21. Ventuno

12.2K 1.7K 134
                                    

Suara kicauan burung mengusik tidur Nana.

Pemuda manis itu menggeliat, namun sesuatu mendekap tubuhnya hingga tak mampu bergerak bebas. Sedikit demi sedikit memori semalam terulang di kepalanya, dimana dia tertidur dengan memeluk Jeno. Wajahnya memerah mengingat hal itu.

Namun jantungnya berdegup kencang saat merasakan sepasang tangan tersampir di pinggangnya, memeluknya erat. Nana baru sadar jika di hadapannya adalah dada bidang seorang pemuda. Nana mengangkat kepalanya melihat siapa gerangan yang tengah memeluknya erat.

Dan jantung Nana makin berdegup kencang saat melihat wajah damai Jeno dengan mata terpejam berada tepat di hadapannya. Mata Nana dengan cepat menatap lengan kokoh Jeno.

Jeno tengah memeluknya erat, Nana tidur dalam dekapan Jeno semalaman.

Wajah pemuda manis itu merona. Senyuman malu tercetak di wajah manisnya. Dengan sangat perlahan Nana mendekat pada dada Jeno, lalu menyandarkan kepalanya di dada bidang pemuda Lee itu. Ia memejamkan mata menikmati betapa nyamannya berada di pelukan Jeno. Senyumnya makin terkembang.

Jeno membuka matanya saat merasa seseorang bersandar pada dadanya. Di lihatnya pemuda manis yang telah mencuri hatinya itu tengah bersandar di dadanya dengan mata yang terpejam dan pipi merona.

Begitu manis, batin Jeno kagum. Dengan perlahan pemuda tampan itu mengangkat tangannya dan mengusap punggung sempit Nana, sehingga membuat pemuda manis itu tersentak.

"Kau sudah bangun?" Nana mengangkat kepalanya, menatap Jeno dan bertanya dengan pelan.

Jeno mengangguk, senyum menawannya terkembang. Dengan lembut ia kembali membawa Nana ke dalam pelukannya.

"Terima kasih," gumam Jeno mengecupi rambut wangi milik Nana.

"Untuk?" tanya Nana bingung. Dia menatap Jeno dengan tatapan bingung yang menggemaskan—mata yang membulat sempurna dan berbinar—.

"Menerimaku," ujar Jeno, dengan lembut ia mengusap pipi merona Nana. Pemuda manis itu mengangguk dengan pipi yang makin merona.

"Aku mencintaimu," bisik Jeno, lalu mengecup kening Nana dengan lama. Nana merasa akan meledak saat itu juga saking kencangnya jantungnya berdetak.

"Aku juga mencintaimu," bisik Nana saat Jeno melepaskan kecupannya.

Tok tok tok!

"Ya! Ini sudah siang! Ayo bangun!" ketukan pintu dan suara nyaring Haechan mengacaukan acara lovey dovey pasangan hangat yang baru memulai hubungan itu.

"Tsk, mengganggu saja," gumam Jeno. Nana terkikik geli melihat kekasihnya menggerutu, menurutnya itu lucu.

"Ayo keluar," Nana bangkit dari tidurnya.

"Tarik aku," pinta Jeno dengan manja sembari menjulurkan tangannya.

"Manja sekali," cibir Nana. Ia menggenggam kedua tangan Jeno dengan kedua tangannya, lalu menarik pemuda tampan itu dengan kuat. Dengan cepat Jeno berdiri tepat di hadapan Nana, wajah mereka begitu dekat hingga membuat Nana berdebar hebat, mereka berdua saling menatap dengan jarak yang sangat tipis. Nana salah tingkah dibuatnya, tanpa sadar dia mendorong Jeno ke kasur lagi.

"Ah! Kenapa kau mendorongku?" protes Jeno.

"M-maaf!" seru Nana. Dengan cepat ia keluar dari kamar, meninggalkan Jeno sebelum pemuda itu berbuat yang lebih padanya.

🐁🐁🐁

Kedelapan pemuda yang tengah istirahat menghilangkan penat karena belajar itu kini berada di halaman belakang villa yang luas, yang penuh dengan bunga-bunga yang indah yang bermekaran.

[✔️] King of High School | NominTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang