1.4 DOV

8.9K 747 6
                                    

Seperti biasa, Berlin menjemput Yehana untuk berangkat kerja. Saat Yehana masuk ke dalam mobilnya, dahi gadis itu berkerut. "Ada apa?" tanya Berlin.

Yehana menatap Berlin dengan seksama, dengan tatapan kalang. "Aku mau pindah Lin, tempat itu... tempat itu tidak aman." Lirih Yehana.

Alis Berlin bertaut, "Tunggu sebentar Yehana... kenapa tiba-tiba? Ada apa?"

"Ada orang yang masuk ke kamarku semalam." Ucapnya pelan, menambah kebingungan di raut wajah Berlin. "Orang? Siapa? Dan, kenapa? Bicara yang benar Yehana... aku tidak mengerti."

Yehana menarik nafas, "Kau ingat soal cokelat?" Berlin mengangguk, "terus?" Tanyanya.

"Kemarin malam, aku kembali mendapat sekotak cokelat. Juga sebuah tas belanja di sampingnya, dan aku tidak membawanya masuk. Aku yakin itu... tapi, ketika tadi aku terbangun, Cokelat dan tas belanja itu sudah ada dalam kamarku." Jelas Yehana,

Berlin tersenyum miring, "Jadi, maksudmu kau tidak menemukan ada orang yang masuk ke dalam rumahmu semalam?" Tanya Berlin.

Yehana mengangguk, "Tidak sih..." cicitnya pelan.

"Yehana, kau mungkin terlalu lelah. Kau pasti lupa kalau semalam membawa cokelat itu masuk. Jangan aneh-aneh Yehana, kau sudah membayar kamar kos itu untuk sebulan. Dan kalau kau pindah sekarang, sayang uangnya..." Berlin menghidupkan mesin mobilnya.

"Tidak Berlin... aku ingat sekali."

"Sudahlah Yehana ...."

oOo

Sebuah gelas berisikan alkohol mendarat di sebuah meja bundar, seorang pria dengan pakaian kasual menatap lawan bicaranya.

"Kemana saja kau belakangan ini?" Tanyanya.

Pria dengan stelan jas itu menjauhkan alkohol yang di sodorkan temannya, "Jangan beri aku Alkohol Ronald, bisa bahaya nantinya."

Pria bernama Ronald itu tergelak, "Apa ini Damirn? Menghilang beberapa hari kau langsung menolak obat tidurmu? Insomniamu sudah sembuh?" tanyanya. Damirn mendelik ke arah Ronald dengan seulas senyum di bibir. "Tentu belum, mana bisa insomnia sembuh dalam waktu sesingkat itu, tapi... aku sudah menemukan obat yang cocok, bukan alkohol lagi tapi seorang gadis yang begitu cantik, dan mempesona." Jelas Damirn.

Ronald kembali tergelak, ia memegang dahi Damirn dengan telapak tangannya. "Tampaknya kau sudah jadi sinting karena halusinasi yang insomniamu ciptakan." Ronald menggeleng.

Damirn kembali tersenyum, "Cecunguk ini... kau pikir aku gila ya?"

"Tentu saja, tak ada orang yang lebih gila darimu... Hahaha~" tawa Ronald pecah, ia sampai memukul meja saking senangnya.

"Dasar kau," Damirn bangkit dari duduknya. "Aku pergi dulu, senang bertemu denganmu Ronald..." ucap Damirn, Ronald menatapnya lekat.

"Mau kemana?" Tanyanya,

"Pergi kencan, memberi kekasihku hadiah lalu menemaninya tidur. Aku tidak boleh terlambat, nanti dia bisa marah ...." Jelas Damirn dengan seringai samar. Ronald terdiam, ia ikut berdiri.

"Kau belum periksa ya?"

"Aku baik-baik saja, Ronald... jangan khawatir."

Ronald menahan tangan Damirn, "Sudah berapa hari kau tidak tidur?" Tanyanya serius. Damirn menatap mata Ronald, matanya mengukir tatapan tidak suka, "Kau pikir aku sedang berhalusinasi? Ronald... dari sebelumnya, percayalah kondisiku sekarang adalah yang paling baik saat ini, aku tak pernah sakit kepala lagi. Dan berhalusinasi." Jelas Damirn.

STALKER OBJECT ✔ (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang