Bagian 1

40 7 1
                                    

"Rangga!!" teriak Reza.

Lalu aku menoleh ke arah Reza yang datang menghampiri ku. "kenapa Za?, keliatannya buru buru amat," tanya ku. Reza Azra Alaudin temen SMA ku, sekarang berbeda universitas. Dia itu idola para cewek cewek di SMA, kalian pasti tau alasannya kenapa, ya benar sekali, dia orangnya tinggi layaknya tiang, putih, terus gaya rambutnya ke korea korea an gitu deh pantes aja banyak cewek yang naksir.

Aku Rangga, Rangga Ilyas kepanjangan nya, umurku 22 tahun. Teman-teman ku bilang kalau rambutku ini terlalu panjang. Jadi lebih baik dipotong saja. Enak aja, panjangin rambut butuh waktu 7 bulan kali, lama banget, dan mereka enak aja menyuruh untuk potong rambut. Padahal aku memang ingin rambut seperti ini, dari dulu aku ingin sekali punya rambut gondrong. Setiap kuliah aku selalu mengikat rambutku.

"Gondrong adalah sebuah impian." Itulah motivasi ku sejak SMA untuk memanjangkan rambut.

"Gapapa kok, lu mau kemana?, gue nebeng dong soalnya mobil gue di bengkel hehe.."
"Oh yaudah ayo."

Baru kali ini Reza meminta tumpangan padaku, ya mungkin karena mobilnya sedang di bengkel. Kita berdua berjalan menuju tempat parkir sepeda motor, baru saja sampai di parkiran, mataku tiba tiba terfokus pada seorang cewek yang berdiri di dekat pintu keluar parkiran.
"Sepertinya aku tidak asing dengan orang itu, tapi siapa ya?" gumamku di dalam hati.

Aku terpaku melihat cewek itu, dia seperti tidak asing buatku, dilihat dari penampilannya yang memakai baju berwarna merah dengan garis putih, jaket denim, celana jeans biru, sepatu converse hitam, dan juga rambut yang dia ikat ponytail, tapi aku tak melihat jelas wajahnya karena dia memakai masker. Aku hanya bisa melihat matanya. Setelah memerhatikan nya cukup lama, dia lalu pergi dengan seseorang menggunakan sepeda motor, agak sedikit kecewa sih melihat dia pergi, tapi yang menjadi pertanyaan besar adalah "siapa dia?", "kenapa aku merasa dia tidak asing bagiku?" "Sorot mata itu, sepertinya aku pernah melihat sorot mata itu."

Setelah cewek itu pergi, aku langsung menuju Reza yang sedari tadi menunggu.

"Lama amat, gue lihat lu daritadi berdiri kek patung selama 20 menit loh, lagi ngeliatin siapa sih?"
"Ohh enggak gapapa, cuma ngeliatin gerbang parkiran nya ditutup atau enggak, kalau ditutup kan kita gabisa pulang."

Tapi raut muka Reza tampak tak percaya dengan apa yang aku bilang barusan, "Yakali ngeliat pintu keluar parkiran aja sampe 20 menit? gak masuk di akal Ga hahaha... jangan jangan lu ngeliatin cewek yang ada di depan pintu keluar tadi ya? hayolo ngaku." ejek Reza kepadaku sambil melempar senyuman aneh. "Ehmm enggak enggak, apaan sih, yaudah ayo pulang." tepis ku. Akhirnya aku pulang, tapi sebelum itu aku mengantar Reza pulang dulu.

Sesampainya aku dirumah, aku masih terbayang cewek tadi. Seperti pernah melihat tapi tidak tau siapa, seperti tidak asing tapi aku tidak pernah melihat cewek itu di kampusku, apa mungkin dia tidak satu universitas denganku? mungkin saja.

Hari yang melelahkan, setelah melihat cewek tadi, rasanya aku ingin berkenalan, entah itu hanya mengobrol atau sekedar menanyakan "kamu kuliah dimana?". Jadi ingat Salma, eh tunggu..

Baju itu... celana jeans biru, sorot mata itu, sepatu converse, dan jaket denim itu... SEPERTI MILIK SALMA

Aku ingat sekali kalau Salma dulu punya jaket denim dengan stiker beruang di bagian dada kirinya. Dan orang tadi memakai jaket denim yang sama persis seperti milik Salma.

Aku pun yang tadi nya berbaring langsung duduk dan mulai berspekulasi bahwa itu Salma. Tapi enggak mungkin, masa dia kuliah di Jogja juga? Kan dia keterima di universitas yang ada di Surabaya. Apa mungkin saja orang itu memang dia, aku hafal persis penampilan nya ketika sedang bepergian.

Kalaupun benar itu Salma, aku ingin bertemu dengan nya. Setelah terakhir kali aku bertemu dengan nya sebelum kita mengikuti wisuda sekolah dulu. Ada banyak hal yang ingin ku sampaikan

Tapi...
Apakah bisa, aku berbicara lagi dengan mu setelah kejadian itu?
Apakah bisa, aku menanyakan semua pertanyaan yang ingin kutanyakan ini padamu?
Apakah bisa kita seperti dulu lagi?
Dan...
Apakah bisa, aku memperbaiki kesalahan yang telah kubuat dulu?

Tak terasa langit mendung dan turunlah hujan. Dalam rumah, aku terduduk sambil memeluk kenangan kita, Sal. Dan tanpa ku sadari, air mata jatuh di pipiku.

Dikala semesta sedang menangis, akupun ikut menangis.. mengingat semua kenangan yang telah kubuat bersama mu dahulu kala...

Derap Langkah #1 (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang