2.1 DOV

6.6K 522 38
                                    

Jakson mengkerutkan dahinya saat melihat ekspresi wajah Ronald yang begitu terkejut, "Amily?" Tanyanya bingung.

"Amily siapa?"

Ronald tersadar, segera ia menggelengkan kepalanya, "Tidak... bukan apa-apa, ayo turun." Ucapnya sambil melepas sabuk pengaman. Jakson terlihat penasaran, namun sekarang bukan saatnya untuk mencaritahu, karena Yehana sudah menunggu dan kalau dia berlama-lama di dalam mobil, bisa-bisa malam akan semakin larut.

"Jaksoooon!" Yehana memeluk tubuh Jakson begitu saja, membuat Jakson tertawa geli. "Yehana... kau tidak lihat kalau ada orang lain di sini?" Jakson melirik Ronald yang diam saja, pria itu tampaknya tengah serius memikirkan satu atau dua hal di dalam otaknya.

"Ronald?" Panggil Jakson,

Yehana melepas pelukannya, ia ikut menatap Ronald yang sedari tadi menatap dirinya.

"Ee, Jakson... Dia temanmu?" tanya Yehana dengan ekspresi terganggu di wajahnya. "Iya, namanya Ronald," Jakson menepuk pundak Ronald, "Ronald, kenalkan... ini Yehana, sahabatku sejak kecil dan Yehana, kenalkan ini Ronald, teman Kuliahku ...." kesadaran kembali menghampiri Ronald, pria itu tersenyum kikuk lalu mengulurkan lengannya.

"Maafkan aku, aku terbawa suasana... karena kau begitu mirip dengan seorang gadis yang ku kenal." Ucap Ronald, senyuman kikuknya berubah ramah. Membuat rasa ancaman yang sempat menghampiri Yehana perlahan sirna, ia menyambut lengan Ronald, "Yehana," ucap Yehana singkat kemudian melepaskan jari-jarinya dari tangan Ronald.

"Senang bertemu dengamu, Yehana ...."

Yehana tersenyum, ia mengangguk canggung. "Ah, ya! Ayo masuk ke dalam ...." tuturnya sambil menatap Jakson dan Ronald secara bergantian, "Baiklah, ayo!" Jakson melangkahkan kakinya.

Begitu Ronald, Jakson dan Yehana masuk ke dalam kamar Kos, Damirn melepas tirai jendela kamar Safire.

"Kau kenal siapa pria yang di peluk Yehana tadi?" Wajah Damirn tanpa ekspresi, matanya berkilat tajam, Safire membungkuk, "Maaf tuan... tapi saya sama sekali tidak mengenal kedua pria itu." jawabnya jujur, Damirn terdiam sejenak lalu melangkahkan kakinya kearah pintu.

"Segera cari tahu, tanyakan itu pada Yehana nanti."

"Baik Tuan," Safire  membungkuk hormat. Damirn melenggang, meninggalkan Safire di kamarnya.

oOo

"Jadi Jakson... apa yang membuatmu datang kemari?" Yehana meletakkan dua cangkir berisi teh panas di atas meja kecil di dalam kamar kosnya, "katanya dia merindukanmu Yehana..." Ronald menyahut. Membuat Jakson menginjak kakinya,

"Oh ya? Benar begitu Jakson?" Yehana tersenyum, ia melipat kedua lengannya di dada.

Jakson menghela nafas, "Ya... aku akui itu memang benar, kau tahu 'kan? Sudah enam bulan sejak aku pulang ke rumah ibuku, dan itu adalah hari terakhir kita bertemu sampai sekarang ...." Jakson tersenyum tipis, Yehana menatapnya dengan tatapan sinis, "Lalu kenapa baru berkunjung sekarang? Aku sudah pindah beberapa hari dan kau baru datang hari ini," Yehana menggeleng, "Aku jadi ragu." lanjutnya.

"Dasar kau ini! Aku kan sibuk... setiap hari harus berurusan dengan mayat, kau mau jika ku ajak bertemu di lab kampusku?" Ucap Jakson memulai argumen, "Kan aku tidak pernah menyuruhmu untuk menjadi seorang dokter, apalagi dokter bedah. Ibumu juga melarang, 'kan? Kau sendiri yang keras kepala." Sahut Yehana dengan nada jengkel, selalu seperti ini... kalau mereka berdua sudah berdekatan maka otomatis mulut mereka akan saling cekcok. Ronald yang berada di tengah-tengah pembicaraan tidak penting antara Jakson dan Yehana hanya bisa menghela nafas malas, ia memilih menatap sekeliling. Matanya tertarik pada ujung tembok kamar Yehana, tempat Yehana menyimpan semua barang-barang pemberian Damirn.

STALKER OBJECT ✔ (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang