18. Diciotto

12.6K 1.9K 65
                                    

Sudah lewat berminggu-minggu sejak Nana dan Jaemin bertukar sekolah dan identitas mereka. Keduanya telah terbiasa dengan kehidupan yang mereka jalani, Jaemin terbiasa dengan kehidupan Nana yang cerdas dan mulai mengimbanginya. Dan juga Nana yang terbiasa dengan kehidupan Jaemin yang jahil dan bodoh, namun sedikit demi sedikit ia ubah.

Tanpa mereka berdua sadari, mereka berdua telah mengerti antara satu sama lain lebih dalam lagi.

Jaemin kini sudah membaik sedikit demi sedikit. Ia terus belajar, terus berusaha untuk mempertahankan nilai Nana di sekolah yang sekarang menjadi tanggung jawabnya. Dan Nana yang terus berusaha untuk memperbaiki nilai Jaemin di sekolah dan membantunya merebut gelar King of High School.

Kepribadian keduanya pun sedikit demi sedikit berubah. Nana yang pendiam kini menjadi sosok yang cerewet dan suka mengomentari segala hal, dan semuanya tertular dari Jaemin.

Dan Jaemin? Tidak ada perubahan, dia hanya mengurangi kadar hiperaktifnya sedikit—sedikit sekali. Bagaimanapun, untuk sifat Jaemin sama sekali tidak bisa diubah, itu adalah bawaannya. Apalagi kini Jaemin sudah dekat dengan Chenle yang memang super cerewet.

Semakin lama di SM High School membuat Nana makin banyak memiliki teman. Seperti saat ini. Nana tengah belajar bersama tujuh temannya di perpustakaan. Tujuh? Oh tentu saja dengan Jeno, Haechan, Jungwoo, Jisung, Mark, Renjun dan Lucas.

Seperti keinginan Nana, teman-temannya telah semakin dekat dengan teman-teman Jeno. Bahkan Nana sendiri sudah semakin dekat dengan Jeno, yang mana makin membuatnya mencintai pemuda bermarga Lee itu.

"Aku bosan belajar terus," sahut Haechan di tengah acara belajar mereka.

"Aku juga," sahut Mark, "padahal aku tidak pernah bosan belajar. Cih! Sepertinya aku ketularan kau," ujarnya sembari menunjuk Haechan.

"Apa yang kau katakan?" Haechan melempar Mark dengan buku—merasa tak terima.

"Sudah sudah! Kita kesini bukan untuk bertengkar," Lucas menengahi, yang langsung disambut cibiran Jungwoo, "sok menengahi."

"Kalian suka sekali berdebat sih," sahut Jeno, "aku juga bosan belajar sih."

"Umm.. aku juga bosan," akhirnya Nana membuka mulutnya. Ia menampilkan cengirannya pada semua temannya.

"Ah! Aku ada ide!" seru Jeno tiba-tiba.

"Apa?" tanya Jisung dan Renjun bersamaan. Yang lain menatap Jeno penuh tanya.

"Bagaimana kalau hari libur sabtu dan minggu ini kita habiskan di villaku? Kita juga bisa belajar bersama disana," usul Jeno dengan cengirannya yang seperti bocah, membuat Nana gemas.

"Kau punya villa?" tanya Nana yang disambut anggukan dari Jeno.

"Villamu yang di pinggir pantai itu?" tanya Mark. Kembali Jeno mengangguk.

"Aku setuju! Aku suka suasana di villa itu," seru Lucas dengan senyum lebarnya.

"Aku juga mau ikut," ujar Renjun kalem.

"Oke! Kita kesana nanti!"

"Boleh aku ikut?" tanya Nana kemudian. Matanya berbinar membayangkan pantai. "A-aku juga ingin refreshing."

Jeno tersenyum lebar, "tentu saja aku mengajakmu, Jaemin-ah. Ajak Haechan, Jungwoo dan Jisung juga."

"Benarkah?!" seru Nana girang. Hampir saja pemuda manis itu memeluk Jeno yang ada di hadapannya itu. Dia menoleh pada teman-temannya, "kita ikut mereka! Kita refreshing sekalian belajar bersama disana, pasti menyenangkan."

Haechan, Jungwoo dan Jisung mengangguk setuju, "baiklah.. pasti seru. Tapi aku tidak yakin jika ada dia akan menjadi seru," sindir Haechan sembari melirik Mark.

"Apa-apaan?!" seru Mark tak terima.

Nana hanya terkikik geli. Jeno diam-diam memperhatikannya, kemudian tersenyum lembut, terpesona pada sosok malaikat di hadapannya itu.

"Jadi, kita pergi berlibur akhir pekan ini!" seru Nana.

Seruan setuju dari ketujuh temannya menyusul, membuat riuh ruang perpustakaan yang seharusnya tenang itu. Tanpa disadari semuanya, penjaga perpustakaan yang terkenal killer mendekati meja mereka dan..

"Keluar kalian dari sini!"

🐁🐁🐁

Membujuk dan merayu Jaemin untuk mengizinkannya berlibur di villa Jeno adalah hal yang tersusah bagi Nana.

Pemuda manis itu memang tidak mengatakan tujuan yang sebenarnya, dia hanya bilang bahwa dirinya ingin menginap di rumah Haechan. Jika saja dia mengatakan yang sebenarnya, sudah pasti Jaemin tidak mengizinkan. Dengan alasan menginap di rumah Haechan saja Jaemin tidak mengizinkan, apalagi di villa Jeno yang notabene-nya adalah musuh bagi Jaemin.

"Hyung, ayolah~ aku hanya akan belajar bersama mereka. Kau ingin melihat mereka pintar sepertimu juga, kan?" bujuk Nana malam itu.

"Daerah tempat Haechan tinggal itu bahaya! Kau tidak boleh menginap disana!" seru Jaemin kesal. Sudah berkali-kali dia menolak, tapi kembarannya itu selalu membujuknya, membuat Jaemin jengah.

"Hyung, aku bisa menjaga diriku! Ayolah.. sekali ini saja," bujuk Nana lagi.

Nana tak akan berhenti membujuk dan memohon pada kakaknya agar diizinkan. Ia sangat ingin belajar bersama teman-temannya.

Atau sangat ingin berdua dengan Jeno?

Entahlah, mungkin Nana akan memanfaatkan kesempatan itu.

"Kau yakin bisa menjaga dirimu?" tanya Jaemin ragu-ragu.

Tentu saja dia ragu pada Nana. Saat mereka masih dibangku sekolah dasar, Nana selalu saja diganggu, dan pemuda manis itu tak pernah bisa melawan, selalu Jaemin yang membebaskannya dari semua gangguan anak-anak nakal.

Nana mengangguk dengan lugunya dengan tatapan puppy andalannya. Jaemin makin tak percaya jika pemuda dihadapannya ini mampu menjaga dirinya sendiri. Namun merasa tak tega juga jika tak diizinkan.

Dengan hembusan nafas, Jaemin mengangguk pelan. "Baiklah.. aku izinkan. Tapi jika terjadi sesuatu padamu, aku akan membunuh Haechan."

"Yeay!" Nana berseru senang dan memeluk saudara kembarannya dengan erat, Jaemin sesak dibuatnya. "Terima kasih hyung. Tentu saja tidak akan terjadi apa-apa padaku!"

Jaemin mengacak rambut adiknya dengan sayang. "Hati-hati. Ingat?"

Nana mengangguk dengan senyum lebarnya. "Aku akan mempersiapkan bajuku dulu. Besok sepulang sekolah aku langsung ke rumah Haechan."

"Baiklah." Ujar Jaemin. Ia lalu menghela nafasnya. "Huh, satu malam saja tidak bersamamu pasti sudah membuatku rindu,"

Jaemin menampilkan wajah merengutnya, yang kadar keimutannya hampir setara dengan Nana, tapi rasanya tidak cocok jika dia memasang ekspresi imut seperti itu, lebih baik ekspresi yang sangar, itu akan terlihat tampan.

"Haha, hanya satu malam," kikik Nana. "Aku menyiapkan bajuku dulu, ya!" ujarnya, kemudian berlari ke kamarnya, meninggalkan Jaemin yang melanjutkan mengerjakan tugasnya.

Pada akhirnya Nana sukses membujuk Jaemin, meski harus berbohong.


Maaf aku berbohong padamu, hyung.



Tbc~

Aku barusan ganti cover. Aneh nggak?




[ piceboo & little cheonsa, 2019 ]

[✔️] King of High School | NominTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang