RINDU

36 2 0
                                    

Selamat membaca :)

***

Dio melambatkan laju motor saat memasuki Perumahan Permata Biru, "he Irene, lo ngapa dah sama Aksa?" Tanyanya agak berteriak, melihat tingkah Aksa dan Irene yang seperti sedang perang dingin membuat Dio kepo, padahal setahunya mereka dekat.

Irene mendelik, diam saja pura-pura tak mendengar malah memerhatikan sekitar.

"Denger ya ren menurut gue nih ya gak usah lah marah marahan gitu, lebay banget. Lagian nih ya masih SMA pacaran mah santai aja nggak usah serius amat. Pacaran SMA itu kan buat nambah semangat, kalo bikin capek mah putus aja." Kata Dio sok tahu membuat Irene dibelakangnya memutar bola mata malas.

"Bacot lo ih." Jawab Irene, tangannya mendorong keras helm Dio. Si Dio ini sama aja kayak Arga, ngoceh mulu.

Mereka berhenti di depan sebuah rumah bercat abu-abu dengan pagar rendah, Irene segera turun, melepas helm dan memberikan kepada Dio yang terkekeh, kemudian menyusul Aksa yang sudah masuk ke halaman rumah.

"Wah gila, dah lama banget gue gak kesini. Banyak pohon ya sekarang, dulu mah gersang banget." Kata Dio mengoceh sendiri membuat Aksa yang mendengar mengernyit bingung, Irene tak peduli lagi sudah duduk bersandar dikursi teras Aksa.

"Emang lo pernah kesini?" Tanya Aksa.

Dio menoleh, "iyalah, dulu pas SD gue tinggal disini, rumah gue di ujung sana." Katanya menunjuk keujung jalan.

"Lo.... Dio yang itu bukan sih?" Tanya Aksa kemudian, penasaran juga.

Dio melongo, Irene yang tak peduli jadi ikut melirik mendengar pertanyaan itu. Mereka semua diam menunggu jawaban Dio yang butuh waktu sepuluh detik mencerna pertanyaan Aksa.

"Hah? Maksud lo?" Dio balik bertanya, tak paham.

Irene melengos keras, tak terkejut dengan respon Dio yang sudah ia duga.

"Enggak enggak, dulu gue punya kenalan namanya kayak lo." Jawab Aksa, segera membuka pintu melangkah menuju kamar.

Dio semakin bingung, menatap Irene yang mengangkat bahu tak paham kemudian kembali memerhatikan sekitar mencoba mengingat-ingat.

Dulu saat SD ia dan keluargnya tinggal disini kemudian pindah bersama Kak Tiara ke rumah yang dibeli papa-rumah yang berada tepat disebrang rumah Nadhira. Dio tak pernah punya teman dekat disini karna sepulang sekolah ia akan main dirumah Nadhira sampai menjelang malam dan Kak Tiara datang menjemput. Kecuali Ari-yang entah bisa disebut teman atau tidak karna mereka hanya bertemu sekali, bocah tinggi yang mengajaknya bermain bola bersama anak-anak lain dilapangan tanah merah saat ia sedang duduk sendirian ditaman.

Dio ingat, saat itu ia tidak main kerumah Nadh karna Kak Tiara menjemput kesekolah mengatakan kalau hari ini papa pulang cepat dan mengajak jalan-jalan keluarga. Dio jelas sangat senang mengingat papa yang jarang pulang apalagi mengajak jalan-jalan bahkan ia dengan semangat menawarkan pada Nadh untuk ikut serta tapi Nadh menolak halus.

Tapi saat sampai dirumah Dio mendapati mama dan papanya saling berteriak, papa bahkan melempar vas bunga membuat airnya bercecer dilantai. Dio kecil yang tak terlalu mengerti bertanya pada Kak Tiara tapi tak menjawab apapun. Hingga papa pergi mengabaikan Dio yang sudah berharap banyak, Kak Tiara menenangkan mama yang terisak.

Dio melihat mobil papa pergi dengan raut sedih. Ia melangkah lemas menyusuri jalanan hingga berakhir duduk dibangku taman, sendirian. Ia ingin kerumah Nadh, bermain dengan Nadh, ia tak mau pulang.

Saat itu seseorang duduk disampingnya membuat Dio menoleh, tapi tak mengatakan apapun. Mereka diam, anak itu memain-mainkan bola ditangannya.

"Aku Ari, main disana yuk sama temen temen yang lain." Ajak anak itu, menunjuk tanah kosong dengan anak-anak yang sudah ramai berkumpul.

FLIRTATIONSHIPTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang