baik gitu kok."
"jangan ketipu, dia itu ular," katanya dengan nada serius.
Yang berikutnya mereka tertawa dengan keras.
"KENAPA SIH CEWEK KALO KETAWA PASTI SAMBIL MUKUL?" Kata Aksa protes karena Nadh benar-benar memukulnya dengan keras sebelum akhirnya kembali tertawa lagi.
Pada akhirnya mereka hanya saling tatap sambil tersenyum lebar dengan jarak wajah yang tidak lebih dari sejengkal.
***
Angin bertiup sangat kencang saat Nadh hendak pulang sampai Aksa memaksanya memakai jaketnya. Seperti sebentar lagi akan turun hujan deras."lo udah janji bakal kerja keras buat project ini kan Nadh? Tadi lo udah sedih, besok lo harus semangat walaupun vibes lagunya agak sedih sih. Eh abis shoot gambar mau pulang bareng gue nggak? Apa mau tunggu Rere sampe tanggal 3?" tanya Aksa sambil memakai helmnya dan berlanjut memasangkan helm Nadh.
Nadh berpikir sejenak, "gue ntar ngobrol sama Rere dulu deh."
Motor mulai melaju, dengan pelan karna angin bertiup cukup kencang.
Nadh sempat ragu, sebelum akhirnya memberanikan diri melingkarkan lengannya memeluk Aksa dengan erat. Ia menyandarkan dagunya kebahu Aksa, "jangan pulang dulu yuk Sa, muter-muter dulu. Gue masih pengen kayak gini." Katanya dengan pelan, terdengar ragu.
Aksa yang awalnya kaget dan berdebar, kini malah tersenyum lebar dibalik helmnya.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
FLIRTATIONSHIP
Teen FictionNadhira, cewek cuek dan mageran. Bersikap manja hanya kepada sahabatnya-Dio Mahesa, si cowok nomor wahid di SMA Hutama. Perlakuan Dio yang manis dan perhatian jelas membuat Nadh bahagia dan menganggap Dio akan selalu menjadi Dionya. Suatu ketika, d...