Suara bel terus terdengar, Ronald yang terlihat tidak sabar kini ikut mengetuk pintu tempat di mana Damirn tinggal. Namun, sudah hampir setengah jam dia berdiri di sana, pintu tak kunjung terbuka. Nomor Damirn juga tidak bisa di hubungi sejak kemarin, menghela nafas, Ronald hendak pergi. Dan saat itulah sebuah mobil masuk ke halaman, Ronald kenal betul kalau itu adalah mobil milik Damirn. Ronald melirik jam tangannya, sekarang baru jam 06.23 a.m.
Damirn keluar dari mobilnya, "Ada apa?"
"Darimana saja kau?"
Damirn naik ke teras, membuka pintu dengan kunci yang ia selipkan di bawah patung kura-kura kecil di sana. Ia terdiam, tak menjawab pertanyaan Ronald barusan.
"Damirn... ku tanya, darimana kau?"
Damirn menoleh ke arah Ronald yang berdiri di sampingnya, "Bukan urusanmu, 'kan? Ayo masuk ...." Damirn masuk ke dalam rumah, di susul Ronald dari belakang. Damirn duduk di sebuah sofa marun ruang tengah rumahnya, ia menatap Ronald sambil menyilangkan tangan di dada, "Ada apa? Kenapa kemari sepagi ini?" Tanya Damirn.
Ronald ikut duduk, "Kau darimana saja?" Tanya Ronald, pertanyaannya membuat Damirn menghela nafas.
"Ayolah, kita bahas apa yang ingin kau katakan. Jangan menanyakan kemana aku pergi, pertanyaan itu menganggu ...." Ronald terdiam, ia menatap Damirn dengan ekspresi yang tak bisa di artikan. "Baiklah... aku hanya ingin bilang, kalau kau sedang jadi bahan pembicaraan di kampusku, tepatnya di jurusan kedokteran, mereka penasaran... nasib dokter yang banyak meraih penghargaan sebagai dokter bedah terbaik USA."
"Itu saja?" Damirn membuang silangan tangannya, "Aku tidak peduli dengan itu Ronald... sejak hari dimana Amily di kubur, gelar dokterku juga ikut terkubur bersamanya. Jadi, aku sekarang hanya orang biasa yang kesusahan tidur." Damirn tersenyum kecut, ia sampai menghela nafas. "Kalau tak ada lagi yang ingin kau bicarakan, aku rasa... kau boleh pergi." Damirn bangkit dari duduknya.
"Damirn..." panggilan Ronald berhasil mengekang langkah Damirn.
Ronald ikut berdiri, "Mau sampai kapan?"
"Selamanya..." jawab Damirn singkat, ia kembali melangkah meninggalkan Ronald di ruang tamu rumahnya.
"Aku kecewa padamu... dan Amily pasti juga begitu, kau satu-satunya orang yang bisa membuat Amily bertahan selama itu. Dan sekarang kau mala---"
"AKU MALU RONALD!" Damirn membentak Ronald, namun ia sama sekali tidak berbalik. "AKU TIDAK BISA MENYELAMATKAN ADIKKU SENDIRI, APA MENURUTMU? AKU PANTAS DI SEBUT DOKTER?!" Damirn berbalik, mata dengan warna blackjet itu berkaca. Airmata menganak sungai di sana, berkedip sedikit saja buliran kesedihan itu akan meluncur di pipi Damirn.
Ronald terdiam, dalam hati ia mengutuk dirinya sendiri. Ia lupa, kalau membahas topik tentang Amily adalah konten yang paling sensitif untuk Damirn. Damirn menghela nafas, "Pergilah... sampai aku menemuimu, jangan pernah datang kesini lagi."
"Damirn... aku hanya---"
"Aku tahu ...." potong Damirn, "Pergilah, aku ingin sendiri ...."
Damirn melanjutkan langkahnya, ia menghilang di sebalik pintu. Membuat Ronald sangat merasa bersalah, "Sialan..." umpatnya pelan lalu berjalan keluar.
oOo
Bunyi alarm yang sebelumnya berdering kini sudah menjadi senyap setelah Yehana mematikannya. Gadis itu bangkit dari atas kasur dengan senyuman di bibirnya. Hari ini hari minggu, jadi ia tidak usah susah-susah merepotkan Danial untuk mengantarnya. Walaupun sebenarnya, Yehana bisa saja menaiki angkutan umum, namun uangnya yang pas-pasan takkan cukup untuk ongkos setiap harinya, tanpa di tambah biaya untuk pergi kerja saja, ia harus ekstra hemat. Apalagi kalau di tambah itu semua, bisa-bisa Yehana hanya bertahan satu minggu.
KAMU SEDANG MEMBACA
STALKER OBJECT ✔ (END)
Mystery / ThrillerDreame account : @AuthorID (DAMIRN OTHER VERSION) Aku akan terus bersamamu sepanjang waktu Yehana, terserah kau menginginkan hal itu atau tidak. mau bagaimanapun kau menolak, kau tetap milikku... sekarang, sampai selamanya. STALKER OBJECT 2019.