25. Venticinque

11.8K 1.7K 256
                                    

Jaemin membawa nampan berisi makanannya dengan senyum lebar ke meja makan di pojok kantin. Chenle sudah ada disana dengan makanannya sendiri. Suasana kantin ramai sekali hingga mereka harus makan di pojokan, untung saja ada satu meja kosong disana.

"Kau dari tadi pagi tersenyum terus, ada apa?" tanya Chenle pada sosok yang sudah dianggapnya sahabat itu.

Jaemin menggeleng, lalu menyuapkan makanan ke mulutnya dengan lahap, "aku sedang bahagia," jawab Jaemin dengan mulut yang penuh makanan.

"Melihat kau bahagia, aku jadi ikut bahagia," ujar Chenle dengan senyum manisnya yang lebar, "awas tersedak."

Jaemin mengangguk, lalu menelan makanannya dengan pelan agar tidak tersedak. Ia nampak mencari sesuatu di atas meja, "aku melupakan sesuatu, air minumku. Aku ambil air minumku dulu, ya."

Jaemin bangkit dari duduknya dan langsung berbalik dan tanpa memperhatikan seseorang yang berjalan dibelakangnya sambil membawa nampan penuh berisi makan siang. Tanpa sempat menghindar, mereka bertabrakan.

Prang.

Nampan terjatuh dan piring pecah, nasi dan lauk-lauk berceceran dimana-mana.

"Astaga!" Jaemin memekik terkejut, lalu berjongkok untuk membersihkan serpihan-serpihan kaca, namun serpihan tersebut menusuk jari telunjuknya hingga darahnya keluar dengan deras.

"Kau tidak apa-apa?" tanya seseorang yang Jaemin tabrak dengan khawatir. Pemuda itu meraih tangan Jaemin lalu melihat lukanya, "astaga jarimu terluka! Ayo kubawa ke uks."

"T-tapi—" Jaemin tak sempat berkata apa-apa saat pemuda itu menariknya menuju uks yang tak jauh dari kantin. Chenle yang melihat hanya terbengong ditinggal.

Jaemin duduk di atas ranjang uks, membiarkan pemuda yang tak ia kenal itu mengobati jari telunjuknya.

"I-itu, sebenarnya aku tidak apa-apa, kau tidak perlu mengobat—"

"Tidak apa-apa, ini sebagai tanda maafku karena sudah menabrakmu," potong pemuda itu dengan senyum lebar sebagai rasa bersalah.

"Harusnya aku yang minta maaf," gumam Jaemin sebal sendiri. Ia membiarkan jarinya di perban. Setelah selesai, mereka terdiam beberapa saat.

"Siapa namamu?" tanya Jaemin yang tak tahan akan keheningan. Ingat? Jarmin bukan seseorang yang pendiam, ia tak akan tahan jika hanya diam.

"Wong Kunhang. Kau bisa memanggilku dengan nama inggrisku, Hendery," jawab pemuda itu seadanya.

"Dari kelas?"

"3B."

"Orang China, ya?"

"Iya."

"Aku ingin ke China, bagaimana sih kehidupan disana?"

"Kukira kau seseorang yang sangat pendiam, rupanya sangat cerewet."

"..."

"..."

"Kau menyebalkan," Jaemin tak terima dibilang cerewet. Ia segera bangkit dari kasur lalu memakai sepatunya, "terima kasih sudah mengobatiku!"

"Hey! kau merajuk? Hey, aku kan cuma bercanda!" teriak Hendery pada Jaemin yang sudah meninggalkan uks.

Seketika Hendery terkekeh, "Nana ternyata sangat menarik."

🐁🐁🐁

"Aku duluan, ya!" seru Nana pada teman-temannya saat bus yang tiap hari ia naiki datang. Nana masuk ke bus dan duduk dengan manis di dalam.

[✔️] King of High School | NominTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang