Bagian 4

12 5 0
                                    

Hujan..
Hehe... Apa ya?
Hujan pernah membuatku sangat bahagia dulu.
Karena hujan telah menjadi saksi, kalau orang sederhana seperti ku, masih bisa mendapatkan dia.
Yaa.. dia..
Dia yang sebenarnya bisa memilih duduk dan bermesraan di dalam mobil, tapi lebih memilih duduk di belakangku, memeluk ku dengan erat sambil menikmati setiap rintik hujan yang turun secara bersamaan.
Kadang sesekali aku mengajaknya berhenti di pinggir jalan untuk berteduh.
Yaa.. kalo seandainya dia dengan yang bermobil sih, harus nya dia sudah sampai rumah.
Bukannya malah buang buang waktu hanya untuk menunggu hujan reda.
Dan aku pikir, setiap tetes air hujan yang jatuh pada saat itu, seakan akan bertepuk tangan atas kebahagiaan kita.
Maaf ya.. gara gara aku.. kamu jadi kebasahan..

Hari itu menjadi hari pertama ku bertemu dengan Salma setelah 2 tahun kita tidak ketemu. "Kok kamu bisa ada di sini, Ga?" tanya Salma kepadaku.

"Oh, ini kafe favorit aku, aku sering nongkrong disini, terus kalau kamu? Kamu habis darimana?"
"Aku habis dari rumah temen, sekalian beli ini di Indomart," sambil menunjuk kan barang barang yang dia beli di Indomart.
"Oh gitu, ehm, Sal. Sudah lama ya kita gak ketemu, terus aku boleh nanya sesuatu gak?" Setelah aku bilang begitu, mobil yang ada di depan kafe itu membunyikan klakson beberapa kali.
"Wah, aku keburu nih, udah di tunggu tuh sama adik ku, nanya nya lewat WhatsApp ya, ini aku kasih nomerku," sambil menujukkan nomer whasapp nya kepadaku.
"Oh yasudah kalau gitu, aku tanya lewat WhatsApp ya," kataku.
"Iya, yasudah aku pergi dulu ya, seneng bisa ketemu kamu lagi, Ga. Kamu gak banyak berubah ya ternyata, terus keinginan mu udah kesampean ya, punya rambut gondrong hehehe, udah 2 tahun kita gak ketemu, sekarang baru bisa ketemu hehehe.." kata Salma sambil membuka pintu mobil.
"
"Iya, Sal. Udah dua tahun, kamu juga gak banyak berubah, kamu masih seperti dulu, cuma rambut mu aja yang bertambah panjang, dan seperti biasa kamu tetep cantik, Sal." Kataku sambil tersenyum kepadanya.

Salma juga membalas senyuman ku, dia tetap cantik, apalagi ketika dia sedang tersenyum seperti itu dengan lesung pipi yang dia punya, membuatnya semakin cantik. Salma masuk ke mobil, dia melambaikan tangan nya kepadaku bersamaan dengan mobil nya yang melaju menembus hujan.

Setelah dia pergi, perasaan yang campur aduk tadi tak mau hilang, senang campur kesal, senang karena bisa ketemu dia lagi, kesal karena dulu dia sempat menjauhiku. Aku bersyukur bisa mendapat nomer whasapp nya, jadi aku bisa berkomunikasi dengan nya, entah itu hanya menanyakan kabar.

Malam itu aku langsung menghubungi Salma, dengan nomer yang sudah dia kasih tadi siang, aku mulai memberanikan diri untuk menghubungi dia. Ini kalau ngechat malem malem dibales nggak ya? Udah jam sepuluh malem soalnya nanti dikira ganggu lagi, ah bodo amat, masalah itu belakangan.

"Halo, Sal. Ini Rangga, udah tidur apa belum?"

Beberapa menit kemudian..

"Oh halo, Ga. Aku belum tidur kok,"

"Bagus lah kalau belum, ngomong ngomong, kamu kenapa bisa ada di Yogyakarta? Bukannya kamu diterima di salah satu universitas yang ada di Surabaya?"

"Iya diterima, tapi aku juga diterima di salah satu universitas yang ada di Yogyakarta, jadi aku milih yang di Yogyakarta deh, lagipula rumah keluarga ku banyak yang ada di Yogyakarta,"

"Oh.. jadi kemarin yang aku lihat di tempat parkir itu kamu, jadi kita satu kampus dong. Tapi selama ini aku jarang ketemu kamu di area kampus, kok bisa ya? Terus yang tadi jemput kamu itu si Rinto ya? Udah besar ya, dulu aku terakhir lihat dia masih SMP, dia ikut pindah ke Yogyakarta juga ya?"

"Mmm kalau itu sih.. mungkin karena aku jarang banget bergaul sama orang lain, maka dari itu aku jarang berada di area kampus. Biasanya setelah pulang dari kampus, aku langsung menuju rumah. Iya itu si Rinto, dia udah besar sekarang, dia sekarang tinggi, kayak tower, kalau pas lagi pertemuan keluarga gitu, dikira aku adiknya Rinto, padahal mah kebalik, gara gara dia tinggi, sedangkan aku pendek kayak kurcaci. Dia SMA nya di Jogja sekarang, kenapa gak di Madura aja, karena keluarga kami pindah ke Jogja sejak aku lulus SMA,"
"Jadi selama ini kamu satu kampus dengan ku, tapi aku nggak tau itu karena kamu selalu menutup diri dari orang lain?"
"Iya, Ga hehe..."

Tapi kenapa Salma jadi menutup diri dari semua orang, bukan kah dulu dia orangnya ceria, pandai bergaul, dan terbuka terhadap semua orang. Itu masih menjadi pertanyaan besar bagiku.

Kami sedang mengobrol via WhatsApp, saling menanyakan kabar satu sama lain, sampai ada satu kesempatan dimana aku bisa menanyakan alasan dia dulu menjauh dari aku.

"Sal, boleh nanya sesuatu? Tadi pas ketemu gak sempet aku tanyain ke kamu,"
"Iya boleh, mau nanya apa?"
"Dulu kenapa kamu menjauh dari aku, Sal? Setelah kejadian itu, kejadian dimana aku mengantar pulang Thalia, setelah itu kamu manjauh. Sampai kita lulus pun kamu masih gamau bicara sama aku, padahal kan kita sahabat, jangan bilang kamu cemburu waktu itu?"

Salma tidak membalas pesan ku, sampai ada sekitar 20 menit baru dia membalas, tapi dia malah tidak menjawab pertanyaan ku dan mencari topik pembicaraan lain.

"Ehmm, Ga. Kamu gak ngantuk? Udah malem nih, tidur sana,"
"Aku gak ngantuk, jadi kenapa alasan kamu menjauh dari aku dulu, Sal?" tanyaku lagi.
"Wahh aku udah ngantuk nih, lanjut besok lagi ya, bye," dan ya, dia langsung offline dan sekali lagi dia tidak menjawab pertanyaan ku.

"Salma kenapa sih gamau jawab pertanyaanku? Apa aku udah menyinggung perasaan dia?"

Derap Langkah #1 (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang