PART 21 | SCRIPT

50 2 0
                                    

Tidak apa-apa, dengan kehilangan suatu hal bukannya kamu akan mengetahui arti berharga yang sesungguhnya?

_________________________________

Rewrite Our Memoriesー

우리의 추억을 다시 쓰다

_________________________________

Jika ada yang bertanya apa hal yang paling menyenangkan bagi seorang penulis seperti Hyeong Jin maka jawabannya adalah menyelesaikan naskah.

Ya, sederhana memang namun kita dapat meraskaan kebahagiaan yang sesungguhnya, seolah kita tidak peduli apakah naskah itu nanti akan diterima atau tidak namun yang pasti kita sudah menyelesaikannya dengan baik.

Ya, arti sebuah perjalanan yang cukup melelahkan namun menyenangkan bila melihat kembali hal apa yang telah kita lalui hingga akhir.

Suara gumaman terdengar dari meja kerja berukuran minimalis tersebut, tidak cukup dengan meja namun begitu juga dengan ruangannya. Terlihat begitu sempit seperti ruangan berbentuk kotak sebagai pembatas antar ruang kerja editor satu dengan lainnya.

Hyeong Jin, cowok dengan kemeja biru muda dan kaos putih serta celana putihnya itu mengangkat kedua alis, memerhatikan Bitna yang tak kalah harap cemas seperti dirinya.

Lihat saja cewek itu tengah menggigit bibir bawah, kedua kakinya terus bergerak berhasil membuat deritan bangku yang diduduknya terdengar.

Editor Kim yang menyadari itu kini mengangatkat kepala, mengalihkan pandangan dari naskah milik Hyeong Jin baru saja dibaca. Dahi pria itu mengernyit, memerhatikan Bitna. "Hei, kalau kau butuh toilet, kau bisa tanyakan satpam yang berkeliaran di kantor ini."

Bitna menggeleng cepat. "Aku hanya gugup melihat akhir naskah Hyeong Jin. Jadi bagaimana editor Kim? Apa naskah barunya diterima, oh ayolah editor Kim ini Henjimu bukan? Dia sudah menulis dengan baik, kau bahkan tahu sendiri bagaimana perjuangannya untuk menyelesaikannya kan?"

Ucapan Bitna terhenti seketika, begitu meerasakan sepatu hitam bertali Hyeong Jin menginjak sepatunya miliknya dengan pelan. Hyeong Jin yang berusaha tampak tenang kini melemparkan tatapan mautnya.

Bitna menelan ludah, ya apalagi kalau bukan tatapan datar dan tajam. Dapat Bitna rasakan napasnya terhenti seketika begitu wajah Hyeong Jin hanya berjarak beberapa senti dengannya, laki-laki itu masih saja menatap tegas tanpa peduli dengan Bitna yang seakan makin kutu sekarang. 

Hyeong Jin tersenyum miring. "Kenapa kau menahan napas seperti itu hah? Asal kau tahu saja aku ini sudah mandi sebelum pergi mengunjungi kantor ini."

Bitna menggeleng. Masih dengan menahan napas, gadis itu menjawab. "Aku hanya ingin."

Mata bundar di balik kacamata tebalnya itu berputar, tak lama mengembus napas jengah seolah memberi tekanan pada setiap kalimat yang diucapkan. "Jangan berbicara seperti itu ketika dia sedang membaca naskah. Kau tidak mau melihat dia berubah menjadi laba-laba kan?"

"Kenapa harus laba-laba?" tanya Bitna nenahan napas, berharap semoga Hyeong Jin mengerti bahwa betapa ingin dirinya menimpuk wajah bundar yang imut itu sekarang. "Itu menyeramkan, aku lebih menyukai kecoa terbang dibandingkan laba-laba."

"Itu lebih menyeramkan Bae Bitna," tekan Hyeong Jin memasang wajah datar tanpa sadar cowok itu mengusap lehernya sendiri seolah baru sjaa menbayangkan makhluk kecokelatan tersebut terbang.

Bitna tertawa tanpa suara. "Kau takut kecoa ya Hyeong Jin?"

"Gila," dengus Hyeong Jin masih saja berbisik. Bisa gawat jika dirinya mengeluarkan suara yang cukup besar di kantor ini. Beda halnya jika ingin menjadi pusat perhatian dan bisa-bisa dimasukkan pada bagian depan koran dengan headline seorang penulis ditendang keluar secara paksa dari perusahaan hanya karena pembicaraan tentang kecoa.

Rewrite Our Memories [K-Lit] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang