Waktu bukan ukuran untuk memastikan isi hati seseorang
***
Jika ditanya kapan pagi hari paling menyenangkan selama dirinya menjadi siswa SMA maka Aksa dengan pasti akan menjawab hari ini. Kalau pagi-pagi sebelumnya akan dilalui dengan wajah datar, sering melewatkan sarapan bahkan tidak menemukan seorangpun dirumah, maka berbeda dengan hari ini.
Wajah Aksa terlihat berseri, tanpa sadar bersenandung kecil berjalan menuju meja makan. Tak banyak kata ia mendudukkan diri dan memakan nasi goreng yang sudah disiapkan membuat mama yang sedang menuang air putih ke gelas agak terheran. Namun tak mau merusak suasana, Raya tetap diam tak mau bertanya.
"Aksa pergi dulu." Kata Aksa setelah meneguk minumnya, kemudian menyalimi Raya yang melebarkan mata terkejut.
"Hati-hati."
Aksa tak menjawab, hanya mengangguk tersenyum lebar namun bisa membuat Raya tersenyum haru.
Selama perjalanan ke sekolah Aksa tak berhenti menyunggingkan senyum, merasa senang sang mama mau mejaga moodnya yang sedang bagus.
Namun mengingat bahwa hari ini mungkin bisa menjadi hari terakhir ia bisa dekat dengan Nadh membuat ia gelisah, tentu saja setelah ini tidak ada alasan lagi Aksa bisa menemui cewek itu walau ia tetap ingin dekat.
Ah Aksa tak mau berekspetasi tinggi, ia hanya ingin tampil semampunya dan sudah. Tak ada yang perlu ditakutkan lagi.
Ya, seharusnya tak ada yang perlu dikhawatirkan karna sedari awal Aksa dan Nadh memang hanya partner bernyanyi untuk hari ini, tidak lebih.
***
"Selamat pagi Ibundaku yang cantik."
Rima terkekeh geli mendengar sapaan putrinya, Nadh yang terlihat galak disekolah nyatanya hanya akan menjadi anak perempuan menggelikan dimata sang mama.
"Selamat pagi anak gadis mama yang cantik juga tapi masih cantikan mama." Balas Rima dengan manis, meletakkan segelas susu didepan Nadh.
"Mah, aku bawain bekel dong hari ini nggak mau jajan. Sabel mana dah?"
"Napa nyariin gue? Kangen?"
Nadh menoleh, mendelik pada Sabel yang duduk didepannya dan langsung memakan rotinya.
"Gimana Nadh? Dah siap kan?"
"Siap apa?"
"Nyanyi dong masa main kasti."
"Ah sebenernya agak gugup sih gue, ini yang pertama buat gue bel beda sama lo yang udah sering."
Sabel tersenyum menenangkan, "santai aja, yang pertama emang selalu bikin deg degan. Gue juga dulu gitu dulu, tapi kalo lo nggak mulai lo nggak akan pernah bisa."
"Ah sangat bijak ya anda." Kata Nadh meledek.
"Hehe yah sayang banget gue nggak bisa nonton perdana lo." Sabel mencuatkan bibir kecil, merasa agak kecewa.
"Kan lain kali masih ada. Lo langsung pergi kan? Gue duluan ya."
Sabel mengangguk, matanya mengikuti Nadh yang mengambil kotak bekal dan mencium pipi Rima. Dalam hati meringis, seandainya kedua orang tuanya masih ada ia mungkin masih bisa mendapatkan kecupan dan kalimat penyemangat sebelum ia tampil seperti yang Nadh dapatkan sekarang.
***
Setelah menyerahkan ongkos kepada bapak ojek online yang mengantarnya, Nadh memasuki gerbang sekolah sambil melihat ponselnya yang menampilkan pesan masuk.
KAMU SEDANG MEMBACA
FLIRTATIONSHIP
Teen FictionNadhira, cewek cuek dan mageran. Bersikap manja hanya kepada sahabatnya-Dio Mahesa, si cowok nomor wahid di SMA Hutama. Perlakuan Dio yang manis dan perhatian jelas membuat Nadh bahagia dan menganggap Dio akan selalu menjadi Dionya. Suatu ketika, d...