"Yehana..."
Safire menepuk-nepuk pipi Yehana, berharap bisa membangunkan gadis itu, setelah cukup lama berusaha, akhirnya Yehana terbangun, Safire menghela nafas lega.
Yehana mengerjapkan matanya beberapa kali, mencoba menyesuaikan cahaya yang masuk ke retina matanya, dahi gadis itu berdenyut karena suntikan bius yang Safire tancapkan ke tubuhnya semalam membuat kepala gadis itu berdenyut, setelah kesadaran Yehana sudah pulih sepenuhnya, segera gadis itu bangkit dari posisi tidurnya. Ia menatap Safire dengan tatapan takut.
"Tenanglah Yehana... aku tidak bermaksud menculikmu," Safire menatap Yehana, "aku hanya perlu bantuanmu, aku mohon... aku berjanji kalau kau mau melakukan hal ini, aku tidak akan pernah merepotkanmu lagi," ucap Safire memelas,
"Aku tidak mau!"
Safire terdiam, ia meghela nafas dalam.
"Aku tahu, kau pasti akan menjawab seperti itu... sama seperti jawabanku saat pertama kali tuan Damirn mengajukan kesepakatan antara kami," Safire menjangkau sebuah album foto yang tergeletak di samping kasur tempat Yehana berada, ia mengeluarkan sebuah foto Damirn bersama Amily di koridor rumah sakit.
"Perhatikan foto ini, dia mirip sekali dengamu, 'kan?"
Yehana menatap foto yang diberikan Safire padanya, foto yang sama dengan foto yang ia lihat tempo hari di kamar Damirn. "Dia Amily, adik yang Damirn sayangi melebihi apapun..., sayangnya, dia sudah meninggal dua tahun yang lalu," Yehana mendongak, ia menatap mata Safire.
"Setelah kehilangan Amily, tuan Damirn mengalami keadaan yang biasa di bilang 'gangguan jiwa', dia membunuh kakakku yang notabene adalah perawat yang merawat adiknya semasa hidup," Amily menarik nafas dalam, "saat kejadian itu terjadi, aku masih berumur 19 tahun, sebagai seorang gadis remaja yang baru lulus SMA, tentu aku tidak bisa berbuat apa-apa, terlebih pihak rumah sakit yang menyembunyikan kebenaran kakakku yang sudah tuan Damirn bunuh lalu berdalih kalau kakakku mati aborsi, kau tahu bagaimana perasaanku saat itu? Aku marah, stress, sedih serta muak Yehana... berulang kali aku coba melapor ke Polisi, namun tidak pernah di tanggapi karena kurangnya bukti, enam bulan setelah kematian Amily, atau sekitar dua bulan kematian kakakku... tuan Damirn di vonis mengidap insomnia akut dan jadi pecandu alkohol berat, pamornya sebagai dokter bedah terbaik di USA perlahan turun, ia bahkan mengundurkan diri dari rumah sakit tersebut, namun pihak rumah sakit tidak merelakan keputusan tuan Damirn yang tiba-tiba ingin resign,"
Yehana terdiam, ia hanyut dengan alur cerita yang di bawakan Safire.
"Merasa stress, karena di desak untuk terus menjalankan tugas sebagai dokter bedah di rumah sakit besar tersebut, tuan Damirn berencana melarikan diri ke Indonesia, namun sebelum itu, dia menemuiku, saat itu ibuku sudah sakit parah. Dia berkata, kalau aku bersedia ikut bersamanya ke Indonesia, maka dia akan membantu biaya pengobatan ibuku..." Safire tersenyum, "Aku sendiri tidak tahu kenapa waktu itu aku menyetujui permintaannya, padahal aku sadar betul kalau orang yang meminta pertolongan padaku itu adalah orang yang sudah membunuh kakakku dan menjadi penyebab ibuku jatuh sakit. Yehana... sulit untukku bercerita secara detail, karena aku hanya tahu kehidupan tuan Damirn sangat sedikit, namun kau harus tahu satu hal kalau kau itu adalah orang yang paling berharga untuk tuan Damirn,"
Yehana menatap lekat wajah Safire, "aku tahu, kau pasti merasa takut ketika mengetahui kalau orang yang selama ini menjadi stalkermu adalah Damirn, kalau aku jadi kau... aku pasti juga akan bertindak seperti apa yang kau lakukan sekarang, tapi... coba fikirkan, apa ada hal jahat yang tuan Damirn lakukan padamu?"
Yehana terlihat berfikir, otaknya memutarkan kenangan-kenangan dirinya bersama Damirn, dari kejadian pertama mereka bertemu, penculikan yang di lakukan Ronald, hingga hari di mana ia bertemu terakhir kali bersama Damirn.
"Tidak ada 'kan? walaupun caranya salah... percayalah Yehana, tuan Damirn hanya ingin menjagamu, kehilangan Amily menjadi satu-satunya alasan mengapa dia sampai melakukan itu semua padamu,"
Yehana terdiam, logikanya menolak penjelasan Safire, namun perasaannya melunak. Safire menggenggam lengan Yehana, "Aku mohon... tolong bantu aku, kita tidak bisa membiarkan tuan Damirn di Amerika lebih lama," ucap Safire memelas.
"Kenapa tidak bisa?"
"Karena ...."
oOo
Seorang dokter keluar dari ruangan tempat di mana Grace dan Reyhan di rawat, "Bagaimana dok?" tanya Danial, "Seseorang menyuntikkan obat bius dengan dosis cukup besar pada mereka, tapi jangan khawatir... mereka akan segera sadar," jawab Dokter tersebut, Danial terdiam, sedangkan dokter yang barusaja menjadi teman bicaranya itu melenggang pergi.
Danial lalu memijit pelipisnya, ia bingung harus menemukan Yehana dimana. Setelah melakukan pengobatan dan di rawat inap selama lima hari di rumah sakit akibat penganiayaan yang Damirn lakukan padanya, Danial segera menuju kos Yehana, namun gadis itu tak ada di sana, mencarinya di butik tempat ia bekerja juga tak Danial temukan, ia malah mendapat kabar kalau Yehana sudah mengundurkan diri, dan yang paling mengejutkan Danial adalah ketika dirinya mencari Yehana ke rumah Grace, bukannya menemukan Yehana, Danial malah menemukan Grace dan Reyhan yang tergeletak di lantai kamar mereka dengan kondisi yang tak sadarkan diri. Danial menggelengkan kepalanya, asumsi-asumsi negatif terus memenuhi otaknya tentang Yehana,
"Berfikirlah positif Danial, Yehana pasti baik-baik saja..." ucapnya pelan sambil menarik nafas, kemudian duduk di kursi tunggu koridor rumah sakit.
oOo
Private number : Sabtu, 23 Maret, pukul 20:30 pm, jangan terlambat.
Damirn menatap lekat layar ponselnya, sebuah foto Yehana yang di ikat di sebuah kursi dengan keadaan yang memprihatinkan serta pesan yang ikut di dapatnya bersamaan dengan foto itu membuat pria itu bungkam, ia menggenggam kuat ponsel mahal di tangannya, kemudian duduk di sebuah kursi kayu sambil memegangi kepalanya, selama di Amerika, Damirn tak bisa tidur seharipun, dan hal itu membuat kepalanya di penuhi oleh bisikan-bisikan serta halusinasi masalalu.
Nafas Damirn memburu, keringat dingin mulai membasahi tubuhnya, bahkan kedua lengannya bergetar, ia turun dari kursi, tangannya mengacak tumpukan botol alkohol kosong yang berserakan di lantai, sayangnya, tak ada satupun lagi yang tersisa.
"Yehana ...." gumam Damirn, bibirnya memucat, keadaannya sekarang persis seperti orang yang kecanduan narkoba. Dengan susah payah Damirn mencoba bangkit, ia meniti dinding untuk mencapai letak lemari tempat ia menyimpan alkohol-alkoholnya. Damirn membuka lemari tersebut, dan dengan tergesa ia menenggak sebotol bir hingga habis, setelah menghabiskan bir dengan cepat, Damirn membaringkan tubuhnya, ia menatap langit-langit kamarnya.
"tunggu aku Yehana... tunggu aku ...."
STALKER OBJECT
Tbc...Buat yang minta chapternya di panjangin, akan aku pikirkan 😅
KAMU SEDANG MEMBACA
STALKER OBJECT ✔ (END)
Mystery / ThrillerDreame account : @AuthorID (DAMIRN OTHER VERSION) Aku akan terus bersamamu sepanjang waktu Yehana, terserah kau menginginkan hal itu atau tidak. mau bagaimanapun kau menolak, kau tetap milikku... sekarang, sampai selamanya. STALKER OBJECT 2019.