11. Undici

14.9K 2.2K 237
                                    

Karena besok mapelnya enak, jadi aku update ya..

.

.

"Na Jaemin, kau mengerjakan tugasmu?"

Nana mengangguk saat Guru Lee menanyai tugasnya. Tampak Guru Lee sedang memeriksa tugas rumah Jaemin—Nana.

"Masih banyak yang salah. Tapi sudah lebih baik dari sebelummya. Ada beberapa soal yang sudah kau jawab dengan benar. Aku senang melihatnya," ujar Guru Lee tegas tanpa melihat ke arah Nana.

"Terimakasih, ssaem," Nana kembali ke tempat duduknya saat Guru Lee menyerahkan bukunya.

"Apa yang dikatakannya?" Haechan langsung bertanya, padahal baru saja Nana mendaratkan bokongnya pada bangku.

"Aku ada kemajuan. Walau cuma sedikit," jawab Nana singkat.

"Woah.. apa semalam kau belajar?" tanya Jungwoo dari belakang.

Nana mengangguk, "kalian juga harus belajar."

"Ck, mentang-mentang kau sudah bisa belajar, kau juga menyuruh kami belajar juga," celetuk Haechan.

"Kita belajar bersama saja bagaimana?" usul Jungwoo yang kemudian di ikuti anggukan setuju dari Haechan.

"Jaemin, Haechan, Jungwoo, jika kalian ingin mengobrol sebaiknya di luar saja," tegur Guru Lee dengan muka masam. Terdengar kikikan mengejek dari Mark. "Jangan tertawa, Mark Lee," seru Guru Lee kali ini pada Mark. Pemuda kanada itu kemudian terdiam.

Guru Lee telah selesai menuliskan lima soal matematika di papan tulis. Nana tahu itu adalah soal yang sama dengan soal pada tugas rumahnya yang ia kerjakan semalam, hanya saja angkanya berbeda.

"Na Jaemin, kerjakan soal ini," suruh Guru Lee mutlak.

Nana menurut. Ia bangkit dari duduknya lalu berjalan ke depan. Nana mengambil spidol, menatap sejenak pada soal-soal disana, berakting seolah ia sedang memikirkan cara penyelesaiannya.

Dengan perlahan dan tampak ragu-ragu—padahal itu hanya akting— Nana menuliskan penyelesaian di papan tulis. Sejenak ia berhenti, seolah berpikir kembali, lalu melanjutkan menulis.

'Huh, lulus SMA aku harus jadi aktor.', batin Nana sedikit bangga.

Nana telah menyelesaikan satu soal, dengan waktu yang disengaja agak lama.

"Sudah selesai?" suara Guru Lee menginterupsi jemari Nana yang baru saja akan mengerjakan nomor dua.

"Baru satu soal, ssaem," jawab Nana.

"Duduklah dulu. Aku akan memeriksanya," perintah Guru Lee. Nana menurut, ia meletakan kapur lalu kembali ke tempat duduknya.

"Woah kau hebat!" seru Haechan dan Jungwoo secara bisik-bisik.

Nana hanya tersenyum malu, ia mengalihkan pandangan dimana Guru Lee tengah memeriksa hasil kerjanya. Guru Lee tampak mengangguk yakin. Lalu berbalik dan berkata, "jawabanmu benar, Jaemin."

"Woooow.." seisi kelas ber-wow ria. Pasalnya Jaemin itu sama sekali tidak pernah bisa menjawab segala bentuk soal di papan tulis. Tentu saja hal tersebut adalah hal paling berharga. Namun kutekankan sekali lagi, yang ada disana bukanlah Jaemin, tetapi Nana.

"Semalam kau belajar?" tanya Guru Lee yang langsung disambut anggukan oleh Nana.

"Wow.. Na Jaemin belajar. Hal paling mustahil. Harusnya aku percaya pada kalimat 'tidak ada yang mustahil'," celetuk Mark yang langsung di hadiahi tatapan menusuk dari Haechan dan Jungwoo.

[✔️] King of High School | NominTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang