Recommend song
Don't Do That ㅡ Accoustic Collabo.
.
Nana melangkah di koridor menuju kelas Jeno, berniat mencari pemuda Lee itu. Tapi Kim Seonsaengnim memanggilnya dari belakang. Nana menoleh dan menghampiri Kim Seonsaengnim.
"Ada apa, saem?" tanya Nana sopan.
"Nana-ya, tolong bawa tumpukan buku ini ke gudang di lantai 4, bisa, kan?" pinta Kim Seonsaengnim. Nana mengangguk menyetujui. Meskipun dia lemas karena sakit, tidak mungkin menolak permintaan guru, bukan?
Meskipun sakit, tenaga Nana cukup kuat untuk mengangkat tumpukan buku yang lumayan berat itu dan membawanya ke lantai empat. Dengan perlahan Nana melangkah ke lantai empat, menunda menemui Jeno.
Tanpa disadari Nana, tiga wanita cantik yang terkenal di sekolah itu mengikuti kemana Nana pergi sambil tersenyum menyebalkan.
Nana membuka pintu gudang dengan susah payah. Ia tidak bisa meminta bantuan orang lain karena tidak ada orang sama sekali di lantai empat. Hanya ada ruang musik, ruang teater, laboratorium dan gudang di lantai empat, dan semua itu jarang dikunjungi menyebabkannya menjadi sangat sepi.
Setelah pintu dibuka dengan susah payah, Nana masuk ke dalam gudang yang gelap dan pengap, hanya ada penerangan dari jendela kecil di pojok ruangan. Nana menghampiri lemari buku di ujung ruangan yang jauh dari pintu keluar, lalu menyusun buku-buku disana.
Brak!
Nana tersentak saat tiba-tiba terdengar suara pintu tertutup, dengan cepat ia berbalik dan berlari ke arah pintu yang kini terkunci. Nana menggedor-gedor pintu dan berulang kali memutar knop pintu dengan cemas.
"Seseorang diluar! Tolong bukakan pintu!" teriak Nana lemah, wajahnya semakin pucat saja karena takut. Tidak ada jawaban, melainkan kikikan yang sangat Nana kenal.
"Yeeun.." gumam Nana. Lagi-lagi Nana menggedor pintu dan memutar-mutar knop kasar. "Tolong bukakan pintunya! Seseorang diluar!" teriak Nana sekali lagi.
Nana takut, mengingat jarang sekali ada yang datang ke gudang selain guru atau penjaga sekolah yang berkunjung. Nana duduk merosot bersandar pada pintu, ia memeluk lututnya dengan gemetar dan menyembunyikan wajahnya disana. Dalam hati Nana berharap ada yang datang dan membukakan pintu.
"Jaemin hyung.." gumam Nana pelan memanggil kakaknya, berharap sang kakak datang menyelamatkannya. Nana lelah berteriak dan menggedor pintu. Di tengah kondisinya yang lemah dan demam tinggi seperti ini, membuat Nana tak bisa berbuat apa-apa.
Nana meraih ponsel di sakunya, lalu mengaktifkannya. Pemuda manis itu semakin cemas saat menyadari tak ada sinyal di dalam ruangan persegi yang gelap dan pengap itu.
Nana bersandar pasrah pada tembok di sisi pintu. Hanya bisa menunggu hingga ada yang membukakan pintu untuknya.
Hari semakin gelap, begitu pula di dalam gudang. Nana masih berada di tempatnya, duduk meringkuk menahan rasa dingin, menunggu seseorang membuka pintu.
Wajah Nana penuh dengan keringat dingin dan sangat pucat, tubuhnya pun gemetar pelan. Dengan lemah Nana mengaktifkan senter dari ponselnya, sadar waktu sudah hampir malam dan seluruh siswa sudah pasti pulang membuat Nana makin merasa takut.
Nana makin merapatkan pelukannya pada tubuhnya sendiri, mencoba menghangatkan tubuh yang sangat dingin karena udara malam dan demam. Bening-bening kristal berjatuhan dari sudut matanya, ia sakit dan hampir tak sanggup menahannya.
"Hiks.. Jaemin hyung.. Jeno.." lirih Nana ditengah isak tangisnya. Ia makin memeluk tubuhnya dan merapat pada tembok. Sangat gelap dan dingin disana, hanya sinar rembulan yang redup merayap masuk melalui celah-celah jendela, dan senter dari ponsel Nana yang meredup karena daya yang hampir habis.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔️] King of High School | Nomin
Fanfic[ R E M A K E ] ❝Bagaimana bila Lee Jeno jatuh cinta pada saudara kembar musuh bebuyutannya?❞ ⚠️bxb ʟᴇᴇ ᴊᴇɴᴏ ✖️ ɴᴀ ᴊᴀᴇᴍɪɴ ғᴀɴғɪᴄᴛɪᴏɴ { Start: 01-03-19 } { Finish: 20-05-19 } piceboo & little cheonsa, 2019