43. Tokyo

319 35 12
                                    

Beberapa tahun kemudian.

Riuhnya bandara tak mengganggu pendengarannya. Ia tetap duduk bersama dua laki-laki yang tak lain adalah kakak dan sahabatnya. Ya, dialah Yuki bersama Raihan dan Randi.

"Kamu hati-hati di sana. Jaga diri baik-baik. Kalau mau pulang, hubungin kakak," ujar Raihan kepada adiknya.

"Iya, Kak."

Yuki akan berangkat ke Tokyo untuk mencari keluarganya dan mencari orang yang sudah tak ada kabar sejak Yuki lulus SMA. Raka. Ya begitulah, ia ingin menagih janji pemuda itu. Sebenarnya pikirannya tidak ingin menagih, tetapi hatinya terus berkata kebalikan.

"Ran, titip adik gue ya? Jangan sampai dia kenapa-kenapa di sana. Kalau dia nakal, jewer aja kupingnya atau enggak hidungnya. Sampai merah juga gak apa-apa. Biar jera sekalian," ujar Raihan kepada Randi. Randi hanya terkekeh mendengar itu.

"Siap, kak!" seru Randi.

Yuki dan Randi, mereka telah lulus kuliah dan selama ini, mereka kuliah di Jakarta di universitas yang sama dan jurusan yang sama pula. Mereka selalu bersama-sama ke mana pun dan kapan pun. Randi juga tinggal dengan Raihan bersama Yuki. Itu karena Yuki yang memintanya kepada Raihan supaya Randi boleh tinggal bersama mereka di rumah Raihan yang super besar dan mewah itu. Rumah Randi yang di desa? Dia titipkan kepada tetangga, Pak Usman namanya. Pada akhirnya, Raihan pun mengizinkan Randi tinggal di rumahnya. Lagi pula, selain untuk mengisi rumah yang kosong ketika Raihan tak ada, setidaknya ada orang yang menemani dan menjaga Yuki kala Raihan bekerja. Lama-lama, Raihan dan Randi pun semakin akrab. Hingga akhirnya, Raihan menganggap Randi seperti adiknya sendiri dan Randi menganggap Raihan seperti kakaknya sendiri.

"Kakak apaan sih, kayak Yuki masih bocah aja," kesal Yuki.

Pemberitahuan bahwa pesawat yang akan Yuki tumpangi akan segera terbang berbunyi. Dengan segera Yuki dan Randi mencium punggung tangan Raihan dan memeluknya sebagai tanda perpisahan.

"Yuki bakal rindu, Kak Raihan," ujar Yuki dalam pelukan kakaknya.

"Udah, jangan sedih. Next time kita ketemu lagi." Raihan mencium puncak kepala Yuki.

"Kak, kita berangkat ya," pamit Randi yang memeluk Raihan juga.

"Jaga diri kalian baik-baik. Kalau ada apa-apa, jangan sungkan telepon kakak," titah Raihan.

"Siap, Pak Bos!" kompak Yuki dan Randi dengan posisi hormat.

Yuki dan Randi saling bertatapan dengan posisi tak berubah.

"Pfft! Ahaha!" Mereka tertawa ketika mengetahui bahwa mereka bertindak sama.

"Ngapain lo ngikutin gue? Haha!" Tanya Yuki sambil memukul pelan lengan tangan Randi.

"Yee, siapa juga yang ngikutin Lo anjir! Haha!" Timpal Randi.

Mereka pun berjalan menuju pesawat yang aka mereka tumpangi sambil terus berdebat. Bukan debat sesungguhnya tetapi debat bercandaan saja yang diakhiri dengan sebuah gelak tawa.

"DUO BERUANG KUTUUBB! TUNGGUUU!!!" teriak seseorang sambil berlari. Sontak para calon penumpang pun menatap ke sumber suara, Pinky.

Setitik Cahaya Bintang [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang