20. Alih Dare Jadi PRANK

313 38 10
                                    

Di kamarnya, Yuki tengah termenung memikirkan dan mencerna setiap kata yang dilontarkan Raka kepadanya saat di koridor tadi. Pulpen di lengannya pun hanya ia putar-putar.

"Selamat malam Ayuki Yuki!" teriak Pinky ketika memasuki kamar Yuki.

Yuki terperanjat. Ia berdecak. "Gak usah teriak. Gue, gak budeg."

"Hehehe ... peace!" Pinky menunjukan jarinya yang membentuk huruf V.

Gadis pecicilan itu pun duduk di pinggir kasur. Ia mengambil sebuah bantal untuk ia peluk sebelum akhirnya dia menatap Yuki. Ia ingin menagih janji Yuki untuk menceritakan hal yang membuat gadis itu bahagia saat di kantin tadi.

"Jadi, apa yang membuat lo bahagia tadi di sekolah?" Pinky mulai mengintrogasi.

"Bahagia? Pending. Buruk? On going," ujar Yuki—datar.

"Eh? Kenapa? Secepat itu kah kau untuk berubah menjadi beku?! Kenawhy?!" Heboh Pinky.

Yuki menatap sahabatnya itu dengan tatapan datar.

"Kenawhy, kenawhy, pakai bahasa Indonesia yang benar!" tegur Yuki.

"Hehe. Serius mulu lo, kenapa sih? Ada apaan dah?" Pinky kepo.

"Tadinya gue bahagia karena gue udah putusin kontrak kesepakatan itu sama si Raka. Gue pikir gue berhasil putusin kontrak itu, tapi...," Yuki menggantung kalimatnya dan menghela napas. Sementara Pinky, dia menatap serius Yuki untuk mendengar cerita selanjutnya. Sampai akhirnya Pinky berdecak kesal dan geram karena Yuki tak kunjung melanjutkan ceritanya dan malah menatap datar dirinya.

"Kenapa lo gantung?" tanya Pinky geram.

"Apanya?" tanya Yuki—polos

"Ceritanya dodol! Lanjutin, penasaran gue!" sahut Pinky.

"Harus banget?" tanya Yuki.

"Iyalah!" seru Pinky.

"Tapi lo jangan bocor," pinta Yuki.

"Sejak kapan dah gue bocor?" tanya Pinky sambil memutar malas bola matanya.

"Lo kan cerewet, suka teriak-teriak kayak tarzan," ujar Yuki.

Bukh!

Pinky melemparkan bantal yang sedari tadi ia peluk ke wajah Yuki yang sedatar tembok itu.

"Buruan ceritain!" seru Pinky.

"Dia nembak gue," jawab Yuki cepat.

"Hah?! Apa apa apa?! Dia nembak lo?! Kapan?! Di mana?! Jam berapa?! Langsung atau lewat chatt?! Omaygat omayo omaya! Akhirnya sahabat gue yang beku ini akan punya pacar setelah menjomlo sejak embrio! Huhuhu. Terhura hati gue," heboh Pinky yang kemudian menyeka matanya yang sebenarnya tak mengeluarkan air mata.

Yuki memutar malas bola matanya. Pinky terlalu lebay. Pasti ini gara-gara dia keseringan bergaul dengan Alfan.

"Jadi, kapan dia nembak lo?" tanya Pinky antusias.

"Tadi, pulang sekolah," jawab Yuki seadanya.

"Di mana, di mana?!" tanya Pinky lagi. Heboh.

"Di koridor, tempat di mana gue pertama kali ketemu sama dia." Yuki kembali menulis pada bukunya

"Nembak-nembaknya! Pakai apa?" tanya Pinky. Heboh.

"Bola basket."

Seketika raut bahagia Pinky luntur mendengar hal itu dari mulut Yuki.

Setitik Cahaya Bintang [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang