17. Diciassette

13.2K 2K 299
                                    

Mark memandang layar handphonenya horror. Dia baru saja di telpon Jeno untuk mengantar baju olahraganya ke atap sekolah.

Tidak, bukan itu yang membuatnya ngeri, Jeno yang menyuruhnya mengambil baju milik Jaemin—Nana— bersama Haechan. Jelas hal itulah yang membuatnya ngeri.

Kau tahu, Mark dan Haechan tidak begitu akrab.

Mark menyerah. Daripada dia diomeli si Jeno, lebih baik Mark menurutinya. Mark menghampiri bangku Haechan, lalu menegurnya.

"Hey." Panggil Mark.

"Apa?" tanya Haechan jutek.

"Ambil baju olahraga Jaemin di loker dan bawa ke atap sekolah. Dia membutuhkannya," jawab Mark tak kalah jutek.

"Kau tidak sedang mengerjai aku, kan?" tanya Haechan yang sarat akan kecurigaan.

Mark memutar bola matanya kesal. "Tentu saja tidak, bodoh! Cepat ambil! Aku akan mengambil baju Jeno."

Dengan bersungut dan bingung, Haechan mengambil baju olahraga milik Nana di loker, lalu mengikuti Mark yang mengambil baju olahraga Jeno di kelasnya.

Keduanya lalu menuju atap sekolah bersama, dengan cekcok di sepanjang jalan tentu saja.

"Buka pintunya," suruh Haechan saat mereka sudah sampai di depan pintu atap sekolah.

"Kau saja," suruh Mark bosan. Dia bersandar pada dinding sebelah pintu sambil memainkan handphone-nya.

"Tsk," Haechan berdecak kesal, lalu mendorong pintu, ia mengintip sebentar, jaga-jaga jika ia di jebak, namun pemandangan tak jauh darinya membuat dia menutup lagi pintu atap.

"Ada apa?" tanya Mark bingung melihat gelagat aneh Haechan.

'Jangan-jangan aku dan Haechan di jebak?', batinnya.

"Lihat saja sendiri," Haechan memberi celah pada Mark untuk mengintip apa yang terjadi.

Sama seperti Haechan, setelah mengintip Mark menutup kembali pintu dan menatap Haechan aneh.




"Kenapa mereka berpelukan?"

"Mana aku tau!"


"Jangan-jangan mereka berpacaran."

"Ey! Tidak mungkin!"

"Kau lihat saja mereka berpelukan erat begitu!"


Haechan terdiam. Memang benar Jeno dan sahabatnya yang ia tahu sangat tidak menyukai Jeno berpelukan. Tapi ia tetap ingin menyangkal bahwa Jaemin—begitu yang ia tau— menyukai Jeno.

'Tidak mungkin dia menyukainya, Jaemin kan dari dulu sangat tidak menyukai Jeno.', batin Haechan.

"Tapi tetap saja mereka tidak akan berpacaran!" sergah Haechan.

"Kita taruhan saja. Aku bilang mereka berpacaran, minimal memiliki perasaan suka satu sama lain, dan kau bilang tidak. Jika aku menang, kau harus menuruti permintaanku," ujar Mark dengan seringai andalannya.

Haechan tampak berpikir sejenak, tak lama kemudian ia mengangguk ragu, "baiklah, tapi jika aku yang menang?"

"Aku akan menuruti permintaanmu. Setuju?"

"Setuju."


'Cih, bahkan gosip bahwa Jaemin menyukai Jeno pun sudah menyebar.', batin Mark tertawa menang.


Dan mereka berdua membuka pintu, mengganggu moment Jeno dan Nana yang tengah berpelukan.

"Kenapa lama sekali?" protes Jeno saat Mark memberikan baju olahraganya.

[✔️] King of High School | NominTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang