2.5 DOV

5.8K 489 25
                                    

Bel tanda usainya kelas pagi yang Ronald ikuti sudah berdering beberapa saat lalu, setelah mengemasi barang-barangnya, segera Ronald keluar kelas. Sambil melirik layar ponselnya, ia tersenyum kecil.

"Ronald!"

Sontak Ronald menoleh kebelakang, melihat siapa yang barusaja memanggil namanya, matanya berhasil menemukan Jakson yang tengah berlari kecil menghampirinya, Ronald membalik tubuhnya lalu menyilangkan kedua lengannya di dada, tautan alis melengkapi ekpsresi herannya kala itu.

"Kau di sini?" tanya Ronald pada Jakson setelah jarak mereka dekat, "bukannya pagi ini kau tidak ada kelas?" lanjutnya, Jakson tersenyum tipis, "ya, memang... aku hanya ingin memastikan sesuatu,"

Dahi Ronald mengkerut, ia menjatuhkan kedua lengannya kembali. "Memastikan apa?"

"Soal Yehana,"

"Yehana?"

Jakson mengangguk, "Apa dia menghubungimu?"

Ronald tampak berfikir, lalu ia menggeleng pelan. "Kenapa tiba-tiba menanyakan hal itu padaku?" tanya Ronald kembali, ia menatap lekat mata Jakson,

Jakson mendengus, ekspresinya sedikit murung. "Itu karena dia sama sekali tidak menjawab telfon ataupun membalas pesanku---"

"Lalu, kenapa bertanya padaku?"

Jakson ikut menatap mata Ronald, "Kali saja, 'kan? Malam itu kau kan memberikan kartu nama pada Yehana ...." jawab Jakson, mendengar jawaban dari Jakson membuat Ronald tertawa kecil, ia memegangi pelipisnya. "Oh iya... aku lupa, aku kira kau mau menuduhku yang tidak-tidak."

"Seperti?"

Ronald tersenyum, "seperti aku membunuhnya atau apapun," Ronald lalu tertawa, "ya... meski aku sudah memberikan kartu namaku, Yehana sama sekali tidak menghubungiku, tampaknya dia tidak tertarik sama sekali." Ronald menepuk pelan pundak Jakson, "Sudah ya, aku sedikit sibuk." Ucap Ronald berpamitan, Jakson hanya mengangguk. Merasa sudah di setujui, Ronald pun kembali berbalik lalu mulai berjalan menjauh, seringai samar terukir di bibirnya.

"Ronald!"

Ronald menghentikan langkahnya saat suara yang sama lagi-lagi memanggilnya, ia menoleh kebelakang. Menatap Jakson yang sama sekali belum beranjak dari tempatnya berdiri.

"Kalau Yehana mengubungimu, beritahu aku ya ...."

Ronald tersenyum simpul, ia mengacungkan jempol. "Jangan khawatir, kau pasti akan segera ku beritahu." ucapnya, Jakson tersenyum, untuk beberapa saat Ronald belum melanjutkan langkah, setelah berselang satu menit, baru ia kembali memicu kakinya untuk menjauhkan jaraknya dengan Jakson.

"Keparat!" gumam Ronald pelan.


oOo

Darah terus menetes dari dahi lalu jatuh melalui ujung dagu Danial, ia terduduk lemas sambil menyandar ke dinding ruang tengah rumahnya. Sudah beberapa kali ia menggelengkan kepala, karena sedikit demi sedikit kesadaran mulai pergi meninggalkan raganya. Nafas Danial tersendat, ia menatap Damirn yang berdiri di hadapannya dengan tatapan pasrah.

"Aku... aku benar-benar tidak tahu, Dokter... aku ti---"

Brughh!

"Ohook!"

Hak sepatu pentopel Damirn kembali mendarat di wajah Danial, membuat pria itu membatukkan darah. Ia terjatuh kelantai dengan posisi yang menelungkup. "Itu bukan jawaban yang aku inginkan!" ucap Damirn geram.

STALKER OBJECT ✔ (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang