PART 30 | SMILE

42 1 0
                                    

Aku memang bukan sepertinya, aku hanya memberikan senyumanku kepada orang yang kuanggap spesial.

_________________________________

Rewrite Our Memoriesー

우리의 추억을 다시 쓰다

_________________________________

"Ya, aku cemburu padamu."

Hening seketika, baik Bitna maupun Hyeong Jin merasakan suasananya. Entahlah angin yang tadinya berembus kencang seolah terhenti seketika, sama seperti napas keduanya yang seakan terhenti tidak percaya.

"Ken-" Mata Bitna membulat, berusaha mungkin gadis itu menahan keterkejutannya seraya memerhatikan Hyeong Jin yang masih saja menatapnya dengan serius. "Kenapa?"

Hyeong Jin menggeleng pelan, menunduk. "Aku tidak tahu, bukan aku yang menginginkan perasaan semacam ini," Hyeong Jin menahan napas, memerhatikan gadis di sampingnya dengan kedua alis terangkat. "Maaf Bitna, aku bukan menjauhimu, aku sedang mengendalikan diriku dari perasaan semacam itu."

"Mulai sejak kapan?" gumam Bitna, gadis itu merapatkan jaket yang dikenakannya, seraya melipatkan kedua kakinya di atas sofa.

"Sehabis konser," jawab Hyeong Jin jujur. "Aku tidak suka artis bergigi kuda itu mendekatimu, aku tidak suka dia memegang tanganmu atau semcamnya, aku tidak suka dia tersenyum padamu."

Bitna mengernyitkan dahi, bola mata gadis itu terangkat memerhatikan Hyeong Jin dengan jail. "Dia hanya tersenyum, bukan memintaku jadi pacarnya."

"Berawal dari senyum seseorang bisa jatuh cinta nuna," tegas Hyeong Jin berhasil membuat Bitna tertawa pelan. Wajah bundar Hyeong Jin yang sedari tadi tampak kaku kini seolah mencair begitu gadis itu menyandarkan kepala di dada bidangnya. Bitna tidak lagi meliriknya jail, bahkan gadis itu tidak lagi menahan rasa sesak seperti tadi. Hyeong Jin menunduk, berusaha mungkin mengeluarkan suara yang terasa sulit untuk keluar dari tenggorokannya. "Aku harus menjaga nuna, harus ada seseorang yang memperlakukan nuna dengan spesial."

Kedua sudut bibir Bitna terangkat, masih memejamkan mata, mencoba untuk beristirahat. "Aku bukan tuan putri Hyeong Jin."

"Meskipun menyebalkan tapi nuna baik denganku, baik dengan hyung. Aku tidak tahu kau wanita yang ditaksir hyung pertama kali atau bukan, tapi yang aku tahu untuk pertama kalinya aku merasa nyaman dengan seseorang."

"Kau bicara banyak ya Hyeong Jin hari ini," tanya Bitna tertawa pelan tanpa sedikitpun memerhatikan Hyeong Jin.

Hyeong Jin tersenyum tipis, menggaruk belakang kepala yang tidak gatal. "Ya, begitulah. Oh ya nuna, kau sehat? Hei, orang gila macam apa yang memakai jaket di musim panas seperti ini!" tanya Hyrong Jin membulatkan kedua mata.

"Berisik," tegur Bitna merapatkan jaket, seraya mencari posisi nyaman untuk tertidur sejenak. "Aku sedang tidak enak badan, aku ingin beristirahat sekarang."

Tanpa basa-basi telapak tangan lebar Hyeong Jin mendarat ke dahi Bitna. Ah, memang benar, bahkan ia merasakan suhu tidak normal dari gadis itu. Pantas saja, Bitna yang ia lihat hari ini sedikit berbeda, meskipun gadis itu tadi menyeramkan namun seperti hemat bicara dan tidak tertawa lepas seperti biasa.

"Kau mau kuantar pulang nuna?" tanya Hyeong Jin.

"Berisik," Hyeong Jin meringis begitu pemilik gepalan tangan kecil itu memukul bagian perutnya. Ya, mungkin inilah Bitna yang sesungguhnya, benar-benar seperti singa. "Aku sudah susah payah datang kesini dan bukannya mrmbiarkanku istirahat malah menyuruhku pulang. Menyebalkan."

Hyeong Jin mengenbus napas panjang, merangkul bahu Bitna membiarkan gadis itu beristirahat. "Kalau begitu aku temani nuna disini."

Bitna mengangguk pelan, tersenyum senang. Tak dapat dipungkiri pula, ekspresi yang sama terlukis dari wajah Hyeong Jin, senang karena gadis itu masih saja mendekat padanya, senang karena Bitna tidak memberikannya reaksi banyak ketika ia mengungkapkan rasa cemburunya, senang karena gadis itu tidak menghakimi perasaannya.

Menyebalkan.

Ingin rasanya Hyeong Jin mengatakan, perlahan dilepaskan kacamata bingkai hitamnya seraya memejamkan mata mencoba beristirahat. Berusaha apapun dirinya ingin menjauhi dari kata cinta namun tetap saja cinta akan mengejarnya, memeluknya lebih erat, meminta untuk dirasakan.

Sakit, senang, semuanya bercampur jadi satu. Menakutinya, mengacaukan setengah hidupnya, namun entah kenapa jauh lebih banyak rasa senang yang tidak dapat ia kira.

___

Ah, jadi begitu. Hyeong Jin cemburu padanya ya?

Perlahan kedua sudut bibir Bitna terangkat bersamaan dengan matanya baru saja usai terlelap dari tidurnya. Hyeong Jin, cowok itu masih saja berada di alam mimpi, padahal matahari senja sudah mulai menyinari dalam rumah.

"Hyeong Jin..." Bitna mengelus pipi pemilik wajah bundar itu dengan pelan. Berhasil membuat wajah tidur yang penuh damai itu kini sedikit terganggu akibat ulahnya. "Bangun, sudah sore. Aku mau pulang dulu."

"Pulang?" gumam Hyeong Jin berat masih dengan mata yang sulit terbuka, dengan perlahan dikenakannya kembali kacamata bingkai hitam itu seraya meringis begitu sebelah anggota tubuhnya seakan mati rasa. Bagaimana tidak, tanpa mengubah posisi keduanya duduk hingga tiga jam lamanya. "Kau sudah sehat nuna?"

Bitna tersenyum senang, mengangguk semangat. seraya bangkit dari sofa, Bitna mengulurkan tangan mengacak puncak kepala Hyeong Jin dengan gemas. "Makasih telah menjagaku dengan baik Hyeong Jin. Oh ya, besok kau harus mengunjungi tempat syuting lagi?"

Hyeong Jin mengangguk pelan. Mungkin dapat Bitna lihat cowok itu seakan menahan diri untuk tidak mengumpat begitu melihat layar komputernya yang berkedap kedip meminta untuk dimatikan. Secepat mungkin cowok itu bangkit, menggeser mouse berhasil membuat layar itu kembali menyala menunjukkan jendela word-nya. Tanpa berpikir lagi Hyeong Jin mematikan.

"Boleh aku ikut?" tanya Bitna semangat, membulatkan mata yang tampak begitu berbinar. "Boleh ya?" 

Hyeong Jin menggeleng, berdiri di ambang pintu begitu Bitna selesai mengenakan alas kaki. "Jaga kesehatanmu, selesaikan tugas akhirmu." 

Bibir bawah Bitna terangkat, mengembungkan pipi. "Sedang aku selesaikan, aku butuh refreshing Hyeong Jin."

Hyeong Jin mengembus napas pasrah. "Baiklah."

"Oke!" Kedua mata Bitna menyipit senang, baru saja tangan kecil itu hendak mengacak puncak kepala Hyeong Jin dengan gemas dan nihil Hyeong Jin sudah terlebih dahulu menjauh, lagipula tanpa menjauhpun Hyeong Jin sudah tahu betapa sulitnya Bitna untuk melakukan hal itu begitu mengingat tinggi tubuhnya. "Besok jangan cemburu lagi Hyeong Jin. Kau kutempati ruangan khusus di hatiku mengerti?" 

"Ruangan khusus?" Sebelah sudut bibir Hyeong Jin terangkat, tersenyum sinis. Setengah tidak percaya, menahan takjub sekaligus meremehkan. "Yang benar saja."

Bitna mengangguk meyakinkan sebelum melambaikan tangan dengan semangat dan berlari senang menuju rumah sebelah rumah Hyeong Jin. "Tentu saja iya! Jadi jangan cemburu padaku lagi ya!"

"Bodoh," Hyeong Jin tertawa pelan, tanpa membalas mata bundarnya hanya memerhatikan gadis itu masuk ke dalam rumah. Perlahan Hyeong Jin menggeleng, kembali masuk, melepaskan pegangannya pada kenop pintu. "Kalau aku tidak cemburu aku tidak akan tahu kalau aku mencintaimu."  

_____

Thanks for reading. I hope you enjoy it!
Vote, commentnya sangat membantu.
Terimakasih ^^
Up : 06.06.2020

Rewrite Our Memories [K-Lit] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang