20. Venti

12.1K 1.8K 199
                                    

Jaemin menghentakan kakinya kesal. Malam ini ia belajar sendirian. Mau minta tolong ajarkan pada siapa jika kembarannya yang cerdas tidak bersamanya?

"Huh! Kenapa nomor ini sulit sekali?" gumam Jaemin sebal. Dia membolak-balik buku pelajarannya, namun tidak mengerti sama sekali.

Jaemin bangkit. Dia berniat meminjam catatan Nana, siapa tahu saudara kembarnya itu meninggalkan catatannya, kan?

Jaemin masuk ke kamar Nana yang tidak dikunci, lalu mendekati meja belajar yang diatasnya terdapat tumpukan buku-buku pelajaran. Jaemin mulai mencari buku yang dia butuhkan. Namun satu buku yang sangat mencolok dan berbeda dari buku lainnya menarik perhatian Jaemin.

Buku tulis dengan sampul bergambar cacing yang sangat kekanakan. Seingat Jaemin, kembarannya itu tidak pernah memakai sampul bergambar cacing. Lalu buku siapa itu? Jaemin berniat melihat nama yang tertera di sampul bagian depan.



Lee Jeno.




"Apa?!" hampir saja Jaemin akan melempar buku itu. Nama yang ada disana membuatnya sangat terkejut.

"Kenapa buku orang itu ada di Nana?" gumam Jaemin mulai curiga. Dia membuka halaman pertama bukunya. Kosong, tidak ada apa-apa. Lalu langsung membuka halaman terakhir.

Dan tulisan yang ada disana hampir membuat Jaemin jantungan. Pemuda itu tak bergerak lagi. Ia terlalu kaget hingga tak mampu untuk bergerak barang sedikitpun.

Jaemin speechless. Ia memastikan jika tulisan itu bukan tulisan tangan Nana. Jaemin ingat benar bagaimana tulisan tangan pemuda manis itu. Dan sayangnya..

Tulisan itu sangat mirip dengan tulisan tangan saudara kembarnya.

🐁🐁🐁

Malam ini, delapan pemuda yang telah menjadi teman itu makan bersama di pantai dengan meja panjang dan pemanggang daging disana.

Tampak Nana, Haechan, Jungwoo dan Jisung duduk di kursi meja panjang, dengan Haechan yang memainkan gitarnya. Jeno, Lucas dan Renjun sibuk memanggang daging dan menyiapkan minuman. Mark? Oh pemuda itu kan tidak bisa memasak, daripada mengacau, Jeno mengamankannya saja. Mark mereka suruh untuk menata piring dan gelas di meja.

"Ha~ dingin sekali," gumam Nana. Ia mengusap kedua telapak tangannya lalu menempelkannya di pipi.

Jeno memperhatikannya sedari tadi, lalu beranjak mendekati Nana sambil melepas jaket yang ia kenakan. Haechan yang melihat gelagat Jeno, langsung melepas jaketnya dan secepat mungkin memberikannya pada Nana.

"Pakai ini," paksa Haechan. Berusaha menjauhkan Jeno dan Nana, eoh? Sepertinya Haechan sudah sadar dengan hubungan keduanya. Hey, Haechan tak mau kalah dari Mark!

"O-oh? Terimakasih," ujar Nana bingung. Dia memakai jaketnya, tanpa sengaja melihat Jeno yang berdiri kikuk tak jauh darinya dengan jaket ditangannya. Nana tersenyum geli.

Malu, Jeno kembali ke tempat semula, membantu yang lain memanggang daging.

"Jja! Daging panggang sudah selesai!" seru Jeno, Lucas dan Renjun. Mereka meletakannya di atas meja panjang, Mark segera menatanya.

"Woah, pasti enak!" seru Jisung dan Haechan dengan mata berbinar.

"Jungwoo-ya, makanlah ini," ujar Lucas sembari menyodorkan sepiring daging yang sudah ia siapkan.

"Eh? Terimakasih," Jungwoo meraihnya, dan dengan senyum kikuknya ia menerima piring tersebut.

Mark sedari tadi memperhatikan Haechan yang tampak kesusahan memotong kecil-kecil dagingnya. Dengan cepat Mark memotong-motong daging yang ada di piringnya, lalu menukarnya pada Haechan. "Makan saja yang itu, sudah dipotong," ujarnya canggung.

[✔️] King of High School | NominTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang