“Ayah, temen kakak boleh main ke rumah nggak?”Jaehyun menoleh dan mendapati Lami tengah duduk di sampingnya. Itu adalah sebuah malam yang tenang di pertengahan musim gugur. Putri kecilnya yang dulu terlihat sangat lugu kini telah berubah menjadi gadis remaja yang cantik.
Lami bersandar di lengan Jaehyun dengan manja, menatap ayahnya dengan dua bola mata indah serupa sang bunda.
“Temen atau pacar?”
“Ih ayaaah, temen. Rame kok, bukan berduaan.”
Jaehyun terkekeh kecil, mengusak rambut putrinya penuh kasih. Di usianya yang ke dua puluh dua, Lami sudah memasuki jenjang perkuliahan tingkat tiga. Gadis cerdas itu memilih jurusan Psikologi Medis dan tampak sangat menikmati kehidupan perkuliahannya.
“Boleh. Kapan jadinya temen kakak mau dateng?”
“Weekend ini.”
“Yaudah bilangin bunda juga sana, biar disiapin cemilan.”
“Bilang apa?”
Jiyeon yang merasa dibicarakan datang dari arah dapur dengan membawa nampan berisikan empat cangkir coklat hangat dan David selangkah di belakangnya dengan dua box pizza berukuran besar.
“Temennya kakak mau dateng weekend ini, bun. Boleh nggak?”
Jiyeon melirik Jaehyun yang mengangguk pertanda ia telah memberikan izin.
“Boleh. Nanti bunda siapin cemilan. Rame nggak?”
“Rame bun.”
“Temen kakak yang mana ini?”
“Yang satu UKM Dance dulu. Minggu lalu itu kak Herin baru selesai seminar jadi mau ngumpul tapi pada nggak pengen diluar. Jadi kakak usul di rumah aja, soalnya mereka juga belum pernah kenalan sama ayah bunda.”
Ruang tamu keluarga Jung terlihat sangat padat di akhir pekan. Lami membawa beberapa temannya untuk datang. Ada tiga orang lelaki yang tengah sibuk bermain game yang Lami pinjam dari David. Dan juga tiga gadis yang terlihat sibuk memotong cake yang mereka bawa sendiri.
“Anak-anak, minum dulu.”
Jiyeon datang membawa minuman juga camilan dan meletakkannya di atas meja. Para lelaki tampak menghentikan game mereka dan segera bergabung.
“Tante sering masak ya? Makanannya enak, tapi Lami kok nggak gendut-gendut sih?”
Jiyeon tertawa mendengar salah satu yang bernama Herin menggoda lami.
“Lami memang nggak suka ngemil, sama persis tante. Yang biasanya ngabisin cemilan di rumah kalau bukan ayah ya David, adiknya Lami.”
“Davidnya kemana, tan?”
“Masih diluar. Biasa, main sama temen-temen sekolah sebelum kelulusan.”
“Tante umurnya berapa, sih? Kok masih awet muda. Nggak keliatan kaya bundanya Lami.”
“Iya, masih cantik!”
Jiyeon terkekeh geli. “Udah hampir setengah abad, masa sih awet muda?”
Seluruh teman-teman Lami mengangguk heboh, namun seorang darinya tampak lebih banyak diam. Dua mata sipit lelaki itu justru sibuk memperhatikan Lami dan Jiyeon lama sebelum mengangguk kecil seperti usai menarik suatu kesimpulan.
“Kenapa Jisung?” seorang bermata sipit lainnya bertanya.
“Enggak. Baru sadar Lami cantiknya turun dari siapa.”
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔] Way Back Home | Jung Jaehyun
RomanceIs it possible for home to be a person and not a place?