41. Talk

300 35 3
                                    

Seperti senja yang tak  jingga. Hidupku seolah benar-benar hampa.

🌠🌠🌠

Pukul 18:12 WIB. Yuki baru saja selesai sholat maghrib. Kini ia berjalan menuju meja belajarnya. Sebenarnya, ia malam ini malas belajar tapi jika tak belajar mau apa? Bengong tak jelas? Sangat unfaedah.

Di tengah kesibukannya belajar, tiba-tiba ponselnya berbunyi di atas nakas. Ia pun berjalan dan mengambilnya. Seketika dahinya mengerut ketika menatap layar benda pipih itu. Dengan ragu, Yuki pun menerima panggilan video tersebut.

"Halo Yuki!" sapa orang itu yang tak menampakkan wajahnya. Tapi, malah menampakan pemandangan kota dengan kerlipan lampu. Indah.

"Halo, ini siapa ya?" tanya Yuki. Datar.

"Surprice!" Tiba-tiba seseorang muncul di layar ponselnya, Raka.

Orang yang sangat Yuki rindukan saat ini. Karena bahagia, Yuki menutup mulutnya dan nyaris menangis.

"Yah ... jangan nangis dong. Gara-gara aku gak bales email kamu ya?"

"Enggak. Aku cuma bahagia aja." Yuki tersenyum sambil menyeka air matanya.

Tunggu sebentar, sejak kapan panggilan mereka berubah jadi aku-kamu? Perasaan, terakhir kali mereka bertemu panggilannya masih gue-elo. Efek kangen kali ya? Mungkin. Haha.

"Kamu apa kabar? Baik-baik ajakan di sana?" tanya Raka.

"Iya, aku baik. Kamu sendiri gimana?" tanya Yuki sambil berjalan menuju kasur dan duduk di sana.

"Syukurlah, aku baik juga. Maaf ya, lama aku gak kabarin kamu. Btw, aku kirim paket udah sampai belum?"

"Paket apa? Kayaknya belum," ujar Yuki menerka-nerka.

"Oh ... tunggu dua atau tiga hari lagi mungkin. Paketnya masih terbang. Hahahaa!"

Yuki terkekeh.

"Gitu dong, jangan nangis. Kalau nangis gak ada yang ngusap air mata kamu kayak aku dulu."

"Apaan sih? Eh, kamu betah di sana? Udah punya temen?" tanya Yuki antusias.

"Betah dong. Udah, nih ada di samping aku. Dia juga bisa bahasa Indonesia loh, Ki. Keren kan?"

Muncullah sesosok pemuda sipit, berkulit putih, dan berhidung mancung di samping Raka.

"Halo, Ayuki!" sapanya.

"Halo! Kimi no wa?" tanya Yuki menggunakan bahasa Jepang. Artinya, siapa namamu?

"Eh?! Kamu bisa bahasa Jepang? Sejak kapan? Kok aku gak tahu sih?!" seru Raka di seberang sana.

"Bisa sedikit sih. Hehee." Cengir Yuki.

"Oh ... dia namanya Haruki." Raka memperkenalkan temannya.

"Hm ... kok dia bisa tahu nama aku?" Heran Yuki.

"Dia sering menceritakan kamu kepadaku," ucap Haruki.

Yuki terkekeh mendengarnya karena bahasanya begitu formal.

Setitik Cahaya Bintang [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang