Banyak hal terjadi selama keduanya menjalin hubungan.
Jaehyun yang mulai sibuk dengan kuliah di tahun terakhirnya, lalu Jiyeon yang mulai sibuk dengan kuliah praktik, kecemburuan, canda tawa, momen romantis, pertengkaran, miskomunikasi serta isu orang ketiga bukanlah hal baru dalam hubungan mereka.
Jaehyun seringkali berdiri di depan gerbang bangunan konsentrasi Jiyeon hanya untuk bertanya apakah benar gadis itu pulang bersama teman prianya semalam. Atau terkadang Jiyeon akan menghilang sesaat setelah seorang gadis mengirimkan foto Jaehyun yang tengah duduk di dalam sebuah kamar padanya.
Segalanya hanyalah kerikil yang harus dilewati dalam suatu hubungan. Mereka selalu mampu menyelesaikan permasalahan dengan baik dan pada akhirnya kembali kedalam pelukan satu sama lain karena rasa saling percaya antara diantara keduanya.
Tapi tiada air yang tak beriak. Tiada gading yang tak retak. Tiada hubungan yang terlalu sempurna untuk dijalani.
Sore itu Jiyeon menemukan Nayeon tengah memeluk Jaehyun yang tampak menghela nafas berkali-kali dengan kening bertumpu pada pundaknya. Jiyeon melihat dengan jelas bagaimana gadis itu semakin mengeratkan pelukannya pada pundak bidang Jaehyun ketika keduanya bertemu mata, seolah gadis itu dengan begitu tegas berkata bahwa ia dapat dengan mudah merebut pria itu dari Jiyeon.
Jiyeon memilih mundur. Ia tak sanggup bertengkar saat Jaehyun terlihat sangat kelelahan dan benar-benar butuh sandaran. Meski yang lelaki itu cari bukanlah dirinya.
"Kakak ada hubungan apa sama Kak Nayeon?"
Jaehyun menatap Jiyeon sebentar, kemudian kembali menoleh melanjutkan gerakan jemarinya yang terlihat tengah mengertikkan sesuatu pada keyboard laptop. Tidak ada jawaban dari lelaki itu, namun Jiyeon menunggunya dengan sabar.
"Kak.."
"Kamu kenapa sih?"
Jiyeon mengernyit bingung. "Aku cuma tanya, kakak sama—"
"Nggak ada apa-apa. Oke? And gimme some space, kakak butuh ruang untuk berpikir."
Jawaban itu cukup untuk membuat Jiyeon sadar jika keduanya mungkin tengah berada di satu titik jenuh. Jiyeon menjauh, memberikan spasi yang Jaehyun pinta. Hanya untuk mendapati lelaki itu tersenyum dengan tubuh yang dipeluk Nayeon erat seminggu setelahnya.
Jiyeon berjalan mendekat. Kali ini, tidak ingin menunda pertanyaan yang berkecamuk dalam pikirannya hingga menjadi penyakit dalam dada. Ia berdiri di depan keduanya, lalu menarik tangan Nayeon agar keduanya berpisah.
Dari reaksinya, Jiyeon tau Nayeon begitu tidak menyukai dirinya. Tapi ia tak perduli, Jiyeon justru mengadu maniknya dengan Jaehyun yang terlihat sedikit terusik.
"I thought you need some space." Ujar Jiyeon pada Jaehyun.
"Surely i do." Jawab Jaehyun singkat.
Jiyeon menemukan ada yang berbeda dari bola mata lelaki itu. Sejenak, rasa menyakitkan itu hadir namun Jiyeon berusaha menutupinya dengan baik. Lengkung bibir gadis itu kemudian tercipta.
"Kakak kalau bosen sama aku, kenapa nggak bilang aja? At least aku nggak berharap sendirian, kak, sama hubungan ini. Nggak perlu takut aku kecewa karena kakak udah nggak ada rasa dan mungkin udah punya pelabuhan yang baru. Aku lebih prefer sakit karena kita pisah daripada sakit karena sibuk sendirian mikiran kakak, tapi kakak sendiri nggak pernah mikirin aku."
Jaehyun melirik sekitar, mereka menjadi pusat perhatian orang-orang kala itu.
"Kamu ngomong apa, sih?"
"Nggak usah bohong. Harusnya kakak tinggal jawab waktu aku tanya hubungan kalian berdua waktu itu. Harusnya—"
"Kakak udah jawab pertanyaan kamu. Kakak sama Nayeon cuma teman bimbingan, Jiyeon."
"Oh, teman bimbingan yang bikin kakak harus meluk kak Nayeon berkali-kali, dan minta space ke aku? Aku nggak bodoh, kak. Kalau kakak bosan—"
"Fine, aku bosan. Puas?!"
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔] Way Back Home | Jung Jaehyun
RomanceIs it possible for home to be a person and not a place?