"Sangat menyenangkan!" Irene sedikit merentangkan tangannya ke atas berniat sedikit menikmati udara dingin kota Seoul pada malam hari.Pesta sudah selesai,Baekhyun dan Irene tengah dalam perjalanan pulang lebih tepatnya menuju rumah Irene.
Irene berdiri menyembulkan sebagian tubuhnya untuk melihat betapa indahnya kerlip lampu yang menghiasi deretan gedung gedung tinggi di sepanjang jalan.
"Duduklah! Aku akan menutup atapnya!" Baekhyun.
"Tidak mau!"Irene.
"Yasudah kalau begitu kau akan terjepit!" Tanpa aba aba Baekhyun langsung menekan tombol merah disamping radio.
"AAAA" Irene langsung menjatuhkan tubuhnya ke jok mobil lalu menatap Baekhyun sengit.
"Apa maksudmu menutup atapnya dengan tiba tiba seperti itu?" -Irene.
"Kau yang keras kepala!" -Baekhyun.
"Lagian apa harus kau menutupnya?" -Irene.
"Jika tidak ku tutup kau akan kedinginan! Lihatlah busanamu! Bisa bisa kau sakit!" -Baekhyun.
"Kau menghawatirkanku?" Irene tersenyum jahil.
"Bukan khawatir! Hanya saja pekerjaan akan jadi repot kalau besok kau sakit!" Irene mengerucutkan bibirnya sebal membuang pandangannya menatap jalanan dari kaca samping.
"Kau menguasai bahasa Spanyol?" Baekhyun memecah kesunyian sejak beberapa menit lalu.
"Tidak! Memang kenapa?" -Irene.
"Kurasa kau berbohong! Aku melihatmu mengobrol dengan orang orang Spanyol itu! Bahkan kau di goda mereka bukan?" -Baekhyun.
"Oh itu! Apa kau melihat seorang wanita disamping ku tadi? Dia bisa berbicara dengan bahasa Inggris dan Spanyol jadi dia yang menerjemahkan!" -Irene.
"Lalu apa tanggapanmu terhadap godaan mereka?" Baekhyun sesekali melirik Irene dari kaca spion kecil yang menggantung di kaca depan mobil.
"Mudah saja! Aku hanya harus menyisipkan rambutku ke telinga dengan tangan kiriku!" -Irene.
"Oh! Tunggu! Kenapa harus tangan kiri dan kenapa menyisipkan rambut?" Baekhyun penasaran.
"Saat menyisipkan rambut mereka pasti akan melihat cincin tunangan ini di jari kiriku! Jadi mereka berhenti menggodaku lalu pergi!" Irene menunjuk cincin di jari kirinya yang sempat Baekhyun berikan padanya saat diperjalan menuju pesta tadi.
"Kau pintar!" Baekhyun tersenyum puas pada Irene.
"Tentu! Sekretaris tuan CTJ harus pintar bukan?" -Irene.
"CTJ? Apa itu?" -Baekhyun.
"Cakep Tapi Jomblo!" Irene langsung tertawa lepas sedangkan Baekhyun hanya bisa meratapi nasibnya.
Irene masuk ke dalam kamarnya setelah menghantarkan kepulangan Baekhyun sebelum masuk rumah tadi.
Irene mengambil langkah untuk membuka sepatu hak jenis Peep Toe hitam yang ia kenakan.
Tanpa sengaja sudut matanya menangkap satu papper bag di sudut ruangan.
Irene mengambil papper bag tersebut lalu duduk diatas ranjang single nya.
Irene tersenyum menatap isi dari papper bag yang tak lain adalah sebuah gaun dan sepasang sepatu hak hitam yang ia beli menggunakan uang yang diberikan neneknya kemarin.
"Nek! Maaf karena aku menyianyiakn uangmu untuk hal yang tak berguna! Aku tak memakainya malam ini! Apa aku harus menjualnya lagi?" Irene menahan air matanya dengan senyuman paksaan mengingat betapa tulus neneknya menyerahkan tabungannya pada Irene tanpa berat tangan.
Flashback on.
"Lalu apakah kau menerima ajakan atasanmu itu?" Nenek.
"Tentu!" Irene.
"Lalu apa yang kau cemaskan?" Nenek.
"Aku....eum aku tak punya uang untuk membeli gaun dan sepatu pesta!" Irene menunduk.
Neneknya tersenyum lalu beranjak menuju kamarnya.
"Ini! Ambilah nenek harap ini semua cukup!" Nenek.
Nenek menyodorkan sebuah celengan tanah liat berbentuk ayam pada Irene.
Irene menatap neneknya berbinar. Sungguh hanya neneknya yang bisa membantunya.
"Apa nenek serius?" Neneknya mengangguk.
"Terimakasih nek! Maafkan aku yang egois ini nek!" Irene.
"Kau tidak egois! Memang kewajiban nenek untuk memenuhi kebutuhanmu bukan?" Nenek.
"Aku berjanji saat upah pertama ku dapatkan akan kuganti uangmu nek!" Irene.
Flashback off.
"Kenapa kau begitu egois Irene? hiks kau begitu bodoh! Sangat sangat bodoh! hiks hiks" Irene memeluk gaun sederhana itu sambil menangis tersedu.