2.2 DOV

6.5K 524 74
                                    

Keadaan kamar Yehana sudah gelap, jam sudah menunjukkan pukul 03.24 am, dengan perlahan Damirn menutup kembali pentilasi toilet Yehana, ia berjalan begitu senyap, mengintip lewat pintu toilet. Memastikan kalau Yehana sudah tertidur, setelah melihat kalau gadisnya sudah terbuai mimpi, Damirn berjalan mendekat.

Posisi tidur Yehana yang meringkuk kedinginan membuat Damirn menghela nafas, ia menjangkau selimut yang terlipat rapi di samping Yehana tidur, "Kau bisa sakit Yehana ...." ucap Damirn, ia menyelimuti Yehana dengan hati-hati, takut kalau saja Yehana terbangun, Damirn memikirkan kalau besok Yehana harus bekerja dan untuk itu dia harus tidur dengan cukup. Setelah menyelimuti tubuh kecil Yehana, Damirn berjalan memutar, lalu duduk di atas lantai di mana wajah Yehana menghadap, ia tersenyum sambil memegang sebelah pipi Yehana dengan tangannya untuk sekedar menghangatkan tangannya yang dingin.

Untuk sekejap, Damirn memejamkan mata. Meresapi kehangatan yang Yehana salurkan ke tubuhnya.

"Belakangan ini, kenapa kau semakin banyak berinteraksi dengan pria lain? Apa kau tahu Yehana? Aku cemburu, aku benci setiap kali melihatmu bersama pria lain, aku marah Yehana... apa kau tidak tahu itu?"

Damirn membuka matanya, menarik lengan yang sebelumnya ia taruh di pipi Yehana. Pria itu perlahan mendekatkan wajahnya lalu mengecup pipi Yehana dengan hangat, dengan penuh perasaan.

"Jika aku mengatakan kalau aku menyukaimu, apa yang akan kau katakan Yehana?"

Damirn terdiam cukup lama, ia kemudian tersenyum manis. "Lucu sekali kau berhasil membuatku seperti ini Yehana... kau tahu? Saat pertama aku melihatmu di Butik saat itu, aku hanya berniat menjagamu dan menganggapmu seperti Amily karena kalian begitu mirip, tapi... kenapa aku malah jadi seperti ini?" Damirn menarik senyumannya, ia kembali menaruh tangannya di pipi Yehana.

"Aku tahu... kau pasti tidak bisa menjawab kenapa aku jadi seperti ini, karena itu bukan salahmu. Pesonamu lah yang harus bertanggung jawab akan perasaan yang kurasakan sekarang." Damirn menjatuhkan kepalanya di tepian ranjang Yehana, matanya memperhatikan setiap inci wajah putih dengan bibir kecil Yehana.

Perlahan, mata Damirn meredup dan tak butuh waktu lama matanya kemudian terpejam. Menyentuh Yehana selalu berhasil membuat pria itu tidur dengan mudah.

oOo


Y

ehana sudah siap dengan seragam kerjanya. Setelah sarapan roti tawar dengan selai kacang yang dibelinya tiga hari lalu, Yehana lalu memasang stocking warna kulit di kakinya. Ide yang ia dapat dari Damirn itu berhasil membuat dirinya sedikit lebih tenang.

Di tengah Yehana memasang kaus stocking tersebut, pintu kamarnya di ketuk.

"Yehana...?" terdengar suara Safire dari luar, "Ya, sebentar!" sahut Yehana. Segera ia menyelesaikan tindakan memasang stocking lalu menuju pintu. Di terasnya berdiri Safire dengan sepiring nasi goreng serta segelas susu cokelat yang tampaknya masih hangat.

"Taraaaa!" Safire tersenyum ramah, melihat itu Yehana ikut tersenyum. "Ayo masuk Safire," ajak Yehana, Safire terdiam. Ia memperhatikan penampilan Yehana, "kau mau kemana?" tanya Safire.

"Ah ya, aku belum bilang kan kemarin... aku bekerja di sebuah butik, dan sekitar setengah jam lagi jam kerjaku akan mulai." jawab Yehana, ekspresi Safire berubah murung.

"Padahal aku ingin sarapan bersamamu." tutur Safire kecewa, Yehana tersenyum,

"maaf Safire, aku sudah selesai sarapan."

"Hah?" Safire menatap Yehana, "lalu... siapa yang harus menghabiskan nasi goreng sebanyak ini..." ucapnya, "kau bilang masih ada sekitar setengah jam, 'kan? aku mohon temani aku makan Yehana," rengek Safire.

Yehana masih dengan senyumannya, "baiklah kalau begitu." putusnya kemudian, Safire kembali bersemangat, "Terimakasih Yehana, ini... pegang dulu. Aku ambil minuman sodaku sebentar ...." Safire menyerahkan segelas susu cokelat serta nasi goreng ke tangan Yehana, setelah itu ia segera melenggang ke kamarnya.

"Dasar Safire..." Yehana hanya bisa menggeleng lalu menaruh susu dan nasi goreng itu ke atas meja. Tak butuh waktu lama, Safire kembali dengan sekaleng soda serta sebuah piring miliknya. "Aku tidak makan banyak, jadi kau yang harus habiskan ini Yehana ...." Safire menatap sinis Yehana. Yehana tertawa kecil, "Safire... ku bilang aku sudah sarapan 'kan? kau saja yang makan."

Safire menggeleng, "kalau kau tidak mau, ya sudah ku buang saja." ucapnya setengah mengancam.

"Baiklah, baiklah." putus Yehana akhirnya. Mereka berduapun mulai makan, "Omong-omong Yehana... kau kerja di butik apa?" tanya Safire di tengah-tengah mereka makan.

"Butik Fashion of today," jawab Yehana.

 


"Benarkah?!" Safire terlihat kaget, "butik itu tidak jauh dari toko kue ku, hanya selisih sepuluh bangunan saja. Waaaah Yehana, ini kebetulan yang luar biasa ...." Safire tertawa di ujung kalimatnya. Yehana berhenti makan, "Kau buka toko kue?" tanyanya.

"Iya, ya walaupun bukan aku yang membuatnya sih, aku hanya memberi modal lalu membayar pekerja untuk memproduksi kuenya. Asal kau tahu saja, pecandu soda sepertiku sama sekali tidak bisa memasak," ucap Safire setengah bercanda, Yehana hanya tersenyum, "Oh ya Yehana, maaf sebelumnya tapi kau berangkat menggunakan apa? Aku sama sekali tidak melihat kendaraan di teras kosmu?"

Yehana menoleh Safire, "hari ini rencananya aku mau naik bus, biasanya sih ada temanku yang menghantar jemputku pergi dan pulang kerja, tapi sayangnya sekarang dia tiba-tiba pindah ke Amerika dan sama sekali tidak bisa di hubungi." jelas Yehana.

Safire mengangguk-angguk pelan, "Daripada naik Bus, berangkat bersamaku saja. Bagaimana?" tawar Safire. Yehana menggeleng, "Ah, tidak usah Safire. Nanti malah merepotkan." tolak Yehana secara halus,

Safire mendengus, "Merepotkan apanya? Kan tempat tujuan kita searah, lagipula setiap hari aku pasti ke toko kueku, lalu merepotkan dimananya?" Safire menaik turunkan alisnya, "Tapi---" Yehana masih mencoba berdalih.

Safire segera bangkit, "tunggu disini, aku mandi sebentar lalu setelah itu kita berangkat." Safire melenggang keluar.



oOo

Ronald terus mengecek ponselnya, menunggu Yehana menelfon atau sekedar mengiriminya pesan.

"Dia tidak tertarik sama sekali ya?" tanya Ronald pada dirinya sendiri. Ia bangkit dari kasurnya, menghadap kaca rias, membuka tutup wadah Soflen berwarna hazel lalu memakaikannya di kedua mata biru miliknya. Ronald juga memasang bedak dan lipstik, membuat dirinya begitu kelihatan berbeda. Untuk menambah kesan cantiknya, ia juga memakai wig rambut hitam panjang, untuk menutupi rambutnya yang pendek. Payudara yang selalunya ia pasangi korset, kini ia beri bra, dan tak lupa baju renda serta rok jeans selutut yang memperlengkap penampilannya.

Ia menghela nafas, "Hai, Damirn ...." ucapnya sambil tersenyum ramah, tak berselang lama, senyumannya memudar kini di wajahnya terpasang ekspresi serius, "Hari ini, bunga untuk Yehana lagi?" Ronald tertawa ganjil.

"Jalang keparat!"







STALKER OBJECT
Tbc...


"Jadi, orangnya Ronald?!"

Iya, Ronald itu cewe dan dia adalah cewe itu :V
Bilang sama Mastah Damirn kalau Yehana nya lagi dalam bahaya gih. 😂😂😂

Aku lagi gaada kuota siang, makanya update cepat. Jadi besok-besok kalau mau aku update cepat, doain aku gapunya kuota aja wkwk.

Tapi inget, doa jelek itu makan kediri sendiri lho *Smirk.


STALKER OBJECT ✔ (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang