Recommend song
Hug - DBSKHehe, jangan baper sama lagunya ya:'
.
.
Nana memandang sekelilingnya dengan berbinar. Kini ia dan Jeno sudah berada di danau yang sangat tenang, tidak ada keributan, semuanya menenangkan.
"Danau ini milikku." ujar Jeno. Mereka duduk di sebuah bangku yang menghadap langsung ke arah danau.
"Apa? Milikmu?" Nana menatap Jeno tak percaya. "Kenapa semuanya kau klaim sebagai milikmu?"
Jeno terkekeh, ia balas menatap Nana dengan pandangan penuh arti. "Karena aku suka sesuatu yang tenang."
"Benarkah? Tak ku sangka orang berisik sepertimu suka sesuatu yang tenang." Ejek Nana. Ia kembali menatap danau, pemandangannya begitu indah.
"Jika aku sedih, aku selalu kesini." Ujar Jeno. Nana hanya mendengarkan, tidak berniat membalas.
Lama mereka terdiam, sibuk dengan pikiran masing-masing. Sesekali Jeno melirik ke arah Nana yang kini tengah memejamkan matanya sembari menikmati ketenangan suasana disana.
Jeno tercekat, ia tak bisa mengalihkan pandangan dari wajah Nana. Nana dalam pandangannya bagai malaikat.
'Kenapa aku baru menyadarinya sekarang?' batin Jeno.
Begitu lama pemuda Lee itu memandangi sosok indah bak malaikat di sebelahnya. Rambut cokelat gelap malaikat itu bergerak-gerak halus di dorong angin sore, senyum tipis yang terpatri di wajah manis itu begitu indah, makin membuat hati Jeno berdebar hebat.
Dan malaikat itu membuka matanya, balas menatap Jeno dengan tatapan yang lembut dan polos. Jeno sangat menyukai tatapan itu, sangat menyukai binaran mata dengan kelopak teduh itu. Jeno benar-benar sedang jatuh cinta.
"Na Jaemin."
Nana menatap pemuda yang barusan memanggilnya itu penuh tanya. Hatinya ingin meledak mendapati tatapan Jeno yang begitu berbeda. Tatapan penuh cinta?
"Ya?" lirih Nana.
Aku menyukaimu.
Na Jaemin, aku menyukaimu.
Kata-kata itu tertahan begitu saja, lidah Jeno kelu, ia sungguh tidak sanggup untuk mengatakannya langsung. Jeno mengalihkan pandangannya, melemparkannya pada hamparan danau. Menghindari tatapan memikat dari mata Nana sebelum hatinya benar-benar meledak.
Jeno masih ragu dengan perasaannya. Ia menyukai sosok Na Jaemin yang lembut dan polos seperti ini, bukan Na Jaemin yang kasar dan selalu sinis padanya. Bagaimana jika Jaemin kembali sinis padanya? Akankah perasaannya akan berubah?
Jeno akui, ia sangat tidak suka dengan sosok Jaemin yang lama.
"Apa kau masih sedih?" alih-alih menyatakan perasaannya, Jeno melemparkan pertanyaan bodoh.
Nana menggeleng, senyumnya makin melebar. "Aku sudah tidak sedih. Tempat ini sangat menghibur hatiku."
"Syukurlah." lega Jeno. "Kita berusaha untuk mengakrabkan mereka kembali, ya."
Nana menoleh, sedikit terkejut mendengar apa yang dikatakan Jeno. "Kau serius? Berarti kita tidak akan bermusuhan lagi, kan?"
"Itu tergantung padamu. Bukankah kau yang memulai duluan permusuhan ini?"
"Eum.. iya sih," wajah Nana memerah menahan malu, Jeno gemas melihatnya.
"Jadi?"
"Jadi apa?"
"Jadi sekarang kita berpac—berteman," cengir Jeno. Ia menjabat tangan Nana, menandakan jika pertemanan mereka baru di mulai.
"Ya, kita berteman." Nana balas menjabat tangan Jeno. Dapat dirasakan oleh Nana jika ibu jari Jeno mengelus punggung tangannya dengan lembut. Pipinya memerah seketika.
Pertemanan adalah awal dari segalanya, kan? pikir Nana. Setidaknya ia dan Jeno sudah berteman sekarang. Mereka bisa saling mengenal satu sama lain lebih dalam lagi.
Keduanya saling melepas jabatan tangan satu sama lain, lalu memandang danau dengan senyum di wajah masing-masing.
"Senang rasanya bisa berteman denganmu," ujar Jeno.
Nana mengangguk setuju. "Dan sekarang kita perlu mendekatkan teman-temanku dengan teman-temanmu."
"Sangat mudah mendekatkan mereka. Ikuti saja caraku," kata Jeno sembari menepuk dadanya bangga.
"Bagaimana caranya?"
"Lihat saja nanti. Sekarang waktunya kau pulang, sudah malam," ujar Jeno.
Benar saja, langit sudah gelap dan bintang-bintang sudah bertebaran di langit.
"Kau benar.. Baiklah kalau begitu, aku pulang dulu," pamit Nana. Ia bangkit dari duduknya, "selamat malam, Jeno. Sampai ketemu besok."
"Iya, hati-hati di jalan," Jeno melambaikan tangannya pada Nana, senyumnya masih bertahan di wajahnya. Nana balas melambai, lalu berbalik pulang. Jeno menatapnya hingga punggung sempit itu menghilang dari pandangan.
Drrt.. drrt..
Getar handphone mengalihkan perhatian Jeno sejenak. Dia meraih handphonenya di saku, lalu menatap layar handphonenya.
Yeeun is calling.
"Yeeun?" gumam Jeno. Ia mengusap layar handphonenya, lalu menempelkan ke telinga.
"Halo?"
"Halo, Jeno-ya. Aku merindukanmu."
"Ada apa, Yeeun?"
"Aku baru saja sampai di Seoul. Kau tidak menyambutku?"
"Apa?!"
Tbc~
Guys, rekomen ff nomin/ongniel/winkdeep yang fluff/cheesy dong, pokoknya yang ringan-ringan.
[ piceboo & little cheonsa, 2018 ]
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔️] King of High School | Nomin
Fanfiction[ R E M A K E ] ❝Bagaimana bila Lee Jeno jatuh cinta pada saudara kembar musuh bebuyutannya?❞ ⚠️bxb ʟᴇᴇ ᴊᴇɴᴏ ✖️ ɴᴀ ᴊᴀᴇᴍɪɴ ғᴀɴғɪᴄᴛɪᴏɴ { Start: 01-03-19 } { Finish: 20-05-19 } piceboo & little cheonsa, 2019