Suara brankar yang beradu dengan derap larian beberapa orang itu memenuhi isi koridor Rumah sakit, Yehana masih menggenggam erat tangan Damirn meski kini pria itu sudah tak sadarkan diri,
"Maaf, anda tidak boleh masuk ...." ucap seorang perawat ketika mereka telah sampai di depan pintu UGD, Yehana melepas genggaman tangannya, airmatanya mengalir, ia menangis dalam diam. Tangan dan bajunya yang berlumur darah Damirn luput dari perhatiannya, karena isi pikiran Yehana saat ini hanya ada Damirn seorang.
Yehana duduk di kursi tunggu, tatapan dalam dari Damirn sebelum pria itu tak sadarkan diri membuat hati Yehana terganggu, ia tidak tahu arti dari tatapan tersebut, namun berhasil membuat hatinya terasa sakit. "Aku mohon... selamatlah Damirn, aku mohon ...." gumam Yehana dengan raut wajah penuh harap,
"Yehana...!"
Sontak Yehana menoleh kearah samping ketika mendengar namanya di sebut, tak jauh dari tempatnya berada, Safire tengah berjalan menuju dirinya.
"Safire..." airmata Yehana kembali mengalir, ia bangkit dari duduknya, berjalan menuju Safire lalu memeluk gadis itu tanpa permisi, "Ada apa? Kau terluka?" tanya Safire dengan nada khawatir.
Yehana melepas pelukannya, ia menggeleng kuat, "Damirn..." ucap Yehana pelan, ia menatap ke bawah,
"Ada apa dengan tuan?"
"D, dia... dia di sana ...." telunjuk Yehana mengarah kebelakang, membuat Safire membawa pandangannya ke arah yang di tunjuk Yehana, "Gara-gara aku... Damirn terluka karenaku," gumam Yehana pelan, wajah Safire berubah cemas, namun sebisa mungkin dia menyamarkan raut itu, Damirn mungkin memang sedang dalam bahaya, tapi saat ini yang lebih penting adalah Yehana yang tampaknya syok, dan Safire sadar harus menenangkan gadis itu.
"Bukan salahmu Yehana... coba ceritakan padaku apa yang terjadi? Kenapa tuan Damirn bisa ada di sini?"
Yehana menggeleng, "aku tidak tahu...," cicitnya pelan, kedua tangannya bergetar. "tiba-tiba saja dia muncul di hadapanku, lalu..." Yehana menelan ludahnya, "dia di tembak ...."
Mata Safire membesar saat mendengar perkataan Yehana, "siapa?" sorot mata Safire menjadi dingin, "siapa yang menembak tuan Damirn?!" tanyanya,
"Ronald...,"
Safire mematung ketika mendengar penjelasan Yehana, dahinya mengkerut kuat. Matanya tertutup serta kedua tangannya mengepal geram.
"Tetaplah di sini Yehana, temani tuan Damirn... aku akan segera kembali,"
oOo
Berada di kursi taman, Ronald memeluk kedua lututnya sambil menangis dalam diam. Kedua tangan serta bawah bibirnya bergetar, pistol yang awalnya ia gunakan untuk menembak Yehana namun akhirnya malah mengukir lubang di tubuh Damirn berada tepat di sampingnya, sesekali Ronald menggeleng.
"Tidak... bukan! Bukan aku," gumamnya pelan, saat ini ia sedang berdebat dengan isi fikirannya sendiri.
Hujan tiba-tiba turun, begitu deras, dan dalam sekejap sudah membasahi tubuh Ronald. Tetapi ia sama sekali tidak peduli, ia masih dengan posisi yang sama, duduk di kursi taman sendirian karena beberapa orang yang sebelumnya berada di sekitar sudah berlarian mencari tempat berteduh.
KAMU SEDANG MEMBACA
STALKER OBJECT ✔ (END)
Mystery / ThrillerDreame account : @AuthorID (DAMIRN OTHER VERSION) Aku akan terus bersamamu sepanjang waktu Yehana, terserah kau menginginkan hal itu atau tidak. mau bagaimanapun kau menolak, kau tetap milikku... sekarang, sampai selamanya. STALKER OBJECT 2019.