One-Shot #NecroCowar

251 24 139
                                    

'Lalu, Red kecil terus menelusuri jalur yang jauh sambil bermain-main dengan kupu-kupu.'

Cowardice merinding membayangkan dirinya bermain dengan kupu-kupu. Ia tidak kuat membayangkannya, dengan pola sayap mereka yang menyolok dan tipis. Menggelikan.

'Sementara itu, Serigala sudah sampai di rumah Nenek. Diketuklah pintu rumah Nenek. 'Nek? Ini aku, Red kecil. Bukakan pintunya.' Nenek yang sedang sakit hanya membalas, 'Nenek tidak kuat, Nak, masuk saja.'

Cowardice sudah bisa menafsirkan apa yang akan terjadi.

'Diputarlah kenop pintu rumah Nenek dengan pelan-pelan,' lanjut Rion dengan nada rendah dan menegangkan. Cowardice kesulitan bernafas. 'Nenek pun dimakan bulat-bulat olehnya!'

Tepat saat itu juga, Cowardice berteriak dengan nyaring. Mengerikan. Membayangkan perasaan Nenek tidak berdosa yang dilahap oleh Serigala jahat. Sungguh kasihan si Nenek. Padahal Nenek hanya ingin melihat cucu kesayangannya.

'Oi, jangan nangis, dong,' tegur Rion, meladeni Cowardice yang menangis tiba-tiba.

'Huweeeeeng,' isak Cowardice, wajahnya menjadi basah karena air mata.

'Bentar lagi aku bisa diburu Kak Envy, nih,' ujar Rion sambil mengambil sekotak tisu, 'tadi katanya minta dibacain cerita.'

Cowardice tak kuat untuk membalas. Kalau ia mengeluarkan sepatah kata pun, ia yakin ia akan tersedak. Tapi ia tidak bisa berhenti menangis. Mengerikan membayangkan perut serigala yang gelap gulita, dan mengetahui bahwa engkau sudah tua dan akan mati tanpa bertemu cucumu.

'Ada apa ini?!'

Pintu kamar didobrak buka oleh Envy. Rion memandang dengan wajah YaSudahDehTerimaNasib, sementara Envy menatap situasi dengan wajah Triggered.

'Oi, bocah! Kau apakan adikku kali ini?!' bentak Envy dengan khawatir, seraya memeluk Cowardice.

'Dia minta dibacain dongeng, kubacakan, deh,' balas Rion sambil garuk-garuk kepala, 'eh, dianya nangis.'

Cowardice masih terisak dalam pelukan kakaknya. Bisa pilek kalau tidak berhenti nangis.

'Sudah, Kakak di sini,' bisik Envy sambil mengusap wajah Cowardice dengan tisu, 'apapun itu yang kamu takuti tidak akan mengganggu kamu. Kak Rion yang diganggu nanti, tenang aja.'

Rion hanya menatap dengan wajah Woi! sementara Cowardice mulai tenang.

'Kakak mau pergi dulu,' ujar Envy sambil beranjak ke pintu, 'kalian baik-baik, ya.'

'Awas kalo Kak Kindness diapa-apain,' gertak Rion, 'kumakan kau.'

'Berisik, bikin iri aja,' dengus Envy sambil keluar dari kamar.

Cowardice masih sedikit terisak, matanya masih merah. Rion terdiam sejenak sebelum merapikan buku-bukunya.

'Hey, Cowar, kau ada kerjaan?' tanya Rion, sambil mengemas beberapa buku ke dalam sebuah tas, 'kalau nggak, boleh ku minta tolong?'

Cowardice mengangguk sambil mengusap matanya.

'Aku tidak ada kerjaan,' balasnya.

'Bagus, boleh minta tolong antarkan ini ke rumah Animancy?' tanya Rion sambil menyodorkan tas tadi, yang sudah berat diisi dengan buku-buku, 'tau rumahnya, kan?'

Rumah Animancy, keluarga Atramentous? Berarti, ia dapat bertemu dengan dia. Cowardice malu sendiri membayangkannya. Tapi, ia juga ingin sekali bertemu dengannya.

'Iya, aku tau,' balas Cowardice, mengambil tas tersebut, 'baiklah, kuantarkan ini pada Kak Animancy.'

'Sip, makasih banyak,' ujar Rion dengan mantap sambil mengacungkan jempol, 'pulang sebelum malam, ya!'

Desime DiariesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang