45. Ibu Tiriku, Tante Kandung Sahabatku

357 38 2
                                    

Tak henti-hentinya Yuki menangis di sepanjang perjalanan menuju rumah. Rasanya terlalu sakit dan terlalu cepat mengetahui fakta menyakitkan ini. Randi, dia bungkam. Ia ingin berkata namun ia mengerti keadaannya, sahabatnya ini terlihat begitu rapuh. Ia pikir, lebih baik untuk diam dan membiarkan Yuki meluapkan emosinya dengan menangis.

Randi melirik Yuki dan akhirnya ia berkata, "Apa yang kita lihat belum tentu benar, Ki."

"Tapi, Ran, dia ... gue gak mungkin salah lihat!" Kekeh Yuki.

"Iya, gue tahu. Tapi udah dong, mending besok kita cari tahu yang sebenarnya. Sekarang, berhenti nangis, OK?" Yuki mengangguk dan menyeka air matanya, meski pun rasa sesak masih ada di dadanya.

Dengan wajah datar dan tanpa menatap Yuki, Randi mengambil tissu dan menyeka air mata gadis itu. Bagaimana bisa tepat? Entahlah. Sontak saja, hal itu membuat Yuki diam dan menatap Randi penug arti.

***

Sampai di rumah Papa Randi, mereka disambut oleh Narumi.

"Ayuki? Namida? Nande?" Narumi khawatir. Namida artinya air mata, sedangkan nande artinya kenapa.

"Nandemonai." Yuki tersenyum. Artinya tidak apa-apa.

"Ya sudah, ayo masuk!" Ajak Narumi.

Mereka pun masuk ke dalam rumah. Yuki segera menuju ke kamarnya di lantai dua bersama Randi. Tanpa ia tahu, foto nenek dan kakek Yuki terjatuh dari saku jaket yang Yuki kenakan. Foto itu pun ditemukan oleh Narumi, tadinya ia ingin berteriak memanggil Yuki dan segera mengembalikannya kepada gadis itu. Namun, karena Yuki dan Randi sudah menghilang di balik tangga, Narumi tak jadi melakukannya.

Narumi berjongkok untuk mengambil foto itu. Seketika ia terdiam dan sangat terkejut kala melihat foto itu. Tangannya bergetar hebat dan matanya melotot nyaris mengeluarkan air mata.

"Kore wa ... hontouni?" gumamnya dengan nada bergetar. Kore wa  hontoni? Artinya ini ... benarkah?

Dengan segera Narumi berlari menuju kamar Yuki. Ia menggedor-gedor pintu kamar Yuki yang di dalamnya ada Randi. Randi ada di sana untuk menenangkan Yuki, dia sangat rapuh saat ini.

Karena gedoran pintu yang terdengar tak sabaran, Yuki dan Randi bertatapan sebentar hingga akhirnya Yuki yang membukakan pintu. Betapa terkejutnya ia saat tiba-tiba Narumi memeluknya sangat erat sambil menangis. Seolah ada kerinduan yang teramat dalam pada dirinya.

"Tante?" tanya Yuki.

"Katakan, apa nama panjangmu?" tanya Narumi setelah melepaskan pelukan eratnya.

"Sheria. Ayuki Sheria." Narumi menutup mulutnya kaget. "Kenapa, Tante?" tanya Yuki dengan alis berkerut bingung.

"Apa ibumu Sakazaki Sheria?" Yuki mengangguk dengan kerutan bingung di dahinya sedari tadi. Dari mana Narumi mengetahui nama ibunya? Itu pertanyaan dalam otak Yuki.

"Apa ini benar Nenek dan Kakekmu? Sakazaki Emelly dan Sakazaki Kazuki?" tanya Narumi.

Apa ini? Bahkan dia juga tahu nama kakek dan neneknya?

"Ya, tapi dari mana tante tahu?" tanya Yuki tetapi Narumi malah menutup mulutnya.

"Apa kau tidak ingat kepadaku?" Yuki menggeleng polos. "Aku adalah adik ibumu. Saat kau berumur 5 tahun, aku menengokmu ke Indonesia bersama nenek dan kakekmu. Ini, benar-benar kau?" Narumi kembali memeluk Yuki.

Setitik Cahaya Bintang [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang