The feels like the start of something good.***
"Lo yang cari ya ren."
Irene mondongak, "kok gue?" Protesnya menatap Reza-si ketua osis.
"Iyalah. Masa gue." Sahut Dio diujung meja.
Irene mendecak kesal, mendelik ke arah Dio yang tertawa-tawa.
"Koneksi lo kan banyak pasti dapet lah." Jawab Reza tenang, "dah lah bubar."
"Koneksi koneksi." Cibir Irene dengan kesal menumpuk barang-barangnya.
Sekolah sudah sepi saat cewek itu berjalan dikoridor menuju kelasnya, hanya ada beberapa siswa iseng yang sedang main basket atau duduk-duduk dilapangan.
Ia mulai berpikir siapa yang bisa menggantikan band kelas sebelas untuk tampil dipentas seni sekolah dua minggu lagi. Ia mengingat-ingat kemudian mengacak rambut gemas tak menemukan solusi.
Sudah tidak ada banyak waktu lagi, hari ini hari sabtu sedangkan hari senin ia harus fokus dengan ujian akhir semester satunya. Tapi sekarang ia malah harus mencari pengganti band sekolah yang batal tampil karna harus mengikuti lomba.
Irene memasuki kelas untuk mengambil tasnya yang ia tinggal dipelajaran terakhir tadi untuk mengikuti rapat osis. Berbeda dengan Dio yang langsung membawa tasnya keluar. Awalnya ia mengira kelasnya kosong tapi ternyata masih ada dua orang siswa dibangku deretan belakang.
Irene terdiam berpikir sebentar tapi kemudian meyakinkan diri mendekat kearah Aksa yang sedang membaca buku catatannya. Dibangku sampingnya Arga menenggelamkan wajah dilipatan tangannya, tertidur pulas.
"Hm sa, gue mau ngomong bentar." Kata Irene memulai percakapan. Ia bingung karna selama hampir satu semester berada dikelas yang sama nyatanya mereka memang jarang mengobrol kecuali urusan pelajaran.
Aksa mendongak mengangkat alisnya menatap Irene, "soal?" Tanyanya tak paham cewek itu tiba-tiba mengajaknya bicara.
"Eh gini mau minta tolong sebenernya, lo pensi nanti kosong kan ya?" Tanya Irene, masih berdiri disamping meja.
Aksa hanya mengangguk.
"Gue mau minta tolong lo buat tampil dipensi nanti gantiin anak band angkatan kita soalnya mereka mau ikut lomba." Jelas Irene dengan cepat tanpa intonasi.
"Gimana gimana?" Tanya Aksa mengerutkan kening semakin tak paham, tak mendengar dengan jelas apa yang dikatakan cewek itu.
Irene menghela nafas, duduk dikursi depan Aksa, "gini gini, band angkatan kita kan batal tampil dipensi soalnya mau ikut lomba gitu. Nah gue lagi nyari penggantinya biar kita panitia nggak ngubah jadwal lagi." Jelasnya, "lo bisa?" Lanjutnya bertanya dengan suara pelan.
"Maksud lo gue ngeband gitu?
Irene menggeleng cepat, "enggak gitu, lo tampil aja. Akustikan, satu lagu doang. Eh dua atau tiga lagu lah biar agak lama." Jawabnya mengingat satu lagu tak sampai lima menit.
"Nggak mau gue." Jawab Aksa tak berpikir panjang, kembali fokus membaca catatannya.
"Sa, bentar doang elah tolongin gue. Senin dah ulangan males gue nyari nyari lagi." Irene masih membujuk.
"Males latihannya gue."
"Gue tau lo nggak perlu latihan, orang tiap hari megang gitar. Ini nih lo cuma beda tempat main aja sa, biasanya dikamar sekarang dipanggung yang nonton juga cuma anak sini. Nggak mungkin lo malu." Sahut Irene menatap Aksa, "lagian kan anggep aja pembuktian ke papa lo kalo lo bisa apa aja. Dah ya gue mau pulang. Lo pikirin dulu deh nanti malem kasi tau gue."
KAMU SEDANG MEMBACA
FLIRTATIONSHIP
Teen FictionNadhira, cewek cuek dan mageran. Bersikap manja hanya kepada sahabatnya-Dio Mahesa, si cowok nomor wahid di SMA Hutama. Perlakuan Dio yang manis dan perhatian jelas membuat Nadh bahagia dan menganggap Dio akan selalu menjadi Dionya. Suatu ketika, d...