Kepalanya terasa gatal. Dadanya sesak. Ia ingin teriak. Tangannya berkutat ingin melempar komputer di depannya. Rangkaian kalimat bagaikan semut terpajang di layar benda tersebut. Namun, hanya beberapa patah kata yang membuatnya ingin mengamuk.
'Sialaaaan,' geramnya, serasa ingin menggaruk matanya keluar, 'kutunjukkan padamu, keparat.'
Dadanya masih terasa sesak. Jarinya geram ingin menggaruk sesuatu. Tenggorokannya membulat ingin mengeluarkan kata—kata. Ia berusaha melakukan semua itu. Namun, ia tak berhasil.
Bola matanya berpindah ke depan, pada bingkai kayu di atas dinding.
Greed mengerutkan dahinya, dan menggigit bagian bawah bibirnya. Ia berdiri dan mengambil sepatunya. Ia melemparnya pada foto itu, hingga jatuh dan pecah. Ia mengobrak—abrik tumpukan kertas di atas mejanya sambil melepaskan suara.
Greed tidak kuat lagi. Mengapa ia harus pergi? Dia berutang padanya untuk ini. Ia kembali duduk, mendekapkan wajahnya dalam kedua telapak tangannya. Wajahnya terasa panas.
Ia ingin menangis. Tapi Greed tidak selemah itu.
~•~
Entahlah, kegajean untuk melampiaskan(?).
Abaikan aja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Desime Diaries
RandomTeori, pendapat, one-shot, imagines, dan lain-lain dalam tema Deadly 7 Inside Me. Ikuti terus goodies berupa karya tulis yang menanti kalian, para penggemar Desime.