Jaehyun tidak menginginkan apapun lagi dalam hidup. Karena cukup dengan keberadaan Jiyeon disampingnya, ia merasa dapat melalui banyak rintangan dan segalanya akan baik-baik saja.
Cintanya pada Jiyeon sudah sangat menyempurnakan hidup.
Namun ternyata Tuhan memiliki pendapat berbeda.
Ia diberikan anugerah lain yang membuat kebahagiaan keduanya semakin berlipat ganda.
Berita perihal kehamilan Jiyeon menyebar dengan cepat diantara kerabat dan teman dekat mereka. Jaehyun benar-benar merasa sangat sempurna. Sembilan bulan menjaga Jiyeon, pola makannya, memanjakan sang istri dengan keinginan-keinginan yang luar biasa aneh, menjadi suami siaga di bulan-bulan terakhir.
“Kak, sakit..”
Jemari Jaehyun sigap menyempurnakan genggaman Jiyeon. Ia terlalu sering mengusap pinggang karena kontraksi yang telah terjadi hampir dua jam belakangan terasa semakin intens. Jiyeon seringkali terlihat meringis perih kala gelombang cinta itu datang melanda tubuhnya.
“Sshh..”
Genggaman tangan Jaehyun mengerat. Salah satu tangannya mengusap kening Jiyeon yang telah penuh dengan cucuran keringat. Sesekali mengecup pelipis, juga kening dan bibirnya guna menenangkan.
“Sabar ya sayang, sebentar lagi si kakak bisa gabung sama kita di dunia. Kamu pasti kuat, kamu ibu yang hebat.”
Kecupan sayang terus mengalir. Meski Jaehyun telah menyarankan Jiyeon untuk melakukan cesare agar ia tidak perlu kesakitan seperti ini, tapi sang istri justru ingin menjalani segalanya dengan normal. Ia ingin kelahiran ini menjadi moment perjuangan baginya untuk menyambut malaikat kecil mereka menyapa dunia.
“Kak.. kalau aku nggak selamat, gimana?”
Jaehyun menghela nafas berat. Semenjak kontraksinya terasa semakin menyakitkan, pikiran Jiyeon seolah melayang jauh memikirkan hal-hal yang tidak semestinya.
“Kamu pasti selamat. Kita janji buat ngebesarin si kakak bareng-bareng, kan? Kamu nggak boleh ingkar. Istri kakak pasti kuat.”
“Kak..”
Kecupan penuh kasih ditabuh pada kening Jiyeon.
“Kakak cinta kamu. Bertahan sebentar, ya?”
Cengkraman erat dari jemari Jiyeon, jerit kecilnya, tarikan nafasnya yang cepat, air matanya yang mengalir deras juga tangis bayi perempuan yang pecah di dalam ruangan itu seolah memberikan kesempurnaan baru dalam hidup Jaehyun.
Bayi kecil penuh noda darah itu menangis kencang saat dibersihkan para perawat. Untuk sesaat Jaehyun terpaku. Dunia terasa berhenti berputar, rasanya seperti saat pertama kali ia bertemu Jiyeon dulu. Lalu seolah ditarik pada kenyataan, Jaehyun kembali tersadar ketika kerumunan suster mulai mengelilingi Jiyeon.
Mata sang istri tertutup perlahan. Jaehyun melihat itu dengan mata kepalanya sendiri, bagaimana cengkraman tangan Jiyeon melemah, lalu eksistensinya tersingkirkan para ahli yang tampak sibuk mengerjai tubuh Jiyeon.
Meninggalkan Jaehyun yang berdiri sendiri, di sudut ruangan, merasakan dunianya hampir hancur berkeping.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔] Way Back Home | Jung Jaehyun
Storie d'amoreIs it possible for home to be a person and not a place?