Tidak butuh waktu lama untuk Jaehyun mempersiapkan pernikahan keduanya. Ia mendatangi keluarga besar Jiyeon, meminta izin langsung kepada kedua orang tua yang telah membesarkan gadis yang begitu ia cintai itu. Lalu tak lama kemudian kembali datang bersama kedua orang tuanya.Enam bulan berselang, persiapan pernikahan keduanya hampir mencapai tahap sempurna.
Jaehyun dan Jiyeon memang tidak ingin buru-buru. Ada banyak sekali pekerjaan yang harus mereka selesaikan juga keperluan pribadi masing-masing yang membuat keduanya tidak terlalu merasa diburu oleh waktu.Enam bulan adalah waktu normal untuk mempersiapkan sebuah pernikahan. Terlebih, Jiyeon tidak ingin menyerahkan urusan pernikahannya pada pihak wedding organizer.
Di pertengahan musim panas, saat Jiyeon harus mengambil cuti demi merampungkan persiapan pernikahan mereka, Jaehyun justru disibukkan dengan ekspansi perusahaan yang tengah ia pimpin. Lelaki itu menjadi lebih sibuk dari biasanya dan sulit sekali menemukan waktu luang bagi keduanya untuk bertemu.
“Maaf kakak terlambat..”
Jaehyun melihat Jiyeon mengangkat kepalanya dengan wajah lelah. Tentu saja, ia menunggu Jaehyun hampir satu jam hanya agar lelaki itu dapat melakukan fitting baju pengantin. Jaehyun berjanji untuk datang tepat waktu, tapi lagi-lagi posisi pria itu membuatnya harus melanggar janjinya sendiri.
Jiyeon tampak tersenyum lirih. “Baju kakak udah aku siapin di dalem.”
“Kamu udah fitting?”
Jiyeon mengangguk. “Tinggal ditambahin detail sedikit lagi, gaunnya udah selesai.”
Jaehyun menatap kedua mata sendu itu dengan perasaan bersalah. “Maafin kakak ya.” Ujarnya.
Itu bukan kali pertama, bukan juga yang terakhir. Karena di minggu selanjutnya Jiyeon menemukan Yuta berlarian menuju kearahnya dengan senyum canggung.
“Lagi?” Jiyeon bertanya.
Yuta mengangguk tidak enak.
“Kenapa lagi, kak? Bukannya jadwal hari ini udah clear?”
“Ada panggilan rapat mendadak.”
Jiyeon tidak dapat menahan kekecewaannya. Gadis itu mendengus dan berdiri menatap Yuta jengkel. Jaehyun selalu berjanji namun saat itu juga selalu ingkar.
“Hari ini dicancel aja, kak. Bilang sama kak Jaehyun, sebenernya aku itu mau nikah sama dia atau sama kak Yuta, sih?”
Malam itu Jaehyun datang ke apartment Jiyeon. Seluruh lampu sudah mati dan hanya tersisa penerangan dari dapur yang tampak redup. Lelaki itu menemukan Jiyeon tengah terlelap di sofa, memegang lima buah sample undangan pernikahan mereka. Dan rasa bersalah segera menggerogoti perasaannya begitu saja.
Jiyeon terbangun di atas ranjang dan menemukan notes kecil perihal sample undangan yang menurut Jaehyun cukup bagus, tergeletak di atas meja, bersama sarapan pagi yang lelaki itu buatkan untuknya.
Hari masih gelap. Bahkan matahari belum berniat menampakkan cahayanya, namun Jaehyun sudah undur diri dengan alasan kantor yang lagi-lagi tak dapat ia tinggalkan.
Suatu pagi, Jaehyun masih ingat saat melihat layar ponselnya dan menyadari jika Jiyeon sudah tidak menghubunginya hampir selama lima hari usai terakhir kali Jaehyun datang ke apartment gadis itu. Tidak ada kabar ataupun laporan perkembangan persiapan pernikahan mereka.
Pada akhirnya Jaehyun memutuskan untuk menghubungi kekasih hatinya saat jam makan siang berlangsung. Sembari memijit pangkal hidung menahan pening, Jaehyun mengerutkan keningnya saat menerima pesan suara dari operator.
Ponsel Jiyeon tidak dapat dihubungi.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔] Way Back Home | Jung Jaehyun
RomanceIs it possible for home to be a person and not a place?