“Dasar anak ayah.”Jaehyun melirik Jiyeon yang duduk di depannya, menyuapi makan. Sementara David sudah terlelap dengan nafas yang tampak tenang.
“Iya nih, adek manja. Kakak aja enggak gitu.”
Lalu beralih menatap Lami yang juga mengunyah makanannya di samping Jaehyun. Mereka memutuskan untuk makan malam di dalam kamar—walaupun itu adalah hal yang paling tidak disukai Jiyeon.
Lami duduk dengan sebuah meja kecil di depannya. Sementara Jaehyun disuapi karena kedua tangannya yang masih memeluk David.
“Kakak cemburu? Mau ayah peluk juga?”
“Mau. Tapi nanti aja, kalau Dave udah dipindah ke tempat tidur.”
Tawa kecil Jiyeon menarik atensi Jaehyun. Mereka belum berbicara banyak seharian ini. Jika Jaehyun tidak ikutan sakit, mungkin momen berharga itu tidak akan terjadi. Jiyeon menyuapinya dengan telaten, mengenyampingkan makan malamnya sendiri yang terlihat belum tersentuh di meja nakas.
“Kamu nggak makan?”
“Iya, nanti. Aku bisa makan kapan aja kok.”
“Bunda tadi katanya laper?”
Jaehyun melirik Lami sebentar.
“Bunda bilang gitu, kak?”
“Iya. Tadi waktu ke rumah sakit. Katanya bunda laper, tapi nggak bisa gerak soalnya lagi nungguin dokter.”
“Terus nggak makan dulu habis dari dokter?”
Lami menggeleng. “Enggak, langsung pulang. Bunda bilang belum bikin makan malam buat ayah.”
Jaehyun menatap Jiyeon dengan mata berbinar sendu. Tapi belum sempat berbicara, mulutnya sudah dipenuhi dengan suapan ke sekian dari Jiyeon. Sang istri tidak lagi berbicara, hanya sesekali menaikkan selimut David dan terus memantau Lami yang masih sibuk menghabiskan makanannya.
“Maafin kakak.”
Di malam yang larut, saat Jiyeon meletakkan David yang tertidur dengan suhu tubuh yang sudah relatif normal kedalam box bayinya, Jaehyun datang dan segera memeluknya erat dari belakang.
Jiyeon mengusap lengan lelaki itu lembut. Piyama silk tipis yang Jiyeon gunakan membuatnya mampu merasakan hangat tubuh Jaehyun yang belum menggunakan bajunya kembali.
“Kenapa minta maaf?”
Hembusan nafas Jaehyun turun menuju bahu, lalu lelaki itu menenggelamkan wajahnya disana. Mereka terdiam cukup lama dalam kamar sederhana David yang sudah temaram dan hanya bermandikan cahaya bulan.
“Kakak egois lagi. Kakak pasti udah nyakitin kamu. Nolak makan dan seharian di ruang kerja. Padahal kamu sendirian, ngerawat Lami dan Dave yang lagi sakit. Maafin kakak, sayang.”
Jiyeon melarikan jemarinya hingga menyentuh kepala belakang Jaehyun, mengusak surai tebal yang berpotongan pendek disana. Ikut menyandarkan kepala kesamping, mengarah keningnya pada Jaehyun.
“Aku nggak masalah harus ngerawat anak-anak sendirian, kak. Tapi kakak bikin aku khawatir. Aku nggak mau kakak sakit. Walaupun aku tau masalah kantor ini penting banget buat kakak. Tapi please, luangin waktu untuk jaga kesehatan juga. Siapa yang bakalan jagain aku sama anak-anak nanti kalau kakak sakit?”
Usapan dan perkataan itu membuat Jaehyun merasa sangat dicintai lebih dari apapun. Lelaki itu mengeratkan pelukannya pada Jiyeon. Merasa hidupnya begitu lengkap dan sempurna hanya karena kehadiran wanita itu disampingnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔] Way Back Home | Jung Jaehyun
RomantizmIs it possible for home to be a person and not a place?