"Nana, kenapa sedari tadi pandanganmu menuju keluar kelas?"
Jaemin tersentak. Ia menoleh ke depan kelas dan mendapati Guru Choi sedang memperhatikannya. "Maaf, guru."
"Ya, tidak apa-apa. Sekarang, coba kau kerjakan soal ini," Guru Choi menunjuk sejumlah soal matematika yang ia tuliskan di papan tulis.
"Hah?"
Jaemin tercengang melihat sesuatu yang menurutnya horror di depan sana. Pemuda itu bahkan tidak mengerti apa-apa!
"Ayo majulah," tekan Guru Choi.
"Nana, majulah," Chenle menyikut lengannya. Oh pemuda nyaring itu dengan seenaknya sendiri pindah tempat duduk ke sebelah Jaemin setelah insiden senyuman lebar seorang Nana.
"S-ssaem.. kenapa kau terus menyuruhku? Apa kau tidak pernah memberikan kesempatan kepada murid lain untuk menjawab?"
Seisi kelas tercengang. Jaemin memandang sekelilingnya. Apa ada yang salah? Nana sendiri yang bilang padanya bahwa Guru Choi tidak pernah menyuruh murid lain untuk mengerjakan soal, selalu saja menyuruh Nana.
'Apa yang aku katakan itu harusnya benar! Sekali-kali guru ini menyuruh murid lain. Kenapa Nana itu sangat menurut, sih? Apa dia tidak lelah disuruh mengerjakan soal terus? Apa dia tidak mual? Tidak muntah?', Batin Jaemin.
"Aku sebenarnya memberikan soal-soal ini khusus untuk kau kerjakan. Kau harus makin berkembang, Nana. Kau kan sudah tahu kalau kau akan mendapat beasiswa kuliah di Amerika."
Jaemin terdiam. Nana akan kuliah di Amerika? Kenapa tidak memberitahunya?
"Kurasa aku terlalu sering menyuruhmu mengerjakan soal-soal, mungkin itu membebanimu. Baiklah kalau begitu, Chenle, kau kerjakan ini," Guru Choi menunjuk Chenle. Zhong Chenle adalah siswa terpintar kedua setelah Nana di kelas.
"Baiklah, guru."
Nana akan ke Amerika?
Kenapa Jaemin merasa sedih seperti ini? Bahkan ini lebih menyedihkan daripada saat mendengar kabar bahwa orang tuanya pergi ke Jepang untuk beberapa tahun.
Dan sekarang Jaemin merasa.. seperti sedang menghalangi Nana. Menghalangi masa depannya.
'Aku tidak bisa seperti ini terus, apa yang ku lakukan saat ini akan membuat Nana kehilangan kesempatannya kuliah di Amerika.', batin Jaemin bergejolak.
Tak seharusnya aku sedih. Aku harus senang. Itu kesempatan bagus untuk Nana! Aku tidak boleh membuat nilainya menurun!
Aku harus mempertahankan nilainya!
Tapi..
Bagaimana?
🐁🐁🐁
"Aku pulang!" Nana melepas sepatunya, lalu masuk ke dalam kamar.
"Hmm," Jaemin hanya bergumam menanggapinya. Pemuda itu sedang berkutat dengan sesuatu. Buku-buku berserakan dimana-mana. Apa yang di lakukan orang ini?
Tak lama kemudian, Nana kembali keluar dari kamarnya lalu mendekati Jaemin. Buku pelajaran sudah ada di pelukannya.
"Hyung, sedang apa?" tanya Nana penasaran. Ia melirik Jaemin yang sedang mengerjakan sesuatu dengan serius.
"Mengerjakan tugasmu," jawabnya singkat, tak menoleh sedikitpun pada kembarannya.
Nana terbelalak. "Hyung! Kau tak akan bisa, biar aku saja yang mengerjakannya," Nana hendak mengambil buku yang ada pada Jaemin, namun tangan Jaemin menahannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔️] King of High School | Nomin
Fanfic[ R E M A K E ] ❝Bagaimana bila Lee Jeno jatuh cinta pada saudara kembar musuh bebuyutannya?❞ ⚠️bxb ʟᴇᴇ ᴊᴇɴᴏ ✖️ ɴᴀ ᴊᴀᴇᴍɪɴ ғᴀɴғɪᴄᴛɪᴏɴ { Start: 01-03-19 } { Finish: 20-05-19 } piceboo & little cheonsa, 2019