PART 39 | WHEN WE YOUNG

13 1 0
                                    

Jika mimpimu telah hilang, bukankah kamu akan kesulitan untuk bertahan?

___

"Gila!"

"Mana mungkinkan?! Kalau dia berhenti apalagi yang dia punya?"  tanya Seung Dae membulatkan mata. Dicengramkamnya oegangan kursi bioskop dengan kuat .

Sebagai jawaban, editor Kim menggeleng seraya mengacak rambut yang beberapa helainya tampak putih itu dengan gusar. "Aku tidak tahu apa yang terjadi padanya beberapa hari ini. Hei Bitna, Seung Dae, kau mau ikut aku? Ada sesuatu yang terjadi pada Hyeong Jin."

"Aku..."

Belum sempat Bitna menyelesaikan ucapan, Editor Kim sudah terlebih dahulu membalikkan badan memasukan alat komunikasi itu ke dalam sakunya. "Aku akan mengunjunginya dan kalian berdua harus temani aku mengerti?"

Pria paruh baya itu berlalu, film masih saja dimainkan berhasil membuat Bitna yang terduduk lemas itu dapat mendengar suara nyanyian yang begitu melankolis sebagai soundtrack film. Seung Dae yang menopang wajah dengan sebelah tangan kini melirik. "Kunjungi Hyeong Jin Bitna."

"Aku tidak bisa, mungkin dia membenciku sekarang," gumam Bitna.

"Bagaimana kau bisa tahu sementara kau sendiri tidak bertanya padanya?" tanya Seung Dae sinis. Mata itu nenatap menatap lurus pada adegan pertengahan film. "Jangan menyimpulkan hal dari sisi dirimu saja atau kau akan menyesal selamanya."

Bitna menoleh, mengangkat kedua alis. "Jadi?"

Berusaha mungkin Seung Dae mengembus napas panjang, dipejamkannya mata sejenak lalu melihat gadis itu dengan lembut. "Kunjungi, tolong selamatkan Hyeong Jin."

___

Manusia tidak dapat hidup dalam kesendirian begitu juga dengan rasa kesepian. Kesepian seolah begitu menyakiti diri seseorang, seperti mengikis sebagian jiwa seseorang hingga menjadi rapuh dan hancur.

Dan sayangnya tidak semua orang mamou keluar dari zona itu ada yang ingin terus memertahankan dengan alasan takut tersakiti lebih parah lagi.

Ikuti perintah eomma atau kau akan menyesal selama-lamanya Hyeong Jin.

Dari balik kamar bernuansa hitam putih itu, Hyeong Jin menggeleng pelan. Dibenamkannya wajah bundar ke kedua lutut sesekali menutup begitu bayangan suara eomma lagi-lagi menghantuinya.

Semua pintu terkunci rapat, semua jendela tidak dibiarkan terbuka terlebih lagi tirai untuk celah matahari. Ya, sama seperti waktu itu. Semuanya sama seperti satu hari sebelum hyung memutuskan untuk memgakhiri hidupnya.

Diirnya begitu kacau, tidak bisa mengandalkan diri, dan bodohnya...

Perlahan Hyeong Jin menegakkan kepala, tampak mata bundar yang selalu tenang itu kini memerah, dengan kacamata tebal yang sudah tergeletak di samping tempat duduknya. Jika dulu ada hyung yang bisa menenangkannya maka sekarang dirinya hanya sendiri. Ya, hal yang paling seumur hidup Hyeong Jin hindari kini harus terulang kembali.

Sekarang dirinya harus apa?

Apa yang harus ia perbuat sekarang?

Dengan tubuh yang lemas, Hyeong Jin mendongak, membiarkan kepalanya tertopang oleh sisi tempat tidur, diperhatikannya langit-langit kamar dengan pandangan menerawang.

Sungguh dirinya telah kehilangan tujuan.

Eomma tidak akan pernah membiarkan diirnya menulis lagi dan jika ia melawan maka kali perempuan itu tidak akan segan mengahncurkan dirinya begitu juga orang-orang di sekelilingnya.

Rewrite Our Memories [K-Lit] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang