Bagian 3

16 4 0
                                    

"Kok badan gue meriang ya, wahh akibat hujan hujanan kemarin nih."
"Mangkanya jangan hujan hujanan, emang ngapain sih sampe hujan hujanan segala?"
"Ada deh, kepo kepo deh lu hahaha..."
"Ishh, Rangga ih ngeselin."
"B o d o a m a t," ucapku lalu kabur dari si Thalia.
"Rangga! sini lu jangan kabur, awas aja lu kalo sampe ketangkep," kata Thalia sambil mengejar ku.

Pagi itu, setelah pulang dari kampus, biasa lah mahasiswa, gak langsung pulang ke kosan, masih kumpul kumpul dulu bareng temen.

Kalau yang tadi itu Thalia, Thalia Zharfani, anak jurusan seni rupa murni, dia teman sekelasku di SMA, dia cantik, jangan bilang ke dia ya kalau dulu aku pernah suka ke dia hahaha, pinter gambar dia, tapi masih bagusan aku kalau ngegambar hahaha..

"Udah woy udah, kek anak kecil aja main kejar kejaran," kata Jaka kepada kami berdua yang sedang kejar kejaran. Nah ini Jaka Sulaiman Bahri, teman ku dari SMA juga, kami dulu kalau ke sekolah selalu bareng terus. Sampai sekarang pun kuliah nya sama sama di Jogjakarta, cuma berbeda universitas saja.

"Rangga nih ngeselin, Jak. Gue nanya serius dijawab bercanda sama dia," ucap Thalia kesal.
"Udah lah, Thal. Tau sendiri kan Rangga kek gimana hahaha,"
"Nah bener tuh kata si Jaka, Thal. Udah tau gue kayak gini juga, lagian jadi orang gausah kepo deh," kataku ke Thalia.

"Hufft iya deh gue gak akan kepo lagi,"
"Nah gitu dong, tapi muka lu jangan gitu dong," ucapku ke Thalia. Thalia bingung dengan apa yang aku bilang barusan, "Emang kenapa sama muka gue?"
"Kalo lu lagi kesel, muka lu jadi cantik, entar gue suka sama lu," Mendengar itu, muka Thalia langsung memerah.

"Ada yang baper nih, cie Thalia baper," ejek Jaka ke Thalia, "Ehh enggak enggak, apaan sih, Jak. Gue gak baper kok!," tepis Thalia, tapi walaupun dia mengelak tetap saja terlihat jelas kalau dia baper, bisa dilihat dari wajahnya yang masih memerah itu. Memang sih, si Thalia itu orangnya baperan, digombalin dikit sama cowok aja udah merah mukanya.

"Yah digituin sama cowok yang mukanya pas pasan aja baper, apalagi sama cowok seganteng Reza," ejek ku kepada Thalia dan berujung aku dikejar lagi olehnya, "Apaan sih, Ga. Jangan gitu ah, malu tahu ih," lalu Thalia mencoba menangkap ku dan ingin sekali memberi ku hadiah, bukan hadiah biasa tapi sebuah cubitan yang sakit nya itu Masyaallah sekali~

Tak lama, aku pamit pulang duluan kepada Jaka dan Thalia. Dan seperti biasa aku tak langsung pulang ke kosan, aku mampir dulu ke kafe Mas Yon.

Begitu masuk, Mas Yon bilang, "seperti biasa, Ga?" kata Mas Yon. "Iya mas, baru pulang kuliah, butuh yang anget anget," kataku ke Mas Yon.

Dan seperti biasa, aku duduk di dekat jendela. Sembari menunggu pesanan ku datang, aku mengeluarkan ipod, dan earphone dan mulai mendengarkan lagu.
Dan pada saat itu juga, langit mendung, lalu turun hujan. Dan ya, Jogjakarta diterpa hujan lagi.

***

Tanpa kata, Tanpa nada
Rintik hujan pun menafsirkan kedamaian
Hanya rasa
Hanya prasangka
Yang terdengar di dalam
Dialog... Hujan

Senar Senja - Dialog Hujan

***

Lagu senar senja ini memang sangat pas disaat seperti ini. Tak lama pesanan ku datang, secangkir americano dan 2 potong roti bakar yang di olesi selai cokelat.

Aku melihat ke arah luar, dan melihat ada seorang cewek yang kehujanan dan berteduh di depan kafe ini. Aku tak melihat jelas siapa dia karena kaca nya berair.

Setelah menghabiskan makanan ku, aku beranjak dari tempat duduk dan ingin pulang. Hari ini aku ke kampus tak bawa motor, jadi aku jalan kaki, kampusku tidak terlalu jauh juga tidak terlalu dekat dari kosan, aku juga sudah memprediksi kalau hari ini akan hujan, jadi aku sudah sedia payung.

Hujan nya deras sekali, angin nya juga lumayan kencang, jadi aku memutuskan untuk menunggu hujan agak reda. Tanpa aku sadari, aku berdiri tepat di samping kanan cewek yang aku lihat tadi, dia memakai masker, rambutnya panjang hingga pundak dan terurai.

"Yahh hujannya deras banget yak, walaupun gue ada payung, tetep aja males kalau hujan kek gini,"
"Yaudah ah, mending sambil dengerin musik aja kalau gitu," lalu aku mengeluarkan earphone dan ipod, lalu mendengarkan musik.

"Rebahkan saja lelahmu
dan duduklah di sampingku
Berhenti melawan kata hati
yang tak pernah salah

Tetaplah disini
Jangan pernah pergi
Meski hidup berat. kau memilikiku
Ketika kau sakit
Ketika hatimu terluka
Ku kan menjagamu hingga napas ini habis..."

Fiersa Besari - Hingga Napas Ini Habis

Lagu ini yang sekarang aku dengar di ipod, sambil melihat hujan yang sedang menerpa Jogja hari ini.

Beberapa menit kemudian, ada sebuah mobil yang berhenti di depan kafe, lalu kaca mobil tersebut terbuka. Terlihat seorang cowok dan seperti nya dia memanggil cewek yang di samping ku. Cewek itu melangkah menuju mobil itu, tapi karena hujan, jalan nya jadi licin dan dia hampir terpeleset.

Sebelum hal itu terjadi, aku segera memegangi tangan cewek itu, "Hati hati mbak kalo jalan, jalan nya lic..ii..nn," sontak saja aku kaget, ternyata cewek itu Salma. Aku pangling melihat penampilan nya dengan rambut yang terurai itu, biasanya dia mengikat rambutnya, sampai sekarang dia tetap cantik.

"Rangga!? Kamu Rangga kan?" tanya Salma dengan raut muka yang masih tidak percaya kalau dia bertemu denganku.

"Seneng banget aku bisa ketemu kamu disini, Sal."

Derap Langkah #1 (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang