PART 6 | KEEP TO BE ALONE

87 9 0
                                    

Sekelilingku sepi, namun entah kenapa terasa begitu ramai yang terlintas di dalam kepalaku. Suara, kenangan menyakitkan, serta bentuk wajah orang kusayang selalu berada disana.


______________________________

Rewrite Our Memoriesー

우리의 추억을 다시 쓰다

______________________________

Adakalanya apa yang ada di pikiran tidak dapat bekerja sama dengan apa yang ada di hati. Seperti dua sisi yang berlawanan, mereka saling bertengkar dalam diam serta membuat si pemilik kebingungan harus memilih pada keputusan yang mana.

Suara sentuhan jemari ke arah  keyboard komputer terdengar begitu kuat memenuhi ruangan. Dari jendela yang tampak berukuran besar tampak matahari pagi menyorotkan sinar paginya berhasil membuat ruangan yang tadinya remang kini terlihat segar dan begitu cerah.

Mungkin seperti itulah yang ada di dalam diri Hyeong Jin sekarang. Di balik diamnya dirinya seolah terlalu berisik di dalam sisi lain tubuhnya. Dimana pikirannya menginginkan untuk tetap berada di dalam kesendirian sementara hati tak ingin membiarkan diri hidup dalam kesepian.

2 jam. Tepat 2 jam dirinya tertidur lelap.

Dengan kantong mata hitam di balik kacamatanya itu Hyeong Jin menguap, dimasukkannya keripik pedas ke dalam mulut berharap rasa itu dapat menghilangkan rasa kantuk.

Mungkin para penulis tahu akan hal ini.

Ide selalu datang di saat yang tidak tepat. Ketika kita ingin beristirahat, tidur, ataupun sibuk dengan kegiatan lainnya ide selalu datang dengan mudah, tapi duduk di hadapan laptop kenapa...

Gerakan jari terhenti seketika. Mata bundar yang tampak mengantuk kini memerhatikan layar laptop dengan datar.

Prolog

Hanya itu yang tertera di awal kertas. Tidak ada lagi lanjutan hanya ada judul perbab saja. Sungguh menyebalkan.

Ting...

Suara musik box time for the moon night mengalun dari hp berwarna hitam tersebut. Nihil, padahal berusaha mungkin diirnya mengabaikan namun seakan-akan tidak tahu diri terus berbunyi dan mengganggu konsentrasinya tanpa henti.

Hyeong Jin membuka laci meja komputer dengan sekali hentakan, diambilnya hp itu dengan malas seraya mengangkat panggilan dari seberang sana.

"Yak Henji! Bagaimana kabarmu pagi ini?"

Editor Kim. Hyeong Jin kembali menguap, meneguk sebotol besar yang berisikan air mineral. Tidak ada orang lain yang rajin menelponnya selain pria tua itu. "Masih hidup," jawab Hyeng Jin asal.

"Kau ada masalah?"

Jika ada masalah maka masalah itu dirimu tuan Kim! Tidak bisakah kau membiarkanku beristirahat sehari saja?! Sungguh ingin rasanya Hyeong Jin mengatakan hal seperti itu. Namun selain tidak berani, dirinya masih tergolong sopan ketika berbicara kepada orang setua editor Kim.

Suara kunyahan keripik terdengar kuat, sambil memutar scroll mouse atas bawah dirinya memerhatikan lembaran naskah tersebut. Sial, terkadang Hyeong Jin mengutuki ketika mengingat berkas yang ia ketik susah payah malah harus rusak akibat hal sepele kemarin.

"Aku masih bingung ingin menulis apa, aku tidak mempunyai ide sama sekali," ucap Hyeong Jin jujur.

"Waktumu hanya tersisa seminggu Lee Hyeong Jin, aku tidak menginginkan alasan lagi. Intinya antarkan naskah revisimu dan naskah cerita barumu, mengerti?"

Hanya suara gumaman berat yang terdengar sebagai pertanda iya. Perlahan tubuh tegap itu bersandar di kursi putar, seraya memejamkan mata memaksa ide untuk datang dari dalam kepalanya.

Suara dari seberang kini kembali terdengar. "Aku tidak mendengar jawabanmu Henji."

"Iyaa," ucap Hyeong Jin berat, setengah berdecak dan malas dirinya menaruh hp di telinga. "Bukan editor Kim namanya jika tidak menyiksaku seperti ini."

Nihil, bukannya tersinggung malah pria paruh baya itu tertawa kuat dari seberang. Bukan hanya ada suara tawaan yang cukup keras melainkan ada suara perempuan paruh baya dan juga seperti suara anak laki-laki tak jauh dari pria tua itu.

"Hei Henji, aku sedang lari pagi di pinggir jembatan baru. Kau mau menyusul?" ucap dari seberang.

"Tidak," jawab Hyeong Jin datar, bangkit dari kursi putarnya seraya berdiri memandangi halaman luar melalui kaca jendela hanya ada pemandangan beberapa perumahan putih seperti rumahnya, dan dari jalanan gang terdapat suara tawaan khas anak-anak yang tengah seru bermain sepeda.

Perlahan Hyeong Jin tersenyum samar. Entah mengapa masa kecil itu meskipun terasa menyakitkan namun akan menjadi indah bila kita kembali mengingatnya.

"Aku hanya butuh istirahat sebentar, jadwal tidurku benar-benar hancur beberapa bulan ini," ucap Hyeong Jin. "Kau harus bertanggungjawab editor Kim."

"Yak!" Suara dari seberang terdengar besar. Diam-diam Hyeong Jin tertawa pelan mendengar gerutuan dari pria paruh baya itu. Percakapan seperti inilah yang sedikit menambah warna hidupnya. Ya... meskipun bukan warna yang begitu terang namun setidaknya hidupnya tidak hanya berwarna abu-abu saja. 

Warna abu-abu yang begitu menenangkan. "Deadlinemu akan kupercepat lagi Hyeong Jin! 6 hari lagi kau harus mengantarnya di kantorku! Jika tidak, aku akan mengunjungi rumahmu mengerti!"

Hyeong Jin tersenyum jail, gerakan bola mata itu terhenti seketika begitu memerhatikan seseorang dari perumahan sebelahnya. Seorang gadis yang tidak asing, dengan setengah kesal perempuan yang sebaya dengannya itu meratapi nasib tali sandalnya yang terputus.

Kini gadis itu menoleh. Secepat mungkin Hyeong Jin menyibak gorden begitu pandanganya seolah bertabrakan dengan gadis itu.

"Sepertinya sebentar lagi aku akan pindah rumah," jawab Hyeong Jin untuk orang seberang.

"Anak nakal! Berhentilah berpindah-pindah atau aku akan mengikatmu di kursi kantorku!"

Panggilan dimatikan, tawa Hyeong Jin yang terdengar memenuhi setiap sudut ruangan perlahan menghilang. Wajah yang tadinya tampak begitu senang kini kenbali datar seolah melupakan apa yang terjadi beberapa menit belakangan.

Mata bundar itu menerawang begitu memerhatikan setiap sudut rumah yang terasa begitu kosong. Sangat kosong dan hanya ada dirinya seorang diri.

Sepi.

Sungguh sepi.

Dan bodohnya, dirinya begitu nyaman hidup di dalam situasi menyebalkan seperti ini.

___

Thank's for reading. I hope tou enjoy it!

Dikit banget ini ya ampun yang baca. :').

Aku semangat? Entahlah, tapi tetap kulanjutin.

Rewrite Our Memories [K-Lit] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang