CHAPTER DUA SEMBILAN

33 9 0
                                    

"Tadi Klara kenapa?" Tanya Frendy

"Gak tau tiba tiba pingsan"

"Lo boleh keluar!"

Tanpa banya bicara Abhi pun keluar dari UKS. Jujur dia juga tak ingin berlama lama disana. Tak ada urusan dan tak penting. Toh Klara pingsan bukan karenanya

Dimas berlari ngos ngosan sambil membawakan obat Klara

"Ini ya obatnya? Kok perasaan warnanya beda ya Dy?" Tanya Dimas

"Iya penyakit maag Klara makin parah. Gue kemarin nemenin dia ke dokter. Kambuh beberapa menit saja Klara mungkin bakalan pingsan kaya sekarang" jelas Frendy

"Susah juga nih bocah. Dibilangin juga ngeyel kalau makan jangan sampai telat"

Klara membuka matanya. Dilihat Frendy dan Dimas disampingnya. Klara masih ling lung karena terakhir kali yg dia lihat adalah Abhi dan mereka berada di toilet belakang.

"Gue dimana?"

"Dipasar minggu!" Ujar Dimas. Seperti biasa ngawur

"Lo dari tadi pagi belum makan?" Tanya Frendy dengan tegas

"Belum"

"Tuh kan Klaraa! Udah berapa kali gue bilang lo tuh gak boleh telat makan terus" gerutu Frendy

"Tau lo. Telat makan kok hoby" sembur Dimas

"Lo tuh sakit Klara!"

"Iya tuh lo sakit" ujar Dimas lagi

"Lo harus slalu jaga diri lo"

"Yap harus dijaga"

"Dimas!" Teriak Frendy kepada Dimas

"Iya sayang"

"Diem! Gue lagi marah!"

"Tuh kan Ra Frendy marah. Makanya lo nurut" jawab Dimas lagi dengan enteng

"Iya iya maaf gue lupa tadi. Gue kan sama Abhi"

"Lo ngapain tadi sama Abhi?" Tanya Frendy

"Disuruh bersihin bajunya yg kotor karena gue tadi"

"Trus lo mau gitu aja?"

"Ya mau gimana lagi? Pintunya dikunci dan gue gak boleh keluar. Lagian gue juga gak sengaja"

"Kalau gue jadi lo gue pasti udah sihir Abhi jadi kodok" ujar Dimas

"Dan gue gak bisa keluar dari kamar mandi selamanya" ujar Klara dengan wajah datar

"Oh iya ya kan kunci nya dibawa Abhi. Hahah emang nolep gue"

"Hmm"

"Udah lo minum obat lo. Trus kita ke kantin buat makan. Gue gak suka lo kaya gini"

"Iya iya bawel"

Klara pun meminum obatnya. Ditunggu beberapa saat sampai rasa sakit diperutnya hilang. Dan mereka langsung bergegas ke kantin.

Bodo amat bolos. Yg penting makan. Pikir Dimas

Mereka pun memesan tiga mangkuk bakso dan juz jeruk. Klara memasukan sambal di baksonya. Ketika Klara ingin memakannya bakso Klara dimakan Dimas

"Ohh ohh ohh tidak tidak ini pedas. Kau tak boleh makan pedas" ujar Dimas

Frendy menoleh dan menukar bakso Klara dengan makso miliknya

"Makan!" Tegas Frendy

"Aaa punya lo gak pedes balikin punya gue"

"Makan bakso gue trus liat Dimas. Nanti bakalan terasa pedes"

"Gak mau. Liat Dimas jadi asem"

"Ya allah ya robbi ternistakan gue"

"Klaraa makan" ujar Frendy lagi dengan lembut

"Iya iyaa"

Dengan terpaksa Klara memakan bakso milik Frendy. Sebenarnya rasanya tak terlalu berpengaruh. Hanya Klara saja yg tak puas jika tak pedas.

***

Radit pergi meninggalkan kelas yg tak ada guru yg mengajar. Dia bosan dan memilih ke atap gedung sekolah

Cuaca sedang mendung. Radit duduk ditepi gedung sambil menyalakan rokoknya. Fikirannya terus kepada Klara

Sudah hampir lima bulan dia berpisah dengan Klara tapi Radit tak bisa move on. Sesekali dia ingat Klara meski sedang bersama Dewi

Radit salah, benar benar salah telah menyia nyiakan Klara. Sampai sekarang Radit masih menyesal. Radit telah kehilangan benar benar kehilangan.

Flasback on

"Eh nak Radit kok lama gak kerumah" ujar pembantu rumah tangga Klara

Mereka tak sengaja bertemu di swalayan. Radit sedikit bingung menjawabnya. Sebenarnya Radit ingin ke rumah Klara

"Agak sibuk sama sekolah bi. Jadi jarang ada waktu buat main. Kapan kapan Radit mampir kok"

"Oh gitu yaudah bibi jalan duluan ya"

"Iyaa"

Flasback off

Radit membuang sembarangan rokoknya yg masih menyala. Fikirannya sedang kacau. Bahkan Dewi pun tak terlalu perduli. Radit memilih menghubungi Klara

Satu panggilan tak terjawab

Dua panggilan pun tak terjawan

Tiga panggilan. Radit putus asa dan hampir mematikan panggilannya. Sebelum itu ada jawaban dari Klara

"Iya hallo?"

"Klara"

"Ada apa Dit?"

"Nanti malem lo keluar gak?"

"Enggak kok"

"Gue kerumah lo ga papa kan?"

"Ya ga papa donk mampir aja"

"Makasih nanti gue kesana"

"Iya"

Panggilan pun terputus. Setidaknya ada harapan untuk Radit walau Radit tak terlalu berharap

FRESATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang