Felicitas Parva

3.7K 687 28
                                    

Tahun tahun berikutnya menjadi momen yang paling membahagiakan bagi keduanya.

Lami mulai memasuki sekolah dasar, lalu perlahan David mulai belajar menaiki sepeda, Lami yang mulai memilih pakaiannya sendiri, David yang bermain seharian penuh di luar rumah, Lami yang mulai mengerti cara merawat diri.

Keduanya tumbuh dengan sangat baik. Dan momen itu tidak pernah sekalipun membuat Jaehyun berhenti bersyukur.

Ia menyadari jika watak kedua anaknya memang berbeda.

Lami sangat pendiam dan rendah hati. Lalu dengan parasnya yang begitu jelita, putri pertama keluarga Jung itu sempat memiliki masalah karena rasa cemburu dari teman-temannya.

Berbeda dengan Lami, David justru cenderung sangat aktif dan lebih cerewet. Memasuki sekolah dasar tingkat tiga, ia sudah berteman dengan seluruh anak kompleks. Terkadang para bocah akan berkumpul di depan rumah mereka hanya untuk mengajaknya bermain.

David memiliki jiwa pemberani dan sangat penyayang, terlebih pada sang kakak. Mengetahui Lami menangis sepulang sekolah di suatu hari, David hampir mendatangi sekolah sang kakak hanya untuk menemukan siapa sosok yang berani membuat kakaknya meneteskan air mata.

Itu terjadi berbulan-bulan yang lalu.

“Masih sering digangguin nggak, kak?”

David bertanya di suatu sore di akhir pekan. Mereka duduk di halaman belakang rumah menikmati daging bakaran sang ayah. Jaehyun menoleh, menemukan Lami menggeleng sambil membantu Jiyeon membersihkan sayuran.

“Beneran? Kalau ada apa-apa bilang. Biar aku yang—“

“Temen kakak tuh udah pada takut semua sama kakak gara-gara kamu, dek.”

“Loh, kok aku?”

Jiyeon tertawa. “Soalnya kamu galak, sih, dek.”

“Kan resiko punya kakak cantik, bun. Harus siap siaga ngejagain.”

Lami dan Jiyeon tertawa bersamaan. Sementara Jaehyun hanya tersenyum tipis melirik dari tempatnya berdiri.

Lami sudah memasuki Sekolah Menengah Atas tingkat dua. Semetara David berada di Sekolah Menengah Pertama tingkat dua. Keduanya saling menyayangi dan Jaehyun tidak dapat lebih bersyukur lagi daripada itu. Lami sangat mengayomi sang adik, sementara David terlihat mampu melakukan apapun demi melindungi kakaknya.

“Kakak kan nggak minta dijagain sama kamu, dek.”

“Loh tapi tiba-tiba nangis pulang dari sekolah, siapa yang nggak bakalan khawatir kak.”

Jaehyun datang membawa sepiring daging yang langsung disambut David untuk ditata di atas meja.

“Adek nggak peka nih. Siapa tau kakak nangis karna patah hati.”

“Ayah apaan siiih!”

“Gimana mau patah hati, sih, yah. Orang dia dikejer-kejer cowok terus. Nggak pernah ngejer duluan.”

“Yeee tau dari mana?”

Jiyeon hanya tertawa mendengar celotehan kedua anaknya. Di sampingnya, Jaehyun yang sudah selesai dengan tugas bakar-membakar memeluk pinggangnya lembut lalu mengecup pelipisnya hangat. Mengerti dengan perasaan haru yang istrinya rasakan melihat perkembangan kedua buah hati mereka.

“Ayah bau asap ih, ganti baju dulu sana.”

“Ayah bau apa aja juga bunda suka.”

Jaehyun terkekeh menjawab Jiyeon, mengecup pipinya sebelum beranjak mengikuti saran sang istri.

Meninggalkan Lami dan David yang terdiam mematung, masih belum terbiasa dengan kemesraan kedua orang tua mereka yang terlihat tidak pernah luntur.

[✔] Way Back Home | Jung JaehyunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang