Rasa

71 4 0
                                    

Selamat membaca :)

***

"Aksaraaa, tungguin gue!"

Yang dipanggil menoleh, matanya melebar memerhatikan seorang yang menghampirinya, sedang yang diperhatikan mencoba mengatur nafasnya lantaran habis berlari dari koridor bawah ke kelas IPA dilantai 2.

"Napa lo? Rambut gini amat." Tanya Aksa, menunjuk rambut Arga yang agak panjang.

"Hooh. Belum sempet cukur gue." Katanya mulai berjalan lagi. "Gimana hati lo, aman?"

"Santuy gue mahhh."

Arga mencibir, berjalan menuju kelasnya diujung koridor kemudian memilih bangku paling belakang seperti biasa, duduk meletakkan kepala diatas meja dan memejamkan mata. Sementara Aksa memilih diam sambil memikirkan cewek aneh yang muncul dihadapannya tadi pagi.

"Eh ga, lu tau nadh nggak?" Katanya menoleh kesamping. "Yeuuu si anying masih pagi dah molor aja."

Merasa bosan Aksa memerhatikan keadaan kelas barunya, belum terlalu ramai tapi cukup membuat suasana menjadi riuh. Tapi dia sama sekali tak berniat untuk menyapa mereka yang akan menjadi teman sekelasnya selama setahun kedepan. Paling juga nggak bakal ada yang mau deket sama gue, pikirnya. Terlanjur mempunyai image dingin dan membosankan membuat dia tidak mempunyai teman dekat selain Arga padahal Aksa mempunyai wajah yang bisa dibilang ganteng. Tapi saat matanya melihat kebangku ujung depan, Aksa terkejut baru menyadari bahwa cewek itu juga akan menjadi teman sekelasnya setahun kedepan.

****

Nadh bejalan pelan menyusuri koridor menuju kumpulan siswa didepan sana, dalam hati berdoa semoga keinginannya untuk masuk kelas IPS terpenuhi. Menyeruak masuk kedalam kumpulan itu tangannya menunjuk mencari-cari namanya, kemudian tersentak saat tiba-tiba ada yang menarik tangannya keluar dari sana.

"Heee apaan sih lo reee, gue belum ketemu nama gue ituuu gimana sihh?" Protes Nadh heboh.

"Santai santai, kita sekelas di IPS 2. Yok lah!" Ajak Rere. "Si Dio mana dah nadh? Biasanya nempelin elo. Oh iya dia masuk IPA ya? Napa nadh ? Napa masuk IPA bukan bareng lo aja. Kan asik tuh ada yang jagain kayak pas kelas sepuluh dulu, berduaa mulu kayak pacaran. Lagian ya napa sih lo nggak pacaran aja sama Dio, lo juga suka kan sama dia?"

Nadh melotot. "Bacot lo!" Katanya berjalan terlebih dahulu menuju kelasnya. Rere segera berlari menyusul, kesal ditinggal begitu saja. Ingin bicara lagi tapi urung ketika melihat Nadh sudah duduk dibangku pilihannya sambil menopang dagu. Nadh selalu saja menghindar saat Rere mulai membahas tentang perasaannya. Rere paham bahkan sangat paham bagaimana perasaan Nadh kepada Dio, paham kalau Nadh naksir sahabatnya sendiri. Tapi seolah dalam sinetron, pemeran utama justru tak menyadari hati lawan mainnya. Dio tidak pernah sadar dengan perasaan Nadh.

***

Tiga puluh menit lalu seorang guru wanita masuk ke kelas IPS 2, memperkenalkan diri sebagai Bu Intan, usianya masih akhir dua puluhan dan baru menikah dua bulan lalu. Bu Intan akan menjadi wali kelas IPS 2 selama kelas sebelas, ia sendiri merupakan seorang guru Bahasa Inggris. Setelah mengabsen murid satu persatu, kelas mulai riuh karena akan dilakukan pemilihan perangkat kelas.

"Angga tuh angga dia mau katanya."

"Nadh aja woi, dia kan serem!"

"Reree aja, bacot mulu dia."

"Dah vote aja vote!"

"Tunjuk aja buk."

"Nadhira, Nadhira, Nadhiraaaa!"

FLIRTATIONSHIPTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang