"Kamu kenapa pilih jurusan komunikasi, Sal?"
"Biar bisa belajar cara berkomunikasi dengan baik... mungkin? Kalau kamu jurusan apa?"
"Kalau aku sih jurusan seni rupa murni, biar aku bisa menuangkan semua kreativitas ku ke dalam sebuah karya."
Aku berhenti sejenak, lalu berbicara lagi, "Jadi, hasilnya belum kelihatan juga ya, Sal?"
Salma tertawa kecil, "Mungkin aku gak akan lulus dari jurusan ini,"
"Gak mau sama gak bisa beda lho, Sal,"
"Hmm... berarti aku dua-duanya."
"Sal, aku ajak ke suatu tempat, mau enggak?"
"Enggak,"
"Cuma sepuluh menit, mau ya?"
"Sepuluh menit?"
"Ya.. mungkin lebih dikit..."
"Sebelas menit berarti?
"Sal..."Salma berjalan. Kali ini langit melihat nya tersenyum karena hal yang memang membuat nya ingin tersenyum. Sudah dua tahun, aku rindu senyumnya yang bagus itu. Aku ingin dia membuka hatinya untuk dunia. Aku ingin dia membuka hatinya untukku lagi. Aku harap, aku bisa menjadi lebih baik lagi di mata Salma.
"Ga,"
"Iya, Sal?"
"Kalau aku kura-kura, kamu apa?"
"Burung merpati, karena burung merpati melambangkan perdamaian,"
"Tapi burung merpati gak bisa buat dunia damai, Ga,"
"Setidaknya, masih ada sisa perdamaian di dunia ini."
"Kalau alasannya karena kamu ingin mengirim surat untuk Tuhan lewat burung merpati, aku setuju,"
"Kamu mau coba?"
Salma kaget, "Coba?"Aku tidak menjawab nya lagi. Aku segera memberhentikan taksi dan meminta Salma untuk nurut. Didalam taksi, Salma mengeluarkan ipod dan earphone nya dan mulai memutar lagu. Aku segera menilik ke arahnya, lalu aku ambil earphone sebelah kirinya dan kupasang di telinga kanan ku.
"Lagunya Fourtwnty ya? Wah ada anak indie nih haha.."
"Apaan sih, Ga, emang gak boleh jadi penikmat senja?""Siapa bilang gak boleh? Aku juga suka lagu lagunya fourtwnty,"
"Yaudah, sama sama penikmat senja gak boleh ngeledek, oke?"
"Iya iya bawel."Didalam taksi, kami berdua menikmati lagu fourtwnty. "Kapanpun aku merasa kurang baik, lalu mendengarkan lagu ini, rasanya semua kekhawatiran yang aku rasakan hilang seketika, lalu pikiran ku dengan otomatis memikirkan hal-hal yang membuat ku bahagia,"
"Contohnya?"
"Contoh apa?"
"Contohnya hal-hal yang buat kamu bahagia itu,"
"Hmm... Apa ya.."
"Contohnya seperti aku kan, Sal?"
Salma kaget dan terlihat wajahnya memerah, "Apaan sih, enggak bukan kamu Rangga,"
"Hahaha.. iya Princess,"
"Bukan Princess, Ga, aku ini cuma Salma,"
"Iya Princess Salma, kan?"
"Salma, Ga, Salma aja."
"Salma banget kali.."Salma hanya berusaha menahan senyumnya. Ia lantas menengok ke kaca mobil, memperhatikan jalan raya yang dipenuhi oleh motor dan bis kota yang asapnya mengabu di udara. Sebenarnya ia tidak suka naik bis kota, tidak suka pakai masker karena ia takut polusi udara itu masuk ke paru parunya, tapi mau bagaimana lagi? Ia tidak mungkin naik burung gereja yang semakin hari semakin menjauhi kota ini.
Taksi berhenti, Salma melongok,
"Dimana ini, Ga?"
"Pasar Burung Pramuka."
"Mau ngapain?"Aku tak menjawab nya, aku lantas turun. Salma menyusul setelah itu. Seperti namanya, pasar ini menjual aneka jenis burung. Walaupun ada juga yang menjual hewan-hewan lain seperti hamster dan sejenisnya. Tempat nya cukup sumpek, dan baunya... ya bau kotoran burung. Salma terus mengikutiku dengan tangan yang terus ia gunakan untuk menutup hidung.
"Nah, ini dia tempat nya!" seru ku dengan semangat.
"Toko Burung Kurnia?" Salma membaca plang yang menempel di depan toko.
"Salma tunggu di sini aja ya, didalam bau."Salma mengangguk.
Sesekali ia membalas tatapan orang-orang yang berlalu lalang melewatinya. Ia jarang sekali berada di tempat seramai ini. Ia mengambil ikat rambut yang ada di saku celananya, kemudian menguncir satu rambutnya. Ia sudah mulai kegerahan. Ditambah lagi panas matahari yang menembus gedung pasar ini.

KAMU SEDANG MEMBACA
Derap Langkah #1 (SELESAI)
Ficțiune adolescențiMari berbagi rasa Dari relung hati Yang terdalam ... Ketika seorang Rangga Ilyas berjuang untuk mendapatkan hati seorang Salma Yumna Arisa, tapi memperjuangkan itu tidak semudah membalikkan telapak tangan