One-shot #Tenang

544 23 82
                                    

Tokoh yang terlibat: Lust, Chastity

Genre: Fluff, Angst

TW/Notes: Ada sedikit adegan yang berhubungan dengan Lust demi penyesuaian karakter. Mohon kebijakan pembaca. Chastity perempuan di sini. Bukan fic romantis, tapi semua tetap bergantung pada imajinasi pembaca. Karena Emo kepepet jadwal padat dan nggak bisa nulis apapun buat Valentine, lebih baik Emo lanjutin ini. Anggap saja special chapter Valentine, hehe. Udah berapa minggu melewati Valentine padahal. :"V

.

.

.

.

.

'Huh, dasar si Kakak, bilang aja mau gayor sama Kak Kindness. Pake alasan segala. Duh, gemes deh!'

Matahari masih menyapa dari Barat, menyinari tempat kos sang Hawa Nafsu dengan cahaya kemerahan. Burung—burung kecil berkicau dengan gembira sementara Lust menggerutu sendiri.

Singkat cerita, Lust ingin mengunjungi kakaknya di rumah Kindness bersama si bocah singa itu begitu shift—nya selesai. Lust sudah semangat bekerja, menebar pesona hingga RPC kehabisan barang baku saking lakunya. Konon, kalau suatu pekerjaan dilakukan dengan senang hati, maka akan cepat selesai.

Namun, begitu sampai di rumah Kindness, Envy malah tidak ingin bertemu dengannya. Envy sangat sibuk sehingga tidak bisa meluangkan waktunya untuk adiknya. Begitu juga dengan Kindness. Ya, setidaknya itulah yang dikatakan Rion. Lust lalu bersikeras agar mengunjungi mereka esok harinya. Tetapi Rion tetap membantah dengan alasan yang sama. Akhirnya, Lust pun pulang dengan kesal.

Kelinci itu pun meraba—raba saku celananya, mengambil kunci kamar kosnya. 'Mending mandi dulu, ah. Bete!' batin Lust sambil membuka kunci kamarnya. Hal pertama yang dilakukannya begitu memasuki kamar ialah melempar sepatunya ke arah yang tidak ditentukan, menyambar handuk di atas kasurnya lalu beranjak ke kamar mandi.

Lust membuka pakaiannya dengan cepat di depan cermin kamar mandi, ingin segera menatapi lekukan tubuhnya sendiri yang menggoda. Begitu ia selesai melempar pakaian dalamnya ke lantai, ia mendapatkan bayangan menyenangkan tersebut. Sambil menggigit bagian bawah bibirnya, pandangannya perlahan—lahan menelusuri dadanya sampai ke pinggulnya.

Lust sepenuhnya menyadari bahwa untuk saat ini, berhubungan intim adalah hal yang sulit untuk dijangkau. Akhirnya, alih—alih di depan cermin, Sang Hawa Nafsu memutuskan untuk bersenang—senang selagi mandi saja.

Lust mengenakan showercapnya dan melangkah masuk ke dalam bak mandi. Ia memutarkan keran showernya ke arah kanan, mengharapkan air hangat.

Csshhh..

'Hmm, hangat,' batinnya sembari memeluk badannya, 'demi apa, nyaman sekali.' Lust sesekali memindahkan badannya agar semua bagian tubuhnya terkena air dari surga tersebut. Kalau saja ada yang mau menemaninya, mungkin kegiatan mandi ini akan menjadi lebih menyenangkan.

Rintik—rintik air shower menyentuh kulit Lust dengan lembut namun sedikit menyengat dalam setiap tetesannya. Lust menghela nafasnya dengan tenang sembari membiarkan pikirannya melayang entah kemana. Matanya terasa berat, air panas ini membuat tubuhnya merasa seperti dipeluk. Suara jatuhnya tetesan air shower yang ramai terdengar begitu menenangkan di telinga Lust, seperti hujan di malam hari.

Desime DiariesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang