Jaemin menatap kagum gedung kokoh yang menjulang tinggi di hadapannya. Sebentar lagi ia akan bersekolah di sekolah elit dan ternama, Neo Senior High School. Ya meski dengan identitas palsu, sebagai seorang Nana yang pintar.
Pemuda itu menghirup nafas dalam-dalam, lalu menghembuskannya dengan sangat perlahan.
"Hah.. udaranya pun sangat berbeda dengan udara di sekolah ku," gumam Jaemin kagum.
Kaki rampingnya melangkah memasuki area sekolah. Seluruh isi sekolah tak luput dari jangkauan matanya. Sekolah itu benar-benar asri dan sangat elegan. Berbeda dengan SM High School. Para muridnya pun begitu kalem, benar-benar menunjukan bahwa mereka siswa dari sekolah ternama.
Jaemin tersenyum lebar. Ini benar-benar sesuai dengan keinginannya! Oh oh, Na Jaemin, tampaknya kau benar-benar tak tahu diri! Sifatmu sangat berbeda dengan mereka tahu!
"Nana, kau tersenyum lebar!"
Jaemin hampir saja terjengkang ke belakang saat seseorang dengan teriakan lumba-lumba muncul di hadapannya dengan mata berbinar.
'Ada apa ini?!'
Jaemin menatap pemuda itu dengan bingung, kemudian tanpa memperdulikannya ia berlalu meninggalkannya.
"Nana, apa yang membuatmu tersenyum?" tanya pemuda dengan name tag Zhong Chenle di dada kanannya. Pemuda dengan teriakan lumba-lumba itu beringsut mengikuti Jaemin yang berjalan menjauh menuju kelas 3A.
"Tidak ada." Jawab Jaemin singkat.
Ia mencoba untuk menjadi pendiam yang tidak banyak bicara seperti kembarannya, Nana. Padahal pemuda bandel itu sangat ingin mendorong Chenle ke dasar jurang karena telah merusak paginya yang cerah dengan teriakannya yang memekakan telinga siapa saja.
"Kyaaa! Nana! Kau menjawab pertanyaanku!"
Pekikan itu kembali menyapa telinga Jaemin. Pemuda berkacamata tebal itu rasanya sangat ingin menenggelamkan Chenle ke dalam sungai Han sekarang juga!
'Oh astaga, pendiamnya Nana itu bagaimana?!' batin Jaemin frustasi.
🐁🐁🐁
Pemuda berambut coklat kehitaman dengan mata yang sipit itu berjalan menuju toilet dengan jari yang menari diatas layar smartphone miliknya. Dia Lee Jeno.
Jeno melangkah memasuki toilet tanpa memperhatikan seseorang yang tak jauh di depannya. Hingga..
Bruk!
Jeno menabrak pemuda di hadapannya. Alhasil pemuda yang ditabraknya itu terjengkang ke belakang, mempertemukan bokongnya dengan lantai yang dingin.
"Akh!" terdengar pekikan dari bibir pemuda tersebut.
Jeno refleks mengulurkan tangannya dan bertanya, "kau tidak apa-apa?"
Pemuda itu mendongak. Mata mereka bertemu. Baru kali ini Jeno menatap mata dengan tatapan polos dan menggemaskan seperti tatapan itu. Bahkan wajahnya sangat manis..
'Tunggu.. kenapa aku seperti mengenalnya?' batin Jeno.
"Kau?" Jeno terkejut. Pemuda di hadapannya adalah musuhnya, Na Jaemin—Nana.
"Lee Jeno?"
Suara halus Nana mengalun begitu indah di telinga Jeno. Pemuda bermata sipit itu menggelengkan kepalanya mendengar suara milik rival-nya yang terus terngiang di otaknya.
Jeno menarik kembali uluran tangannya lalu berdiri lurus. Begitu pula Nana, ia bangkit dan merapikan celananya.
"Maaf aku tidak lihat," Nana meminta maaf sembari menunduk dalam. Jeno hanya menatapnya dengan bingung.
'Ada apa dengan cacing pita ini?'
"Hey cacing pita, ada apa denganmu?" Tanya Jeno pada Nana yang sampai saat ini masih menatap Jeno dengan tatapan polos. Tidak ada tatapan tajam nan sinis yang sarat akan kebencian yang biasa dilayangkan oleh Jaemin padanya. Oh tentu saja berbeda! Seseorang di hadapanmu itu bukanlah Na Jaemin! Bodoh!
"Kau memanggilku cacing pita?" Tanya Nana tak terima. Apanya yang cacing pita?
"Ya, cacing pita!" seru Jeno.
"Aku bukan cacing pita, aku Nan—" tidak! Kau bukan Nana! Nana tersadar, baru saja ia hampir menyebut namanya sendiri, bukan Jaemin.
"Aku Na Jaemin," koreksi Nana. Bagus, Nana.
"Aku tahu. Dasar bodoh." ujar Jeno datar, pemuda di hadapannya itu begitu bodoh, ya setidaknya itu menurut Jeno.
"Aku tidak bodoh!" seru Nana kesal. Tanpa sadar ia memasang wajah merengut yang menggemaskan yang hanya ia tunjukkan pada Jaemin
Jeno memandang pemuda di hadapannya dengan bingung dan sedikitㅡ terpesona?
Err.. Jeno sendiri bahkan tidak sadar bahwa ia sedikit tertarik dengan pemuda di hadapannya itu.
'Kemana larinya Jaemin yang kejam dan sinis kepadaku?', Batinnya.
"Apa kau baik-baik saja? Kenapa tidak sinis kepadaku? Ah, atau kau hanya berpura-pura bertingkah manis dihadapanku agar aku lengah lalu kau bisa merebut gelar King of High School, begitu?" Tuding Jeno.
Nana tercengang mendengar tuduhan Jeno yang diucapkan dengan cepat dan sekali tarikan nafas. Apa-apaan pemuda di hadapannya itu? Begitu berpikiran negatif! Bahkan Nana sama sekali tidak berniat merebut gelar apalah itu.
"Aku sama sekali tidak tertarik dengan gelar itu," ujar Nana. Itu terlalu kekanakan, pikirnya.
Sekali lagi Jeno tercengang dengan tingkah pemuda di hadapannya itu. Ada apa dengan Jaemin? Kenapa tiba-tiba menyerah?
"Ah, itu pasti salah satu taktikmu untuk mengalahkanku, kan?" seru Jeno dengan tatapan penuh curiga.
Nana hanya menatap Jeno dengan tatapan yang aneh. Kenapa pemuda itu begitu menyebalkan? Pantas saja hyung-nya begitu membencinya.
"Minggir, aku ingin keluar," Nana berujar dengan kesal. Ia beranjak keluar, namun tubuh Jeno segera menghalanginya. Oh ayolah, mereka berdua sedang di toilet! Dan itu sangat tidak elit.
"Kau sangat aneh." Jeno masih menatap Nana dengan tatap yang curiga, ia mendekatkan wajahnya pada wajah Nana, "ada apa denganmu?"
Nana melotot saat wajahnya hanya berada beberapa senti dari wajah Jeno. Ingat tidak jika Nana sempat terpesona dengan wajah tampan milik pemuda di hadapannya? Tentu saja sekarang ia masih terpesona.
"A-apa yang kau lakukan?!" sentak Nana. Ia memundurkan wajahnya. "Minggir!" Nana mendorong Jeno hingga menjauh darinya, lalu berlari keluar toilet, meninggalkan Jeno yang tercengang.
"Dasar aneh!"
[ piceboo & little cheonsa, 2019 ]
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔️] King of High School | Nomin
Fanfic[ R E M A K E ] ❝Bagaimana bila Lee Jeno jatuh cinta pada saudara kembar musuh bebuyutannya?❞ ⚠️bxb ʟᴇᴇ ᴊᴇɴᴏ ✖️ ɴᴀ ᴊᴀᴇᴍɪɴ ғᴀɴғɪᴄᴛɪᴏɴ { Start: 01-03-19 } { Finish: 20-05-19 } piceboo & little cheonsa, 2019