Sepatu pentopel menginjak halaman sebuah butik. Pria itu melepas kacamata hitam yang di pakainya, menatap Dunia dengan mata berwarna Blackjet yang menawan. Seluruh pasang mata tertuju padanya, postur tinggi, stelan jas biru malam serta rambut yang rapi mampu membuat semua gadis menjatuhkan hati pada pandangan pertama, pria itu berjalan santai.
Lonceng berbunyi bersamaan dengan masuknya ia ke dalam butik tersebut. Dua orang gadis membungkuk memberi hormat.
"Selamat datang Tuan, anda butuh sesuatu? Mari saya temani ...." ucap salah satu gadis di sana.
Pria itu menatap gadis dengan seragam serupa di sampingnya, gadis itu mengalihkan padangan ke arah lain, sesekali ia menurunkan rok ketat selutut yang di pakainya.
"Tuan?" Panggil gadis itu lagi.
"Aku mau, dia yang menemaniku melihat lihat." Ucap pria itu sambil tersenyum tipis.
"Baiklah..." gadis itu kembali menunduk, "Yehana, ini pelanggan pertamamu. Semoga beruntung ...." bisik gadis itu pelan pada gadis di sampingnya. Yehana tersenyum kecil lalu mengangguk pelan, ia menoleh pria tinggi di hadapannya.
"Mari Tuan," ucap Yehana, ia berjalan di samping pria yang barusaja memintanya, "Kau tampak tidak nyaman menggunakan pakaian itu..." ucap pria itu, Yehana mendongak meski ia sudah menggunakan highhells tetap saja tubuhnya terlihat pendek, apalagi di sandingkan bersama seorang pria yang mungkin tingginya hampir dua meter.
"Ya, sejujurnya ini hari pertamaku bekerja di sini. Seragam di sini juga sedikit menganggu, karena terlalu ketat." Jawab yehana.
"Kalau tidak nyaman, kenapa tidak tukar saja? Di sini banyak pakaian yang lebih tertutup."
Yehana tersenyum miring, "Mana boleh begitu, aku kan karyawan. Lagipula mana cukup uangku untuk membeli pakaian di sini." Tutur Yehana jujur.
"Kalau kau mau, aku bisa belikan."
Yehana kembali tersenyum miring, "Mari tuan, Koleksi khusus pria ada di lantai atas." Ucapnya.
"Panggil saja Damirn, aku bukan majikanmu."
Yehana tersenyum, "Baiklah, mari ...."
oOo
Yehana keluar dari pintu belakang, setelah berpamitan dengan yang lain. Ia lalu berjalan ke arah depan, menunggu jemputan dari temannya.Jalanan sudah terlihat sepi, hanya ada sesekali mobil melintas.
Cukup lama Yehana menunggu, namun temannya belum datang juga. Sebuah mobil berhenti di pinggir jalan tepat di hadapan Yehana. Hal itu membuat dahinya berkerut, reflek ia memundurkan langkah untuk mengantisipasi bahaya.Kaca mobil itu turun, tampaklah wajah maskulin yang tadi sore resmi menjadi pelanggan Yehana.
"Hai... bajumu berubah, sudah selesai kerja?" Tanya Damirn.
Yehana menatap kiri dan kanan, tak ada seorangpun di sekitarnya, gadis itu terdiam ia memegang rantai tas slempang kecil yang menempel di tubuhnya.
Damirn mengangkat lengan, melirik jam tangan mahal yang membalut pergelangan tangannya. Kembali ia menatap Yehana.
"Ini sudah setengah sebelas, kau belum mau pulang?" Tanya Damirn pada Yehana."Aku menunggu temanku,"
"Kapan dia datang? Kalau---"
"Ah, itu dia, aku permisi dulu." Yehana membungkuk lalu menghampiri sebuah minicooper yang barusaja tiba di belakang mobil Damirn. Kerutan dahi menyambut Yehana begitu ia memasuki mobil.
"Ada apa?" Tanya seorang gadis yang duduk di belakang roda kemudi.
"Tidak, ayo pulang ...." ajak Yehana,
"Tidak bagaimana? Jelas jelas aku melihat kau tadi berbicara dengan seseorang di depan, dan di lihat dari mobil yang ia pakai. Tampaknya orang itu kaya, siapa? Kekasihmu?" Tanya gadis itu penasaran.
Yehana menatap malas ke arah temannya, "Berlin..."
"Baiklah, aku hanya bertanya 'kan?" Berlin menghidupkan mesin mobilnya, melintasi posisi mobil Damirn yang masih membatu di tempatnya.
"Bagaimana, kau menikmati pekerjaanmu?"
"Ya, begitulah..." jawab Yehana, ia membuka kaca jendela. Membiarkan wajah kecilnya tertiup angin malam yang dingin.
oOo
Yehana membuka pintu kamar kosnya, setelah mengambil keputusan untuk tidak lagi tinggal di rumah Grace, bibinya. Yehana menyewa sebuah kamar kecil tanpa dapur di dalamnya. Saat masuk ke dalam kamar tersebut, Yehana di kejutkan dengan sepaket cokelat yang tergeletak di atas kasur.Yehana menatap sekitar kamarnya, tak ada seorangpun di dalam sana. Ia bahkan kembali membuka pintu lalu menjembulkan kepalanya keluar, tetap tak ada siapapun. Hanya terlihat gelap malam yang makin menyeruak. Merasa sedikit bingung, Yehana segera menghampiri paket cokelat tersebut. Ketika Yehana buka tutupnya, terdapat sebuah amplop merah di dalam sana, Yehana membukanya, ternyata itu sebuah surat yang di tulis dengan tangan.
"Aku tahu kau lelah, jadi aku kirimkan cokelat karena menurut Sains, cokelat dapat membantu menghilangkan strees."
Yehana membolak-balikkan kertas tersebut, tapi ia tetap tak menemukan nama si pengirim.
"Apa Jakson?" Tanyanya pada diri sendiri.
Tak mau menerka-nerka, Yehana mengambil ponselnya lalu menelfon Jakson.
"Hai, Yehana, ada apa?" Terdengar suara ramah dari sebrang telfon.
"Tidak Jack, aku hanya ingin bertanya apa kau mengirimiku sekotak cokelat?"
"Cokelat?"
"Ya, apa kau yang mengirimiku?"
Jakson tertawa, "Yehana, untuk apa aku mengirimu cokelat? Mahasiswa kedokteran yang berjuang hidup sendirian di rantau sepertiku ini mana punya uang untuk membelikanmu tanpa alasan khusus." Jelas Jakson panjang lebar.
"Ya, baiklah kalau begitu. Maaf aku mengganggu malammu Jack ...." tutur Yehana, setelah mendapat balasan kata selamat malam dari Jakson, Yehana lalu menutup telfonnya. Yehana menoleh ke arah jendela, ada sekelebat bayangan yang berdiri di sana. Karena keadaan luar gelap, Yehana tak bisa menebak siapa itu. Dan karena penasaran, Yehana bangkit dari atas kasurnya lalu membuka pintu, sekedar untuk melihat siapa yang berdiri di luar jendelanya.
Yehana menatap sekitar, gelap dan tak ada orang satupun. Ini sudah pukul 12 malam, dan lampu luar kos sudah di matikan sang pemilik.
"Siapa?" Tanya Yehana.
Hening, tak ada sahutan karena memang tak ada seorangpun di luar sana. Yehana menelan ludah, ia mundur perlahan lalu menutup pintu dengan kuat. Lima menit setelah Yehana menutup pintu, dari tembok samping bangunan Kos yang di tinggali Yehana, keluarlah Damirn yang melipat kedua tangannya di dada. Pria itu tersenyum sambil menatap ke arah pintu kamar Yehana yang sudah menutup.
"Menarik ...." ucap Damirn pelan.
STALKER OBJECT
Tbc...
KAMU SEDANG MEMBACA
STALKER OBJECT ✔ (END)
Детектив / ТриллерDreame account : @AuthorID (DAMIRN OTHER VERSION) Aku akan terus bersamamu sepanjang waktu Yehana, terserah kau menginginkan hal itu atau tidak. mau bagaimanapun kau menolak, kau tetap milikku... sekarang, sampai selamanya. STALKER OBJECT 2019.